Madeline mengakhiri peringatannya dengan begitu saja sebelum menutup telepon. Dia bahkan memasukkan nomor Felicity ke daftar hitam.Dia menghentikan mobil dan menyerahkan ponsel itu dengan ekspresi serius."Jeremy, kau adalah suamiku sekarang. Jangan berinteraksi dengan wanita lain lagi atau aku akan sedih.""Jangan bersedih. Aku berjanji padamu." Jawaban Jeremy terdengar tidak menyenangkan, bahkan enggan, tapi pria itu langsung setuju.Madeline puas dengan jawaban itu. Dia membawa Jeremy ke klinik Adam. Adam melakukan beberapa kali pemeriksaan pada Jeremy dan tidak menemukan adanya masalah pada tubuh Jeremy. Apalagi fisik Jeremy sangat fit dibandingkan dengan orang biasa.Adam juga melakukan evaluasi psikologis pada Jeremy dan hasilnya menunjukkan bahwa Jeremy tidak punya masalah.Dengan hasil itu, Adam tak bisa mulai mengobati Jeremy. Karena itu, Madeline harus membawa Jeremy pergi dulu.Saat mereka berhenti di lampu merah dalam perjalanan pulang, Madeline hanya bisa menatap toko bun
Saat Jeremy naik ke atas dan hendak ke kamar tidur, samar-samar dia mendengar suara Madeline meminta bantuan.Dia merasakan detak jantungnya tiba-tiba bertambah cepat saat dia berlari ke bawah bahkan sebelum dia bisa memikirkannya.Dia berlari ke gerbang dan hanya melihat Madeline masuk ke mobil."Apa yang terjadi?" Jeremy berjalan mendekat dan bertanya."Tidak, tidak ada apa-apa," jawab wanita itu dari dalam mobil, "Tadi aku pikir ada tikus, jadi aku kaget. Kalau begitu, Jeremy, aku akan pulang dulu."Dengan selesainya kata-kata wanita itu, mobil keluar dari pandangan Jeremy.Jeremy merasa ada sesuatu yang salah tetapi dia tidak tahu apa yang salah.Ketika dia berbalik untuk pergi, dia menurunkan matanya dan melihat satu kancing di lantai dekat pintu.Dia mengambilnya dan melihat lebih dekat. Kancing berlapis emas ini adalah salah satu kancing pada mantel yang dikenakan Madeline hari ini. Bagaimana itu bisa lepas?Meredith mengendarai mobil Madeline. Dia mengangkat kedua matanya yang
Meredith mengerutkan bibir merahnya dan mengarahkan jarinya ke wajah halus Madeline. "Di dunia ini, cuma satu Eveline yang dibutuhkan."Mendengar itu, Madeline berangsur-angsur mengerti apa yang dimaksud Meredith.Meredith ingin menyingkirkannya sepenuhnya, menggantikannya, dan menjadi Eveline."Madeline, dulu aku gagal membunuhmu, membiarkanmu bertahan di ambang kematian. Kali ini, aku tidak akan menurunkan kewaspadaan ku."Meredith tersenyum dan menyeret Madeline yang lemah ke danau."Bukankah kau sangat merindukan putrimu? Aku akan mengirimmu padanya sekarang. Madeline, mulai sekarang, tidak akan ada lagi kamu di dunia ini sementara aku akan menjadi Eveline yang sebenarnya, ha-ha-ha..."Dia tertawa liar, sorot matanya tiba-tiba menjadi dingin."Pergi kau ke neraka!"Meredith berusaha sekuat tenaga mendorong Madeline ke danau sedingin es itu.Madeline ingin melarikan diri, tetapi dia lemah dan menghilang ke dalam danau dengan bunyi plung!Rasa dingin bagaikan sebilah pisau menusuknya
Tangan Meredith yang memegang gaun pengantin bergetar!Dia menatap sosok yang muncul di cermin dengan takjub dan menoleh dengan tidak percaya.“Eveline!”Kedua mata Meredith melebar dalam kepanikan saat dia perlahan mundur. Dia menunjuk Madeline yang mengenakan gaun putih bersih, rambut panjangnya berkibar. "Kau orang atau hantu? Kenapa kau di sini?!"Madeline menatapnya sambil tersenyum. "Bagaimana menurutmu? Apa aku orang atau hantu?""...""Di dalam air benar-benar dingin, Saudariku. Maukah kau ikut denganku?""Aaah!" Meredith berteriak ketakutan, membuang gaun pengantin di tangannya, dan ingin lari keluar.Namun, Madeline melangkah maju dan meraih pergelangan tangannya. "Adikku yang baik, kenapa terburu-buru? Aku akan membawamu pergi, jangan khawatir."Merasakan sentuhan dingin di pergelangan tangannya, Meredith bahkan lebih ketakutan lagi!Ini adalah orang mati!Bagaimana mungkin tangan orang yang hidup bisa sedingin ini? Itu tidak mungkin!Wajah Meredith pucat. Melihat Madeline m
Madeline duduk di depan cermin rias dan merias dirinya sendiri dengan riasan ringan dan sederhana. Dia dengan lembut menarik rambut panjangnya di kedua sisi dan akhirnya mengenakan gaun pengantin."Mom, kau cantik sekali. Kau adalah gadis paling cantik yang pernah aku lihat."Jackson mengedipkan kedua matanya yang besar dan bening seperti kaca. Kedua mata itu penuh dengan kekaguman dan cinta.Madeline tersenyum dan menepuk lembut ujung hidung Jackson. "Kamu juga bakpao paling menawan yang pernah aku lihat.""Aku bukan bakpao. Aku bayi Mom dan Dad." Jackson mengoreksi dengan serius.Menatap wajah polos dan imut di depannya, hati Madeline terasa sedikit sakit. ‘Lilian, jika kau ada di sini hari ini, kita akan menjadi keluarga beranggotakan empat orang yang lengkap.’Madeline berbalik dan membuka pintu. Penata rias melihat kalau Madeline telah mengubah riasan wajahnya dan terkejut. "Miss Montgomery, bagaimana dengan tatanan dan rias wajah Anda?—""Aku baru saja mencoba gaun pengantinnya.
