“Kau mau aku percaya padamu dan setiap kata yang kau katakan, tapi apa kau lupa, Eveline? Kaulah yang memberitahuku kalau anak di perutmu itu anak Felipe!”“…”Madeline terdiam, tapi kemudian, dia mendengar Jeremy berkata, "Anak itu seharusnya tidak hidup di perutmu."Plaak!Madeline sekali lagi menampar Jeremy.Dua pengawal berjalan melewati mereka sambil merokok. Ketika mereka mendengar suara itu, mereka berjalan ke ruang bawah tanah dengan waspada."Ada suara-suara yang datang dari bawah sini."“Masak sih?”"Aku akan pergi memeriksanya.""Aku ikut."Kedua pengawal itu berjalan ke pintu ruang bawah tanah. Setelah mereka membuka pintu, mereka menyalakan saklar di sebelah mereka.Namun, tidak ada apa-apa di ruangan itu. Tikus pun tidak ada, apalagi manusia.“Aku sudah bilang padamu kalau kau salah dengar. Cepat habiskan rokokmu agar kita bisa kembali. Kita akan habis jika Mr. Whitman pulang dan melihat kita bermalas-malasan.”Kedua pengawal itu mengobrol sebentar sebelum mematikan lamp
Madeline memalingkan wajahnya dan memperlihatkan profil sampingnya yang dingin pada Jeremy.“Felipe akan segera kembali. Kalau kau tidak pergi sekarang, maka kau tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk pergi.” Madeline mengingatkan Jeremy dengan dingin.“Apa kau mengkhawatirkan aku? Mantan istriku mengkhawatirkan aku?” Suara Jeremy bercampur dengan sedikit tawa. Namun, juga meluap dengan kesinisan.Jari-jari hangatnya mencubit dagu Madeline, memaksa wanita itu menghadapnya.Dia merasakan sakit di hatinya saat dia melihat kedua mata Madeline yang merah dan berlinang air mata.“Eveline, apa di hatimu aku benar-benar seorang laki-laki berdarah dingin dan tak punya hati? Kau memintaku untuk mempercayaimu, tapi pernahkah kau percaya padaku?”Setelah Jeremy mengatakan itu, Madeline merasa hatinya bergetar.Pada saat ini, mereka mendengar suara mobil dari lantai bawah. Felipe pulang.Jeremy berjalan ke jendela dan melihat. Namun, dia sama sekali tidak panik. “Aku tidak akan pergi ke ma
Kemudian, Madeline mulai melepas pakaiannya di depan Jeremy. Setelah itu, dia mengenakan jubah mandi dan berpura-pura baru saja selesai mandi.Jeremy memeluk Madeline ketika dia melihat wanita itu mematikan pancuran dan hendak keluar. Suaranya yang dalam dipenuhi dengan peringatan. “Jangan biarkan dia menyentuhmu. Kalau tidak, kau tidak akan mendapatkan kedamaian malam ini.”Madeline tidak menjawab Jeremy. Setelah pria itu melepaskannya, dia berjalan keluar dan menutup pintu di belakangnya.Felipe mendengar Madeline berjalan keluar dan mematikan ponselnya. Kemudian, dia menatap Madeline. “Sepertinya suasana hatimu sedang buruk. Apa yang terjadi?"Nada suara Felipe dipenuhi kekhawatiran sementara kedua mata pria itu terlihat tulus.Madeline menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja."Felipe mengulurkan tangannya dan menempelkannya di perut Madeline. “Apakah anak ini memberimu kesulitan? Bayi kita sangat nakal.”Gerakan Felipe terlalu mendadak dan Madeline langsung menjauh dari pria i
Madeline meneriakkan nama Jeremy dalam kengerian.Saat dia melihat darah yang berceceran, dia merasa seolah-olah darah di tubuhnya membeku.Dia buru-buru menekan luka tembak Jeremy dengan kedua tangannya, tapi sepertinya tidak berhasil. Tangan halusnya segera saja berwarna merah dan warna mencolok itu menyakiti kedua matanya.“Jeremy, Jeremy.” Jantung Madeline berpacu tak terkendali. Tangannya yang berwarna merah menangkup wajah tampan Jeremy dan air mata menggenang di kedua matanya.Jeremy mengerutkan kening dan menahan rasa sakit yang membakar dari luka tembak itu. Kemudian, dia perlahan mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Madeline yang basah oleh air mata. “Eveline, jangan menangis. Jangan menangis untuk sampah seperti aku.”Hatinya hancur saat dia menyipitkan kedua matanya. Kedua mata itu dipenuhi dengan hasrat mendalam yang sama yang dia miliki untuk wanita itu."Aku tidak akan mati sebelum kau kembali padaku."Meskipun dia berbicara dengan lemah, itu tidak menghalangi muncul
Pertanyaan Madeline membuat Felipe linglung.Jantungnya mencelos saat dia dengan refleks meraih ikat rambut di pergelangan tangannya.Cathy…Malam bertambah gelap.Madeline telah menunggu selama operasi Jeremy berlangsung.Kegelisahan di hatinya baru terasa sedikit lega ketika dokter memberitahunya kalau Jeremy telah melewati masa kritis.Dia tahu Jeremy tertembak hanya karena pria itu berusaha melindunginya.Pria itu selalu bersikap dingin padanya, tetapi perhatiannya terhadapnya terlihat jelas.Dapat dilihat kalau Jeremy cuma mencari perhatiannya saja ketika pria itu bertunangan dengan Yvette.Tapi, kenapa Yvette memberinya perasaan yang begitu familiar?Madeline terus menunggu di luar ruang operasi. Kemudian, tanpa sepengetahuannya, dia tertidur. Ketika dia bangun, hari sudah berganti. Ada yang menyelimutinya dan dua pengawal berjaga di sebelahnya.Dia langsung bangkit. "Di mana Jeremy?""Mr. Whitman sudah mengurus Jeremy, jadi jangan terlalu khawatir, Madam. Anda bisa pulang ke rum
Madeline melihat seorang pria berbaring di sebuah ranjang kecil di hadapannya.Dia tak akan salah mengenali wujud pria itu.Dia menutup pintu dan buru-buru berjalan mendekat.Jeremy mendengar suara-suara tapi tak memperdulikannya. Namun, langkah-langkah yang semakin mendekat terdengar akrab di telinganya.Dia menoleh dan melihat Madeline. Lalu, sepasang matanya yang gelap gulita pun bersinar.Saat kedua pasang mata mereka bertemu, Madeline merasakan sakit di hatinya.Jeremy mengenakan kemeja tipis dengan luka terbalut. Namun, dia bisa melihat darah merembes keluar dari luka pria itu.Dia merasa kacau saat melihat wajah semrawut dan pucat pria itu.“Jeremy.” Dia duduk di ranjang dan membantu pria itu duduk. “Apa kau baik-baik saja? Bagaimana lukamu?”Setelah Jeremy duduk, Madeline melihat rantai tebal terpasang di pergelangan tangan Jeremy. Saat pria itu bergerak sedikit, rantai itu akan menarik luka di bahunya.Felipe selama ini mengurung Jeremy.Madeline tak menduga hal ini. Jeremy t
“Jeremy, saat aku mengandung Jack dan Lilly, kau tidak peduli atau mengkhawatirkanku. Apa kau ingin membuatku bersedih seperti ketika aku dua kali mengandung dulu?”Dia bangkit."Aku pergi. Jangan khawatir. Aku tidak akan membunuhmu, tapi jangan pernah berpikir untuk membunuh anak di dalam perutku.”“Linnie.”Jeremy ingin menghentikan Madeline, tapi wanita itu pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.Lukanya mulai sakit lagi, tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan rasa sakit di hatinya.'Linnie, kebahagiaan yang kurasakan saat aku tahu kalau kau mengandung anakku lagi setara dengan rasa sakit yang kurasakan begitu aku tahu kalau aku akan kehilangan anakku."Tapi, tidak ada yang lebih penting daripada dirimu di hatiku."Meskipun Madeline tak bisa membebaskan Jeremy, dia menyadari kalau dirinya tak boleh ketahuan.Dia meninggalkan ruang bawah tanah dengan tenang dan berbelok saat melihat seorang pengawal berjalan masuk.Felipe sangat kejam.Pria itu tidak selembut dan setenang kelihata
Raungan Jeremy menyerbu telinganya.Madeline bisa merasakan ketidakpuasan dan kemarahan yang intens dalam suara pria itu.Mungkin kematian tidak menakutkan bagi seorang pria, namun hal yang paling tak bisa dia hadapi adalah melihat wanita yang dia cintai berjalan menuju pria lain.Namun, Felipe sangat gembira. Semakin Jeremy kesakitan, semakin bahagia dia dibuatnya.Saat dia melihat Madeline berjalan mendekatinya, dia mengulurkan tangannya lalu menggandeng tangan Madeline.“Eveline Montgomery!” Jeremy tak tahan lagi melihat pemandangan Madeline mendekati Felipe.Dia benar-benar mengabaikan lukanya dan berjuang untuk membebaskan diri. Semburan tenaga yang tiba-tiba itu membuatnya berhasil memutus rantai di pergelangan tangannya.Saat itu terjadi, Felipe luar biasa terkejut. Bahkan beberapa pengawal di belakangnya pun terperanjat.Bagaimana bisa dia memutus rantai itu?Namun, Jeremy memusatkan perhatiannya pada tujuannya dan dia pun langsung menerjang ke arah Madeline.Saat Felipe meliha