Tangan Meredith yang memegang gaun pengantin bergetar!Dia menatap sosok yang muncul di cermin dengan takjub dan menoleh dengan tidak percaya.“Eveline!”Kedua mata Meredith melebar dalam kepanikan saat dia perlahan mundur. Dia menunjuk Madeline yang mengenakan gaun putih bersih, rambut panjangnya berkibar. "Kau orang atau hantu? Kenapa kau di sini?!"Madeline menatapnya sambil tersenyum. "Bagaimana menurutmu? Apa aku orang atau hantu?""...""Di dalam air benar-benar dingin, Saudariku. Maukah kau ikut denganku?""Aaah!" Meredith berteriak ketakutan, membuang gaun pengantin di tangannya, dan ingin lari keluar.Namun, Madeline melangkah maju dan meraih pergelangan tangannya. "Adikku yang baik, kenapa terburu-buru? Aku akan membawamu pergi, jangan khawatir."Merasakan sentuhan dingin di pergelangan tangannya, Meredith bahkan lebih ketakutan lagi!Ini adalah orang mati!Bagaimana mungkin tangan orang yang hidup bisa sedingin ini? Itu tidak mungkin!Wajah Meredith pucat. Melihat Madeline m
Madeline duduk di depan cermin rias dan merias dirinya sendiri dengan riasan ringan dan sederhana. Dia dengan lembut menarik rambut panjangnya di kedua sisi dan akhirnya mengenakan gaun pengantin."Mom, kau cantik sekali. Kau adalah gadis paling cantik yang pernah aku lihat."Jackson mengedipkan kedua matanya yang besar dan bening seperti kaca. Kedua mata itu penuh dengan kekaguman dan cinta.Madeline tersenyum dan menepuk lembut ujung hidung Jackson. "Kamu juga bakpao paling menawan yang pernah aku lihat.""Aku bukan bakpao. Aku bayi Mom dan Dad." Jackson mengoreksi dengan serius.Menatap wajah polos dan imut di depannya, hati Madeline terasa sedikit sakit. ‘Lilian, jika kau ada di sini hari ini, kita akan menjadi keluarga beranggotakan empat orang yang lengkap.’Madeline berbalik dan membuka pintu. Penata rias melihat kalau Madeline telah mengubah riasan wajahnya dan terkejut. "Miss Montgomery, bagaimana dengan tatanan dan rias wajah Anda?—""Aku baru saja mencoba gaun pengantinnya.
Tepat di saat Madeline mengulurkan tangannya, siap menerima cincin kawin Jeremy, dia melihat Felipe berjalan ke arah mereka.Melihat gerak-gerik pria itu, Felipe jelas tidak datang untuk memberikan restunya.Bagaimana mungkin pria itu mau merestui dirinya dan Jeremy?Madeline mengenakan kerudung dan berdiri jauh di atas panggung. Felipe juga tidak mengenali wanita itu, hanya mengira wanita itu adalah Meredith.Dia berjalan mendekat dan melihat Old Master Whitman menatapnya dengan serius. Felipe tertawa acuh tak acuh."Kenapa kau terlihat seperti ini? Hari ini adalah hari yang baik bagi Jeremy untuk menikah, jadi bukankah seharusnya kau bahagia?""Bahagia? Felipe, menurutmu apakah kakek tua ini masih bisa bahagia saat melihatmu?" Karen tertegun.Winston menahan isterinya dan berbalik menghadap Felipe dengan tenang. "Felipe, kau tidak perlu memberi hadiah apa pun. Kau tidak diterima di sini, jadi pergilah."Felipe tertawa dan menyerahkan sebuah dokumen. "Hadiahku adalah sertifikat Whitma
Namun, dia tak menyangka pengantin wanita Jeremy adalah Madeline dan Madeline dengan santainya menerima sertifikat rumah itu.Melihat sorot mata Madeline yang tegas dan tajam, Felipe tak mau lagi mengundang cibiran.Dia tak mengerti reaksi Jeremy. Jeremy jelas terhipnotis dan tidak mungkin memiliki perasaan apapun terhadap Madeline, tetapi mata Jeremy ketika dia menatap Madeline sangat lembut—bahkan penuh kasih sayang.Semakin dia memikirkannya, semakin kesal dia dibuatnya.Meredith kemarin telah berjanji dengan tegas kalau masalah ini berhasil dia tangani, tetapi sekarang, sepertinya perempuan itu yang telah ditangani oleh Madeline.Felipe langsung menelepon Meredith setelah meninggalkan ruang resepsi, tetapi tidak ada yang menjawab.Madeline dan Jeremy melanjutkan upacara pernikahan mereka di hadapan para tamu.Mereka saling bertukar cincin, berkata 'saya bersedia' satu sama lain, dan pada akhirnya, Jeremy menundukkan kepalanya sebelum mencium bibir Madeline dengan lembut.Setelah up