Tepat di saat Madeline mengulurkan tangannya, siap menerima cincin kawin Jeremy, dia melihat Felipe berjalan ke arah mereka.Melihat gerak-gerik pria itu, Felipe jelas tidak datang untuk memberikan restunya.Bagaimana mungkin pria itu mau merestui dirinya dan Jeremy?Madeline mengenakan kerudung dan berdiri jauh di atas panggung. Felipe juga tidak mengenali wanita itu, hanya mengira wanita itu adalah Meredith.Dia berjalan mendekat dan melihat Old Master Whitman menatapnya dengan serius. Felipe tertawa acuh tak acuh."Kenapa kau terlihat seperti ini? Hari ini adalah hari yang baik bagi Jeremy untuk menikah, jadi bukankah seharusnya kau bahagia?""Bahagia? Felipe, menurutmu apakah kakek tua ini masih bisa bahagia saat melihatmu?" Karen tertegun.Winston menahan isterinya dan berbalik menghadap Felipe dengan tenang. "Felipe, kau tidak perlu memberi hadiah apa pun. Kau tidak diterima di sini, jadi pergilah."Felipe tertawa dan menyerahkan sebuah dokumen. "Hadiahku adalah sertifikat Whitma
Namun, dia tak menyangka pengantin wanita Jeremy adalah Madeline dan Madeline dengan santainya menerima sertifikat rumah itu.Melihat sorot mata Madeline yang tegas dan tajam, Felipe tak mau lagi mengundang cibiran.Dia tak mengerti reaksi Jeremy. Jeremy jelas terhipnotis dan tidak mungkin memiliki perasaan apapun terhadap Madeline, tetapi mata Jeremy ketika dia menatap Madeline sangat lembut—bahkan penuh kasih sayang.Semakin dia memikirkannya, semakin kesal dia dibuatnya.Meredith kemarin telah berjanji dengan tegas kalau masalah ini berhasil dia tangani, tetapi sekarang, sepertinya perempuan itu yang telah ditangani oleh Madeline.Felipe langsung menelepon Meredith setelah meninggalkan ruang resepsi, tetapi tidak ada yang menjawab.Madeline dan Jeremy melanjutkan upacara pernikahan mereka di hadapan para tamu.Mereka saling bertukar cincin, berkata 'saya bersedia' satu sama lain, dan pada akhirnya, Jeremy menundukkan kepalanya sebelum mencium bibir Madeline dengan lembut.Setelah up
Madeline tak pernah menyangka akan ada hari di mana dia akan mengambil inisiatif untuk mencium pria ini.Namun, perasaan itu di luar kendalinya.Hal yang sama juga berlaku buat Jeremy.Meskipun ada suara di benaknya yang mengatakan kepadanya bahwa dia tidak mengenal atau mencintai wanita ini, tubuhnya secara naluriah ingin dekat dengannya. Dia bahkan ingin memiliki segala yang ada pada wanita ini.Lampu di kamar padam dan hanya ada cahaya bulan yang dingin dan kabur.Salju turun di luar jendela dan langit sedingin es bergeser, tapi hati Madeline dan Jeremy berapi-api dan panas membara.Hanya saja perlakuan lembut Jeremy pada saat ini telah mengingatkannya pada perilaku biadab pria ini dulu.Selama tahun-tahun itu, pria ini tidak pernah begitu menghargainya.Jeremy sedang mencium Madeline ketika dia tiba-tiba merasakan air mata asin di kedua sudut mata Madeline."Ada apa?" Suara Jeremy yang rendah dan lembut menyelinap ke telinganya seperti malam yang dingin.Madeline membuka kedua mata