"Kakek, katakan padaku apa yang harus aku lakukan.”Dia mengerutkan alisnya dengan kesal ketika ponselnya tiba-tiba bergetar.Seseorang yang tak dia kenal telah mengirimkan permintaan pertemanan melalui nomor teleponnya.Madeline melihat profil orang itu. Informasi menunjukkan bahwa orang itu adalah seorang gadis dan gadis itu meninggalkan komentar: [Aku patah hati dan hanya memencet nomor dengan asal. Aku hanya ingin ngobrol dengan orang asing.]Madeline merasa sangat lelah dan sedang tidak ingin menghibur orang yang patah hati. Tak lama kemudian, dia pun tertidur.Pagi-pagi keesokan harinya, perut Madeline mulai melilit begitu dia bangun. Dia berlari ke kamar mandi dan mencoba muntah, tapi tidak ada yang keluar.Saat mengingat dirinya waktu mengandung Jackson, dia memiliki gejala yang sama.Waktu hamil Lilian, dia benar-benar tanpa emosi dan tak ada banyak gejala yang membuatnya tidak nyaman.Dia menyentuh perutnya dan mengingat malam bersama Jeremy tiga bulan lalu.Pada saat itu, Je
Suara Jeremy yang tiba-tiba terdengar mengejutkan Madeline dan membuat jantungnya berdetak kencang.Tangannya bergetar saat bola kertas yang seharusnya dibuang ke tempat sampah itu jatuh ke lantai.Dia buru-buru memungutnya, tapi Jeremy lebih cepat.Pria itu membungkuk lebih dekat, dan profil halusnya dengan lembut menyapu pipinya.Napas mereka saling bertautan untuk beberapa saat.Jeremy memungut bola kertas itu dan hendak membuangnya ketika dia melihat betapa anehnya tingkah laku Madeline.Ketika Madeline melihat Jeremy akan membuka bola kertas itu, dia dengan cepat mengulurkan tangan untuk mengambilnya tapi sedetik lebih lambat.Saat Jeremy melihat isi laporan pemeriksaan itu, sepasang matanya menjadi gelap. Wajahnya yang halus dan tampan langsung berubah dingin.Madeline memperhatikan perubahan ekspresi wajah Jeremy, jadi dia mengulurkan tangan lagi, mengambil laporan pemeriksaan itu, dan memasukkannya ke tempat sampah.Dia kesal. Dia tak tahu apakah Jeremy mengerti isi laporan itu
Dia mengerutkan kening dan bergegas pergi.Setelah masuk ke dalam mobil, Madeline meraba perutnya dan memikirkan sorot mata Jeremy.'Apakah itu kemarahan, kecemburuan, atau sakit hati?'Madeline tidak tahu.Apa yang Madeline tidak ingin Felipe ketahui, segera pria itu ketahui dari anak buahnya.Felipe tampak sangat bahagia. "Eveline, apa kau benar-benar hamil anakku?"Madeline tidak menyangkal. Jika dia menyangkal, dia takut Felipe akan menggunakan metode apa pun yang pria itu bisa untuk menyingkirkan bayi ini.Dia tak ingin membicarakan kehamilannya dengan Felipe, jadi dia mengubah topik pembicaraan. "Besok adalah ulang tahun kematian kakekku. Aku akan pergi ke pemakaman untuk menjenguk beliau."Felipe segera menyetujuinya. "Karena lelang untuk sebidang tanah itu telah gagal, ada sesuatu yang harus aku tangani. Aku akan menyuruh seseorang untuk mengantarmu ke sana besok." Dia tersenyum lembut. "Eveline, ini anak pertama kita. Jangan khawatir, bahkan setelah kita memiliki anak ini, aku
Madeline memperhatikan pria itu mendekat ke arahnya dan jantungnya pun mulai berpacu.Dia hamil dan khawatir Jeremy akan berperilaku tidak rasional, jadi dia mengambil langkah mundur karena waspada.Ketika Jeremy melihat tingkah Madeline yang menghindar, dia melengkungkan kedua sudut bibirnya dan berkata dengan sinis, "Mrs. Whitman, apa kau khawatir aku akan melakukan sesuatu padamu? Apa kau takut aku akan mencelakai anak Felipe?""..."Dia memang khawatir bayi di dalam perutnya akan terluka, meskipun bayi itu adalah milik Jeremy.Madeline menelan rahasia itu dan berkata dengan acuh tak acuh, "Kau benar. Bayi di dalam perutku ini sangat penting bagiku. Jadi, Mr. Whitman, tolong jangan bertindak gegabah."Begitu dia mengatakan itu, Madeline melihat sepasang mata Jeremy suram dan langsung terlihat lebih dingin."Karena kau sangat khawatir, ambil payung ini agar kau tidak pilek."Saat Jeremy mengatakan itu, pria itu menyerahkan payung di tangannya kepada Madeline dan mengambil sesuatu dar