Madeline tak pernah menyangka akan ada hari di mana dia akan mengambil inisiatif untuk mencium pria ini.Namun, perasaan itu di luar kendalinya.Hal yang sama juga berlaku buat Jeremy.Meskipun ada suara di benaknya yang mengatakan kepadanya bahwa dia tidak mengenal atau mencintai wanita ini, tubuhnya secara naluriah ingin dekat dengannya. Dia bahkan ingin memiliki segala yang ada pada wanita ini.Lampu di kamar padam dan hanya ada cahaya bulan yang dingin dan kabur.Salju turun di luar jendela dan langit sedingin es bergeser, tapi hati Madeline dan Jeremy berapi-api dan panas membara.Hanya saja perlakuan lembut Jeremy pada saat ini telah mengingatkannya pada perilaku biadab pria ini dulu.Selama tahun-tahun itu, pria ini tidak pernah begitu menghargainya.Jeremy sedang mencium Madeline ketika dia tiba-tiba merasakan air mata asin di kedua sudut mata Madeline."Ada apa?" Suara Jeremy yang rendah dan lembut menyelinap ke telinganya seperti malam yang dingin.Madeline membuka kedua mata
Cathy menggigit bibirnya erat-erat sambil membuka kedua matanya dengan keras kepala dan memaksa air matanya kembali masuk."Jangan usir aku. Selama kau membolehkan aku berada di sisimu, aku akan melakukan apa pun yang kau ingin aku lakukan. Aku akan melakukan yang terbaik.""Heh," Felipe mencibir, "Sebesar itu kau menyukaiku? Sedemikian rupa hingga kau bahkan tidak punya harga diri dan cinta pada diri sendiri?""Aku tidak hanya menyukaimu." Cathy menatap ke dalam kedua mata Felipe, tak tergoyahkan.Namun, Felipe tidak menghiraukan gadis itu. Dia mendorong Cathy pergi, bahkan menatap gadis itu dari kedua sudut matanya pun tidak."Keluar. Sana ke gerbang dan renungkan apakah kau telah mengerahkan semua kemampuanmu saat menjalankan perintahku."Cathy sedikit tercengang ketika mendengar kata-kata itu. Di luar sedang turun salju dan suhunya sangat dingin.Dia tidak sanggup bertahan di tengah cuaca dingin seperti sekarang ini."Tidak mau pergi?" Felipe mendesak.Cathy mengeratkan kepalan tan
Kedua pupil mata Felipe mengerut saat otaknya sejenak menjadi kosong.Gadis di pelukannya sudah membeku, dan nafasnya sangat lemah.Dia secepat mungkin membawa Cathy ke rumah sakit. Felipe merasa sedikit cemas saat menunggu di luar ruang UGD.Memikirkan darah itu, dia sudah punya beberapa dugaan di benaknya, tapi dia tak ingin memikirkannya terlalu jauh.Tidak lama kemudian, dokter keluar dari ruang UGD.Sebelum dia bisa berbicara, dokter wanita itu dengan menyesal mengatakan kepadanya, "Istri Anda terlalu lama kedinginan dan telah kehilangan bayi di perutnya."Entah kenapa, Felipe merasakan badai kehampaan di hatinya. Dia kemudian mendengar dokter berkata, "Setelah memeriksa kondisi istri Anda, sepertinya dia mengalami keguguran lain beberapa waktu yang lalu. Tubuhnya belum pulih sepenuhnya dan itu sebabnya dia keguguran lagi. Jika dia tidak hati-hati, itu akan menjadi masalah yang berulang. Anda suaminya, jadi jaga dia baik-baik."Dokter pergi setelah berbicara. Felipe melihat ke dal
Dia tersenyum tipis ketika melihat kakek tua itu menatapnya dengan sedih."Grandpa, aku senang menjadi satu keluarga denganmu lagi."Old Master Whitman mengangkat tangannya dengan susah payah lalu menggenggam tangan Madeline. "Anakku, aku juga sangat senang. Terima kasih telah memberi Jeremy kesempatan kedua.""Jeremy memenangkan kesempatan ini dengan usahanya sendiri. Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku."Dia mengingat kembali semua yang telah terjadi selama periode waktu ini, bagaimana pria itu berulang kali bergegas dengan berani tanpa memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Ketulusan dan penyesalannya ... dia telah melihat semuanya.Madeline kemudian menyadari kalau Jeremy sepertinya menghilang.Ke mana pria itu pergi pagi-pagi begini?Madeline berjalan ke samping dan menelepon Jeremy. Setelah panggilannya dijawab, dia langsung bertanya, "Jeremy, kamu di mana?"Dia melempar pertanyaan dan masih menunggu jawaban Jeremy ketika dia mendengar suara Meredith datang dari ujung satun