Suara pria itu menyelinap ke telinganya, terdengar serak dan dingin seperti biasanya.Namun, hati Madeline karam.Mrs. Whitman.Pria itu memanggilnya begitu.Apa yang pria itu maksud dengan 'Mrs. Whitman’?Madeline dengan tenang memandangi wajah indah dan memesona itu, diam-diam menghela napas lega.Dilihat dari busananya, pria itu juga datang untuk berpartisipasi dalam acara lelang malam ini. Karena pria itu bisa muncul di sini dengan begitu gagahnya, sepertinya tubuhnya baik-baik saja."Mrs. Whitman, apa kau baik-baik saja?” Jeremy bertanya sambil tersenyum tipis.Madeline menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja.""Jika kau baik-baik saja, maka aku akan melepaskanmu." Begitu suaranya jatuh, pria itu langsung menarik tangannya dari pinggangnya seolah-olah tidak merasakan nostalgia sama sekali.Madeline kemudian melihat Jeremy berbalik dan pergi. Hatinya tiba-tiba membeku.Dia tahu kalau Jeremy mungkin percaya pada kurangnya perasaan dan ketidakpeduliannya terhadap pria itu tiga b
Kata itu memotong hati Madeline seperti sebilah pisau tajam yang tak terlihat.Dia melihat Jeremy berbalik tanpa ragu, bahkan tidak repot-repot melirik dari kedua sudut matanya."Jeremy, kau benar-benar percaya pada kebohonganku yang dingin dan keras saat itu."“Sepertinya dia tidak sesayang yang kubayangkan,” Felipe berkata sambil tersenyum lembut, “Ada pelanggan penting yang ingin berbicara denganku. Kau bisa makan sesuatu di sini dulu. Aku akan datang mencarimu nanti.”Felipe berbalik dan pergi, meninggalkan Madeline yang berdiri dengan linglung.Dia berjalan ke meja panjang, mengambil segelas anggur merah, dan minum lagi.Namun, dia tak bisa lagi merasakan aroma manis dan lembut anggur merah itu—hanya rasa pahit yang mencapai hatinya."Bukankah itu Eveline Montgomery?"“Siapa lagi kalau bukan dia? Bukankah dia baru saja menikahi Jeremy beberapa bulan yang lalu? Kenapa dia bersama paman Jeremy, Felipe, sekarang?”“Keluarga kaya selalu berantakan. Aku juga dengar kalau Jeremy dan Fel
Jeremy.Dia tidak akan salah mengira suara langkah kaki pria itu.Madeline buru-buru merapikan dirinya. Dengan lembut dia membelai perutnya dan berpura-pura berdiri di samping pagar untuk mendapatkan udara segar.Dia mendengar Jeremy mendekatinya selangkah demi selangkah. Detak jantungnya, disertai dengan langkah Jeremy, menjadi semakin tidak teratur."Sepertinya kau benar-benar menjalani kehidupan yang lebih baik setelah meninggalkan bajingan seperti aku, Mrs. Whitman."Kata-kata sarkastik Jeremy datang dari belakang, membuat Madeline tertekan.Jeremy mendekati punggung Madeline. Cahaya bulan menyinari kulit dingin dan putih wanita itu. Gaunnya bergoyang tertiup angin malam sementara sosok punggung indah wanita itu terpantul di kedua matanya.Madeline mengangkat topengnya yang elegan sebelum berbalik dan menatap kedua mata dalam Jeremy sambil tertawa kecil.“Aku bisa mengatakan hal yang sama kepadamu, Mr. Whitman. Kau juga tampaknya memiliki kehidupan yang baik. Kau telah menemukan ci
Tidak lama setelah memasuki aula tempat pelelangan dan duduk, Madeline melihat Jeremy masuk bersama Yvette.Madeline masih berpikir kalau wanita itu tampak familier, tapi mungkin hanya karena wanita itu memiliki tampilan influencer yang khas yang membuatnya tampak begitu.Dia tak ingin Jeremy dan Yvette duduk di belakang mereka. Jeremy berjarak satu kursi dari belakang Madeline. Ketika dia melihat ke samping, dia akan bisa melihat sekilas wajah lembut dan tampan pria itu.Felipe juga memperhatikan Jeremy yang duduk di belakang mereka, jadi dia sengaja mengulurkan tangannya lalu menggenggam tangan Madeline sambil mendekati pipi Madeline dengan lebih mesra dan berbisik ke telinga Madeline."Miss Montgomery dan suaminya punya hubungan yang sangat mesra," kata Yvette dengan kagum saat dia duduk di sebelah Jeremy. "Jeremy, haruskah kita bertukar tempat duduk? Karena kau dulu sangat menyukai Miss Montgomery, bukankah tidak nyaman bagimu jika Miss Montgomery berada di depan matamu?""Tentu sa
