Madeline mempertemukan tatapannya dengan tatapan bertanya pria itu dengan tenang. "Ya, aku setuju."Felipe benar-benar tak menyangka Madeline berjanji dengan begitu mudahnya padanya.Dia juga tak tahu apa alasan mengapa dia tidak merasakan kegembiraan saat ini.Sebaliknya, entah kenapa dia memikirkan orang yang tak bisa dia lihat hidup atau mati … jasad Cathy.Pada saat ini, seorang pengawal berjalan ke sisi Felipe dan membisikkan beberapa kata ke telinganya.Setelah Felipe mendengarkan kata-kata pengawal itu, dia berbalik dan menatap Madeline. "Aku harus keluar untuk menangani sesuatu sekarang. Aku akan mencarimu di kamarmu malam ini.""Baiklah, aku akan menunggu kedatanganmu." Madeline setuju tanpa ambiguitas.Felipe terkejut dengan sikap tidak ragu-ragu wanita itu.Tampaknya sangat sulit baginya untuk memahami perasaan seorang ibu.'Jadi, Cathy, apakah ini alasanmu memutuskan untuk bunuh diri?’'Tapi saat kau mengandung anakku untuk pertama kalinya, bukankah kau juga menggugurkan ba
Felipe meraih tangan Madeline, lalu dengan lembut mencium punggung tangan itu sambil memeluk pinggang ramping Madeline dengan erat."Eveline, selama kau berjanji padaku kalau kau tidak akan lagi berhubungan dengan Jeremy dan mengikutiku dengan sepenuh hati, aku akan memberimu dan Lilian kehidupan terbaik."Saat dia mengucapkan kata-kata itu, kedua matanya menjadi lebih kabur dan redup.Jari-jarinya yang ramping melepas sabuk jubah mandi Madeline dan setelah jubah mandi itu dia longgarkan, dia bisa mencium aroma yang lebih memikat. Berhadapan dengan Madeline yang tidak menolaknya, dia melengkungkan bibirnya dan tersenyum puas. Bibir tipisnya jatuh ke sisi bibir Madeline saat dia membawa wanita itu ke tempat tidur...Hujan salju semakin deras, dan Madeline dengan terbungkus jubah mandi, duduk dengan tenang di dekat jendela.Dia melirik Felipe yang tertidur di tempat tidur dan menghela napas lega dalam diam.Tadi adalah pelarian yang sukses kali ini.'Lilian, Mommy akan segera menemuimu.'
Madeline merasa orang yang dimaksud Felipe adalah Jeremy.Tepat pada saat dia memikirkan hal itu di benaknya, mobil itu tiba-tiba berbelok tajam, melaju ke gang terpencil sebelum tiba-tiba berhenti."Kau punya dua pilihan sekarang. Satu, buat dia menyerah padamu sepenuhnya dan aku akan langsung membawamu menemui Lilian. Dua, katakan yang sebenarnya dan jangan pernah berpikir untuk melihat Lilian lagi dalam hidup ini." Suara Felipe seperti mimpi buruk yang terngiang di telinganya.Madeline mengatupkan bibir merah mudanya dan menjawab, "Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tidak butuh dirimu untuk memberitahuku tentang hal itu."Setelah mengucapkan kata-kata itu dengan tegas, dia kemudian membuka pintu mobil."Jika kau tak bisa membuat laki-laki itu pergi dari sini dengan patuh, maka aku akan menggunakan caraku untuk membuat Jeremy menghilang," kata Felipe saat Madeline turun dari mobil.Madeline berhenti sejenak sebelum melanjutkan keluar dari mobil. Kakinya menginjak salju dan memb
Dia tiba-tiba bangkit, sepasang matanya yang tajam dan berduri menatap Felipe. "Kau berani menyentuhnya?!"Dia sangat marah. Telapak tangannya yang putih menarik kerah Felipe ke atas sambil berteriak, "Linnie milikku! Berani-beraninya kau menyentuhnya?! Felipe, aku akan membunuhmu!"Madeline melihat Jeremy tiba-tiba menjadi murka. Pria itu bahkan mengangkat tangannya dan hendak memukul Felipe.Pada saat ini, seorang pengawal di belakangnya mengeluarkan pistol dan menembakkan peluru langsung ke tubuh Jeremy. Saat Madeline kembali sadar dan ingin menghentikannya, peluru itu sudah melesat keluar dan langsung mengenai tangan Jeremy.Darah merah menetes ke tanah bersalju putih bersih. Dengan merah dan putih bersama-sama, campuran itu menciptakan sebuah warna iblis.Madeline merasakan kedua matanya kesemutan karena rasa sakit. Hatinya sangat terluka. Dia melangkah maju, ingin membantu Jeremy tapi segera dihentikan oleh pengawal itu. "Madam, apa Anda masih ingin bertemu dengan Miss Lilian? Ji
Rasa sakit yang tajam keluar dari lukanya dan mulai menyebar.Jeremy melirik lukanya yang berdarah, tak bergerak. Kepalanya dipenuhi dengan sorot mata dan kata-kata Madeline yang dingin dan tegas. Tatapannya perlahan berubah.'Linnie, kau benar-benar tidak mencintaiku lagi.’'Kau tidak mencintaiku lagi.’'Kau membenciku sekarang.’"Kau bahkan begitu membenciku hingga dirimu tak ingin melihatku di dunia ini lagi."Jeremy mencengkeram kemudi dengan erat, urat-urat biru bermunculan di punggung tangannya yang halus.Melihat orang-orang bergegas ke arahnya, Jeremy mengangkat sepasang matanya yang menyeramkan dan dipenuhi tatapan membunuh sebelum menginjak pedal gas.Pengawal-pengawal di depannya terlempar ke udara. Setelah bangkit dengan gemetaran, mereka segera melajukan mobil mengejar Jeremy.Jeremy tidak terbiasa dengan jalan-jalan di Negara F dan tanpa sadar melaju ke pinggiran kota yang terpencil.Kehilangan darah membuat wajahnya berangsur-angsur memucat. Tubuhnya juga menjadi lebih d
Wajah kecil yang elegan dan halus ini menjadi lebih lembut dan indah.Hidung mungilnya yang cantik dan mulut mungilnya yang berwarna merah jambu, semuanya memiliki bayang-bayang fitur-fitur wajah Jeremy.Lilian tersenyum, mengedipkan matanya saat dia berjalan menuju Felipe. "Dad!"Felipe mengulurkan tangan dan membelai kepala mungil Lilian. "Anak baik."Madeline sedikit mengernyit, serasa ingin membawa Lilian pergi dan memberitahu putrinya bahwa pria itu bukan ayahnya.Namun, dia takut itu akan menakuti Lilian.Lagi pula, Lilian baru berusia empat tahun.Tidak seperti kakak laki-lakinya, Lilian tumbuh di lingkungan yang aman sejak dia masih kecil—seperti putri kecil yang polos dan tidak mengerti apa-apa. Pada usia ini, anak itu tidak dapat memahami dunia orang dewasa.Madeline benar-benar ingin membawa Lilian pergi, tapi pengamanan di sini terlalu ketat.Felipe akan mengajak Madeline menemui Lilian setiap hari, dan terkadang, pria itu dengan enggan setuju untuk membiarkan Madeline ting
Suara pria itu menyelinap ke telinganya, terdengar serak dan dingin seperti biasanya.Namun, hati Madeline karam.Mrs. Whitman.Pria itu memanggilnya begitu.Apa yang pria itu maksud dengan 'Mrs. Whitman’?Madeline dengan tenang memandangi wajah indah dan memesona itu, diam-diam menghela napas lega.Dilihat dari busananya, pria itu juga datang untuk berpartisipasi dalam acara lelang malam ini. Karena pria itu bisa muncul di sini dengan begitu gagahnya, sepertinya tubuhnya baik-baik saja."Mrs. Whitman, apa kau baik-baik saja?” Jeremy bertanya sambil tersenyum tipis.Madeline menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja.""Jika kau baik-baik saja, maka aku akan melepaskanmu." Begitu suaranya jatuh, pria itu langsung menarik tangannya dari pinggangnya seolah-olah tidak merasakan nostalgia sama sekali.Madeline kemudian melihat Jeremy berbalik dan pergi. Hatinya tiba-tiba membeku.Dia tahu kalau Jeremy mungkin percaya pada kurangnya perasaan dan ketidakpeduliannya terhadap pria itu tiga b
Kata itu memotong hati Madeline seperti sebilah pisau tajam yang tak terlihat.Dia melihat Jeremy berbalik tanpa ragu, bahkan tidak repot-repot melirik dari kedua sudut matanya."Jeremy, kau benar-benar percaya pada kebohonganku yang dingin dan keras saat itu."“Sepertinya dia tidak sesayang yang kubayangkan,” Felipe berkata sambil tersenyum lembut, “Ada pelanggan penting yang ingin berbicara denganku. Kau bisa makan sesuatu di sini dulu. Aku akan datang mencarimu nanti.”Felipe berbalik dan pergi, meninggalkan Madeline yang berdiri dengan linglung.Dia berjalan ke meja panjang, mengambil segelas anggur merah, dan minum lagi.Namun, dia tak bisa lagi merasakan aroma manis dan lembut anggur merah itu—hanya rasa pahit yang mencapai hatinya."Bukankah itu Eveline Montgomery?"“Siapa lagi kalau bukan dia? Bukankah dia baru saja menikahi Jeremy beberapa bulan yang lalu? Kenapa dia bersama paman Jeremy, Felipe, sekarang?”“Keluarga kaya selalu berantakan. Aku juga dengar kalau Jeremy dan Fel