Madeline sama sekali tidak siap, dan hidungnya pun menyentuh dada kokoh pria itu.Dia melebarkan kedua matanya dan menatap pria tampan yang sedang mandi di hadapannya dengan tercengang. Pada saat ini, dia merasakan panas naik di ujung hidungnya.Tetesan-tetesan air jatuh dari kepalanya, mengaburkan pandangannya. Dia ingin mengangkat tangannya untuk menyeka tetesan-tetesan di bulu-bulu matanya. Namun, Jeremy tiba-tiba meraih pergelangan tangannya. Kemudian, pria itu menggunakan tangan kanannya yang terikat pada tali untuk memegang kepalanya. Dalam sekejap, Jeremy dengan dominan mendaratkan ciuman di bibirnya.Madeline terkejut. Dia hanya ingat untuk mendorong pria itu menjauh ketika seluruh tubuhnya basah kuyup. Namun, ketika dia menyentuh tubuh telanjang pria itu, dia bisa merasakan ujung-ujung jarinya terbakar.Dia khawatir pria itu akan kehilangan akal sehatnya, jadi dia mencoba menarik pergelangan tangannya dengan sekuat tenaga. Namun, perlawanannya hanya menimbulkan nafsu mendomina
Dia menatap pria itu dan tidak melawan. Sebaliknya, dia memegang tangan Jeremy dan memejamkan kedua matanya.“Jeremy…”Madeline memanggil nama Jeremy dengan lembut, tapi sebelum dia bisa mengatakan apa-apa lagi, Jeremy menempelkan bibirnya ke bibirnya tanpa bisa mengendalikan dirinya.Madeline merasa hatinya semakin bingung.Pikirannya kosong.Dia tak ingat bagaimana dia berakhir di tempat tidur dengan pria itu.Ciuman Jeremy mendarat di wajah Madeline, dan ketika dia hendak melepas pakaian Madeline, dia melihat Madeline mengenakan kerang warna-warni di lehernya sebagai kalung.Jantung Jeremy mulai berdetak tak menentu. Kemudian, dia mencium kerang itu dengan penuh apresiasi.Meskipun tempat tidur yang ada sangat tidak nyaman, bagi Jeremy, itu lebih dari cukup untuk bermalam bersama Madeline di kamar yang kecil dan sederhana itu.Keesokan harinya, Madeline terbangun di pelukan Jeremy. Wajahnya langsung memanas.Dia ingat apa yang terjadi tadi malam dan dia pun mulai panik.Apa yang ter
Meskipun dia bukan seorang dokter, dia tahu cara membaca data dan indeks.Dia memotret semua kertas itu. Kemudian, dia mengirimkannya kepada Adam.Dengan hasil itu di tangannya, dia berlari ke ruangan dokter.Dokter melihat hasil pemeriksaan dan mengerutkan kening. “Apakah istri Anda memiliki tumor di tempat yang sama sebelumnya? Jika ya, maka itu mungkin kambuh.”Jeremy merasakan pelipisnya berdenyut-denyut. Kemudian, dia ingat dulu saat dia diberitahu bahwa Madeline sakit dan sudah berada di ambang kematiannya.Dia tak menyangka hal yang sama terjadi lagi.“Jika istri Anda memutuskan untuk mengambil risiko dan melahirkan bayi ini, dia mungkin akan meninggal. Anda harus menjadwalkan operasi sesegera mungkin. Tidak akan terlambat bagi Anda untuk memiliki anak lagi saat istri Anda pulih nanti.”Jeremy berjalan keluar dari ruangan dokter dengan putus asa. Dia sangat yakin kalau anak ini adalah anak Felipe.Namun, entah kenapa, setelah mendengar informasi ini, dia merasa kasihan pada Made
Pipi Madeline menjadi lebih panas lagi. Ketika dia hendak mengatakan sesuatu, dia mendengar suara langkah-langkah kaki dari ujung gang.Jeremy mendongak dengan waspada dan menggandeng tangan Madeline lagi. Jari-jarinya terjalin dengan jemari wanita itu saat dia berbalik dengan cepat."Sebelah sini!" Tiba-tiba, seseorang berteriak dari belakang mereka.Madeline melepaskan tangan Jeremy. "Pergilah. Mereka tidak akan melakukan apapun padaku. Tapi, Felipe tidak akan pernah memaafkanmu jika kamu ketahuan.”"Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke Felipe!" Tekad Jeremy tak tergoyahkan.“Jeremy! Aku cinta kamu! Aku mencintaimu, oke? Pulanglah ke Glendale sekarang!” Madeline berteriak padanya.Namun, Jeremy tidak berpikir kalau Madeline mengatakan yang sebenarnya. Sebaliknya, wanita itu terdengar seperti sedang mencoba untuk mengatasi ini dan mengusirnya.Ekspresinya berubah lebih gelap lagi dan dia menggenggam tangan Madeline lebih erat. Kemudian, dia buru-buru memanggil taksi sebelum akhirnya
Sepasang mata Jeremy menggelap ketika dia mendengar apa yang dikatakan Madeline.Namun, matanya kembali menjadi dingin. "Aku tahu kau hanya mengatakan ini untuk melindungi anak Felipe, tapi Eveline, kau harus menggugurkan anak itu."“Jeremy! Jika kau berani memaksaku melakukan aborsi ini, aku tidak akan pernah memaafkanmu selama hidupku!” Madeline memelototi pria itu tanpa ekspresi, dan pada saat ini, dia emosional. "Jika kau berani menyakiti anak dalam perutku, maka kau harus membunuhku terlebih dahulu."Madeline berjalan melewati Jeremy dengan tangan gemetar.Jika tadi dia tidak bertanya, anaknya pasti sudah tiada.Dia merasakan hawa dingin ketika memikirkan hal itu.Namun, sebelum dia bisa pergi jauh, Jeremy menghentikannya."Lepaskan!" Dia meronta."Kau tidak boleh memiliki anak ini," kata Jeremy menekankan. Tiba-tiba, dia meraih pinggang Madeline dan menggendong wanita itu ke ruang operasi.Hati Madeline karam. "Jeremy, turunkan aku! Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti anak ku!