Madeline merasa tidak nyaman saat dia merasakan Jeremy mendekatinya. Ketika sudah dekat, pria itu berkata, "Aku mendengar kalau Uncle Felipe awalnya ingin menggunakan sebidang tanah ini untuk membangun sebuah resor untuk Mrs. Whitman? Aku benar-benar minta maaf mengenai itu. Aku ingin menggunakan sebidang tanah ini untuk membangun sebuah kastil untuk wanita yang paling aku cintai juga."Jeremy sengaja menatap Madeline meskipun wanita itu tidak menatapnya."Aku berharap suatu hari nanti, wanita yang aku cintai itu bisa tinggal di kastil itu dan menjadi putri yang bebas merdeka. Aku bersedia melindunginya tanpa syarat, menjaganya, dan menjadi ksatrianya seumur hidupnya."Setelah Jeremy mengatakan itu, Yvette mendekati Jeremy dan berkata dengan manis, "Jeremy, kau sangat baik padaku."Madeline memalingkan wajahnya saat dirinya diliputi kesedihan. Dia tersenyum pada Felipe sambil menahan sakit hatinya. "Aku lapar, Felipe. Bisakah kita makan sesuatu?""Oke." Felipe tersenyum dan berdiri, me
"Kakek, katakan padaku apa yang harus aku lakukan.”Dia mengerutkan alisnya dengan kesal ketika ponselnya tiba-tiba bergetar.Seseorang yang tak dia kenal telah mengirimkan permintaan pertemanan melalui nomor teleponnya.Madeline melihat profil orang itu. Informasi menunjukkan bahwa orang itu adalah seorang gadis dan gadis itu meninggalkan komentar: [Aku patah hati dan hanya memencet nomor dengan asal. Aku hanya ingin ngobrol dengan orang asing.]Madeline merasa sangat lelah dan sedang tidak ingin menghibur orang yang patah hati. Tak lama kemudian, dia pun tertidur.Pagi-pagi keesokan harinya, perut Madeline mulai melilit begitu dia bangun. Dia berlari ke kamar mandi dan mencoba muntah, tapi tidak ada yang keluar.Saat mengingat dirinya waktu mengandung Jackson, dia memiliki gejala yang sama.Waktu hamil Lilian, dia benar-benar tanpa emosi dan tak ada banyak gejala yang membuatnya tidak nyaman.Dia menyentuh perutnya dan mengingat malam bersama Jeremy tiga bulan lalu.Pada saat itu, Je
Suara Jeremy yang tiba-tiba terdengar mengejutkan Madeline dan membuat jantungnya berdetak kencang.Tangannya bergetar saat bola kertas yang seharusnya dibuang ke tempat sampah itu jatuh ke lantai.Dia buru-buru memungutnya, tapi Jeremy lebih cepat.Pria itu membungkuk lebih dekat, dan profil halusnya dengan lembut menyapu pipinya.Napas mereka saling bertautan untuk beberapa saat.Jeremy memungut bola kertas itu dan hendak membuangnya ketika dia melihat betapa anehnya tingkah laku Madeline.Ketika Madeline melihat Jeremy akan membuka bola kertas itu, dia dengan cepat mengulurkan tangan untuk mengambilnya tapi sedetik lebih lambat.Saat Jeremy melihat isi laporan pemeriksaan itu, sepasang matanya menjadi gelap. Wajahnya yang halus dan tampan langsung berubah dingin.Madeline memperhatikan perubahan ekspresi wajah Jeremy, jadi dia mengulurkan tangan lagi, mengambil laporan pemeriksaan itu, dan memasukkannya ke tempat sampah.Dia kesal. Dia tak tahu apakah Jeremy mengerti isi laporan itu
Dia mengerutkan kening dan bergegas pergi.Setelah masuk ke dalam mobil, Madeline meraba perutnya dan memikirkan sorot mata Jeremy.'Apakah itu kemarahan, kecemburuan, atau sakit hati?'Madeline tidak tahu.Apa yang Madeline tidak ingin Felipe ketahui, segera pria itu ketahui dari anak buahnya.Felipe tampak sangat bahagia. "Eveline, apa kau benar-benar hamil anakku?"Madeline tidak menyangkal. Jika dia menyangkal, dia takut Felipe akan menggunakan metode apa pun yang pria itu bisa untuk menyingkirkan bayi ini.Dia tak ingin membicarakan kehamilannya dengan Felipe, jadi dia mengubah topik pembicaraan. "Besok adalah ulang tahun kematian kakekku. Aku akan pergi ke pemakaman untuk menjenguk beliau."Felipe segera menyetujuinya. "Karena lelang untuk sebidang tanah itu telah gagal, ada sesuatu yang harus aku tangani. Aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarmu ke sana besok." Dia tersenyum lembut. "Eveline, ini anak pertama kita. Jangan khawatir, bahkan setelah kita memiliki anak ini, aku