Rasa sakit yang membuat hatinya kebas menyebar ke seluruh tubuhnya lagi, dan Madeline mendongak untuk memaksa air matanya masuk lagi.Dia tidak boleh menangis lagi.Dia harus kuat demi anak ini....Setelah Madeline mengunjungi makam Len, dia diantarkan ke vila Felipe.Felipe sedang menghadiri konferensi video di ruang kerja ketika dia mengetahui bahwa Madeline telah kembali. Saat itu juga, dia mengakhiri konferensi lebih awal.Ketika melihat jaket Madeline yang sedikit lembab karena hujan, dia sedikit khawatir. "Apa kau tidak menggunakan payung? Mengapa kamu basah kuyup?""Hanya gerimis kecil. Itu tidak akan membuatku sakit." Dia kedinginan dan berjalan melewati Felipe saat dia naik ke atas.Felipe sudah terbiasa dengan sikap Madeline. "Kau sekarang sedang hamil. Basah-basahan di tengah hujan akan membuatmu sakit."'Basah-basahan di tengah hujan.'Madeline menatap payung di tangannya.Jeremy telah memberikan payung itu padanya di pemakaman belum lama ini, tetapi sisa kehangatan pria
Yvette menatap mata Felipe dan tersenyum cerah. "Begitukah caramu memulai percakapan dengan seorang gadis? Kurasa kita belum pernah bertemu karena aku belum pernah ke Glendale sebelum menjadi pacar Jeremy..”Sambil mengatakan itu, Yvette bergerak lebih dekat ke lengan Jeremy dengan mesra.Jeremy tersenyum dan dengan lembut meraih tangan Yvette. Keduanya terlihat sangat hangat dan manis.Madeline berbalik karena dia tak ingin melihat mereka berdua bermesraan.Felipe melirik Yvette dengan sekilas dan menyangga payungnya saat dia berjalan masuk bersama Madeline.Ketika Karen mendengar langkah-langkah kaki, dia mengira itu Jeremy yang membawa pacarnya ke rumah, tetapi ketika dia mendongak, dia melihat Madeline dan Felipe berjalan berdampingan.Senyum di wajahnya menghilang dalam sekejap. "Ck, tamu langka."Karen melanjutkan ejekannya, berkata, "Yang satu adalah paman yang ingin menghancurkan Jeremy sementara yang satunya lagi adalah mantan istri palsu yang ingin membalas dendam pada Jeremy
"Apa? Kau hamil?" Karen memandang Madeline dengan takjub saat tatapannya berangsur-angsur berubah menjadi menghina. "Wow, Miss Montgomery, kau benar-benar luar biasa. Setelah bayimu lahir, aku bertanya-tanya bagaimana aku harus memanggilnya.”"Tidak masalah kau memanggilnya apa. Aku ibunya dan aku akan mengajarkannya. Itu tidak ada hubungannya denganmu." Madeline tetap tenang.Karen menyeringai dan tertawa kecil. "Eveline, kau benar-benar—""Makanlah makan malam mu," sela Jeremy dengan suara dingin dan menatap Madeline. "Karena kau sekarang sedang hamil, Aunty Eveline, tolong jaga tubuhmu," katanya dan meletakkan sepotong iga di piring Madeline. "Aku ingat kamu dulu suka makan ini.""Terima kasih, Mr. Whitman, tapi aku tidak menyukainya lagi. Kau harus memberikannya kepada tunanganmu. Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku."Madeline tetap acuh tak acuh terhadap Jeremy sampai makan malam berakhir dan tidak menyentuh makanan yang diambilkan Jeremy untuknya. Dia hanya menoleh untuk tersenyu
Madeline melihat sentuhan dominasi dan kekuatan agresif di kedua mata Jeremy.Dia khawatir pria ini akan lepas kendali dan melakukan sesuatu pada anak dalam kandungannya."Jeremy, kau bilang kita sudah membereskan semua di antara kita berdua. Karena kau tidak mencintaiku lagi, berhentilah menggangguku." Madeline mengingatkannya dan berjuang untuk melepaskan diri dari genggamannya pada saat yang sama.Namun, pria itu melengkungkan bibir tipisnya menjadi senyum lebar dan menawan."Kenapa kau begitu takut padaku? Apa kau takut aku akan melahap mu?"Aroma anggur yang dibawa Jeremy berembus ke pipinya, membuat telinganya menjadi panas saat dia meletakkan tangannya di dadanya.Dia sedikit linglung tapi berusaha sangat keras untuk menenangkan emosinya untuk menghadapi pria ini dengan sikap dingin."Jeremy, tolong ingat siapa dirimu bagiku. Aku istri pamanmu, yang menjadikanku bibimu...""Tutup mulutmu, Eveline Montgomery." Jeremy tiba-tiba menyela dengan nada dingin saat merujuknya ke nama le
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka