Jeremy belum pernah melihat Madeline seperti ini.Madeline memerangkap dirinya ke dinding. Saat ini, mata wanita itu sangat lembut dan wanita itu terlihat begitu memesona. Akal sehatnya perlahan-lahan semakin menjauh saat dia melihat kecantikan Madeline.“Linnie,” panggilnya saat jakunnya bergerak naik turun.Madeline tidak berpikir jernih dan dia merasakan seolah-olah ada api yang merayapi tubuhnya.Dia mendambakan air, ingin meredakan panas di dalam dirinya.Orang di depannya ini mungkin bisa membantunya.Dia semakin mendekati pria itu dan menatap ke dalam kedua matanya. Napas mereka pun mulai terjalin.Jeremy membelai rambut panjang Madeline. Sepasang mata sipitnya begitu lembut, tampak seperti kolam air. “Linnie…”“Yeah,” jawab Madeline. Bagi Jeremy, itu adalah jawaban terbaik yang bisa didengarnya dari wanita itu.Dia tak bisa mengendalikan dirinya lagi. Dia meraih kepala Madeline dan mendaratkan ciuman ke bibir wanita itu.Madeline memejamkan mata tanpa bisa mengendalikan dirinya
‘Apakah aku melakukannya dengan dia?’Madeline merasakan telinganya memanas. Tiba-tiba, dia melihat sebuah tanda yang mencurigakan di lehernya ketika dia melihat ke cermin.Setelah selesai membersihkan diri, dia melihat sebuah catatan yang ditinggalkan Jeremy. Hanya ada dua kalimat sederhana: [Linnie, aku akan mengantarkan Jack ke sekolah. Kau bisa tinggal di sini dan tidur lagi sebentar.]Jeremy tidak menyebutkan apa pun soal semalam dan terdengar natural.Madeline melihat catatan yang ditinggalkan Jeremy dan mulai melamun.Dia melihat tulisan tangan Jeremy yang rapi dan tiba-tiba, dia ingat pengakuan yang dia lihat di buku catatan di restoran dekat Universitas Glendale. [Madeline Crawford, aku menyukaimu.]Sekarang, Madeline menyadari bahwa Jeremy-lah yang meninggalkan catatan anonim itu.Jeremy sudah menyukainya sejak tahun pertama.Namun, pria itu menyembunyikan rasa sukanya padanya.Ketika Meredith berpura-pura menjadi dirinya, Jeremy hanya bisa menahan diri untuk tidak mengejarny
Jeremy akhirnya berada di baris paling depan. Ketika hendak memesan, dia berbalik dan melihat Lilian sudah tidak ada.Dia melihat ke sekeliling toko tapi tidak melihat Lilian di mana pun. Segera, jantung Jeremy mulai berdetak tidak menentu.Dia bertanya kepada semua orang di toko sebelum seorang pria mengatakan kepadanya bahwa tadi dia melihat seorang gadis kecil yang cantik berlari keluar dari pintu sendirian.Gadis kecil itu mengenakan gaun berwarna biru muda dan wajahnya sangat memesona.Jeremy yakin itu adalah Lilian.Namun, kenapa gadis kecil itu berlari keluar sendirian?Dia kemudian berlari untuk memeriksa rekaman kamera keamanan toko tersebut. Dia melihat gadis kecil itu berlari sendirian, dan sepertinya Lilian sedang berlari menuju sesuatu.Sayangnya, kamera keamanan di toko hanya bisa mencakup area terbatas, jadi Jeremy tidak bisa melihat apa yang terjadi di luar toko.Dia berlari untuk memeriksa semua rekaman dari kamera keamanan di sekitar situ, tapi dia tetap tidak menemuk
Felipe sedang melihat waktu di arlojinya ketika dia mendengar Madeline mengatakan itu padanya.Dia menoleh dan menatap Madeline dengan tidak percaya. “Eveline?”Madeline memacu kudanya lebih dekat padanya dan tersenyum lembut. “Kalau begitu, sudah diputuskan. Kita akan kembali ke Negara F minggu depan bersama Lilly jadi kita bertiga bisa hidup bahagia.”Felipe jelas terkejut dengan jawaban Madeline.Madeline setuju untuk kembali ke Negara F bersamanya.Mereka bertiga.Pernyataan itu masuk ke lubuk hatinya yang paling dalam.Namun...Dia menyaksikan saat Madeline pergi dengan kudanya, dan ekspresinya berubah. Setelah itu, dia buru-buru mengeluarkan ponselnya dan memanggil sebuah nomor, tapi orang di ujung telepon satunya tidak mengangkatnya.Felipe tak ragu-ragu untuk menelepon Cathy.Setelah Cathy menerima telepon dari Felipe, dia tahu bahwa Felipe ingin dia melakukan sesuatu untuk pria itu. Meskipun penasaran, dia tetap melakukannya.Madeline pergi ke kejauhan dengan kudanya.Dia meng
Madeline merasakan sakit yang luar biasa di hatinya saat mendengar itu.Penglihatannya menjadi gelap dan dia jatuh terkulai ke samping.“Linnie!” Jeremy berlari dan menopang Madeline yang sudah pingsan. Saat ini, dia seperti Madeline. Dia sangat kesakitan hingga tak bisa bernapas.Putri tercintanya. Putrinya dan Madeline sudah meninggal?Jeremy memeluk Madeline, dan pada saat ini, dia merasa seolah-olah dia telah kehilangan semua akal sehatnya. Tubuhnya terjun ke dingin tak bertepi.“Pak, a-apa maksudmu? Cucuku tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan?" Eloise bertanya dengan tidak percaya.Polisi mengangguk tegas disertai penyesalan. “Ya, gadis kecil itu sudah meninggal.”“Tidaaak!” Eloise dan Sean tak bisa menerima berita ini.Di pihak lain, kabar ini memecah keanggunan dan ketenangan di wajah Felipe. “Apa kalian sudah menyelidiki secara menyeluruh? Bagaimana bisa putriku meninggal begitu saja?”Jeremy menatap Felipe. Saat ini dia tak mau berdebat tentang siapa ayah kandung Lilian.Ha
Mata Felipe berkilat, dan ketika dia hendak mengatakan sesuatu, Madeline dengan cepat berjalan dari belakangnya.Jeremy menatap Madeline. “Linnie…”Plaak!Madeline menampar keras wajah Jeremy.Wajah Jeremy berpaling karena tamparan itu dan rasa sakit yang menyiksa menjalar ke dalam hatinya.Madeline memelototi Jeremy dengan air mata berlinang. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat. “Bahkan jika kau tidak ingin membunuh Lilly, dia tetap hilang di bawah pengawasan mu. Kau tidak akan bisa lepas dari tanggung jawab ini apa pun yang kau katakan!”Sepasang mata Madeline tampak sedih. "Jeremy, kenapa kau harus membuatku membencimu?" Madeline berkata sebelum berbalik. Kemudian, Felipe mengejar wanita itu.Jeremy bahkan tidak sempat melihat Lilian untuk terakhir kalinya sebelum gadis kecil itu dibawa ke dalam mobil.Setelah beberapa saat, semua yang ada di sekitarnya jatuh dalam keheningan. Jeremy berdiri di sana sendirian saat dirinya terjebak dalam keadaan linglung.Dulu dia tidak melindungi wanit
Jeremy buru-buru mengeluarkan ponselnya dan membuka salinan elektronik hasil tes DNA yang dia simpan.“Lihat, Linnie. Ini adalah tes garis ayah yang aku lakukan dengan Lilly. Lilly adalah putri kita." Dia menyorongkan ponselnya di depan Madeline untuk membuktikan bahwa dia mengatakan yang sebenarnya.Madeline menunduk, pandangannya seketika menjadi kabur karena air mata.“Kau lihat itu, Linnie?” Jeremy bertanya dengan hati-hati.Namun, begitu dia selesai bertanya, Madeline mengangkat tangannya dan mendorong tangannya.Ponsel itu jatuh ke lantai yang basah dengan benturan keras. Kemudian, layarnya hancur berkeping-keping.Pada saat yang bersamaan Jeremy juga merasakan jantungnya dibanting hingga hancur berkeping-keping.Madeline menatapnya dengan dingin. "Aku tak mau bertemu denganmu lagi.”Nada suaranya tegas, dan dia pergi tanpa menoleh ke belakang.Jeremy berdiri di tempat dengan putus asa. Saat dia melihat punggung dingin Madeline, air mata mengalir dari kedua sudut matanya.Di laya
Dia mengangkat tangannya lalu menyentuh perutnya. Kemudian, senyum senang muncul di wajahnya.Setelah Cathy pergi, Felipe mengambil kerang warna-warni yang telah disimpannya selama bertahun-tahun.“Eveline.”Dia memanggil nama Madeline saat seraut wajah nakal muncul di benaknya.Dia tak akan melupakan bagaimana seberkas cahaya muncul dalam kehidupannya yang gelap setelah dia bertemu dengan gadis itu di tepi pantai.“Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke pelukan Jeremy. Kau adalah milikku.”Dia menggenggam kerang itu saat gelombang demi gelombang emosi bermunculan di kedua matanya.Hari itu, kenapa dia mengatakan dia ingin membawa Madeline menjernihkan pikiran di arena berkuda adalah untuk mencegah wanita itu berhubungan dengan dunia luar agar rencananya terlaksana dengan lancar.Dia tahu dirinya tak bisa menyembunyikan fakta bahwa dia telah membius Madeline, jadi dia perlu mengakuinya.Dia juga tahu kalau Madeline tidak ingin kembali ke Negara F bersamanya karena dia bisa merasakan ba