“Dengarkan aku, Eveline.”"Keluar!" Suara Madeline bergetar dan tangannya juga gemetaran. “Aku tidak ingin melihatmu. Pergi kau! Pulang sana ke Glendale. Jangan biarkan aku melihatmu di sini!"Dia melotot sambil menendang Jeremy keluar. Air mata mengalir dari kedua matanya dengan tak terkendali.Dia tak ingin berpikir bahwa Jeremy akan bertindak sejauh membunuh anak mereka.Ini bahkan lebih buruk daripada rasa sakit yang pria itu berikan padanya dulu.Jeremy tak ingin terus mengganggu Madeline ketika dia melihat wanita itu dalam keadaan hancur. “Kau harus tenang. Aku akan menunggu di luar.”Jeremy berjalan keluar dan menutup pintu di belakangnya.Dia menatap Madeline melalui jendela kecil sebelum duduk di salah satu sofa di luar.Dia tahu Madeline telah salah paham padanya.Namun, itu sudah dia duga.Saat itu hampir sore, dan Jeremy akan membeli makan siang untuk Madeline, jadi dia pergi sebentar. Sebelum pergi, dia meminta perawat untuk mengawasi Madeline.Perawat setuju tanpa ragu-ra
Felipe terkejut. Dia menatap orang yang tampak putus asa dan pucat di depannya, bertanya, "Apa Jeremy melepaskanmu?"Madeline mengangguk dengan wajah tanpa ekspresi. “Ya. Dia bahkan berjanji untuk tidak mengekspos mu, tapi sebagai syaratnya, kau harus membiarkan dia pulang ke Glendale.”Felipe mendengarkan kata-kata Madeline, lalu bertanya dengan senyum lembut, "Eveline, itu syarat mu atau syarat Jeremy?"“Tak peduli syarat siapa. Kau tak bisa terus menyuruh orang untuk memburu Jeremy lagi.” Madeline berkata tegas, dan ada sedikit dominasi di kedua mata merahnya. "Jika kau menyuruh seseorang untuk memburu Jeremy lagi, maka jangan berharap anak di perutku ini datang ke dunia dengan selamat."Setelah Madeline mengatakan itu, senyum Felipe menghilang.Ketika mengatakan itu, Madeline merasa seolah-olah seribu pisau mengiris-iris hatinya.Beberapa jam yang lalu, dia dipaksa untuk melakukan aborsi.Anak itu telah tiada.Namun, dia tidak akan membiarkan Felipe mengetahui hal ini.Tentu saja,
“Kau mau aku percaya padamu dan setiap kata yang kau katakan, tapi apa kau lupa, Eveline? Kaulah yang memberitahuku kalau anak di perutmu itu anak Felipe!”“…”Madeline terdiam, tapi kemudian, dia mendengar Jeremy berkata, "Anak itu seharusnya tidak hidup di perutmu."Plaak!Madeline sekali lagi menampar Jeremy.Dua pengawal berjalan melewati mereka sambil merokok. Ketika mereka mendengar suara itu, mereka berjalan ke ruang bawah tanah dengan waspada."Ada suara-suara yang datang dari bawah sini."“Masak sih?”"Aku akan pergi memeriksanya.""Aku ikut."Kedua pengawal itu berjalan ke pintu ruang bawah tanah. Setelah mereka membuka pintu, mereka menyalakan saklar di sebelah mereka.Namun, tidak ada apa-apa di ruangan itu. Tikus pun tidak ada, apalagi manusia.“Aku sudah bilang padamu kalau kau salah dengar. Cepat habiskan rokokmu agar kita bisa kembali. Kita akan habis jika Mr. Whitman pulang dan melihat kita bermalas-malasan.”Kedua pengawal itu mengobrol sebentar sebelum mematikan lamp