Mata Felipe berkilat, dan ketika dia hendak mengatakan sesuatu, Madeline dengan cepat berjalan dari belakangnya.Jeremy menatap Madeline. “Linnie…”Plaak!Madeline menampar keras wajah Jeremy.Wajah Jeremy berpaling karena tamparan itu dan rasa sakit yang menyiksa menjalar ke dalam hatinya.Madeline memelototi Jeremy dengan air mata berlinang. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat. “Bahkan jika kau tidak ingin membunuh Lilly, dia tetap hilang di bawah pengawasan mu. Kau tidak akan bisa lepas dari tanggung jawab ini apa pun yang kau katakan!”Sepasang mata Madeline tampak sedih. "Jeremy, kenapa kau harus membuatku membencimu?" Madeline berkata sebelum berbalik. Kemudian, Felipe mengejar wanita itu.Jeremy bahkan tidak sempat melihat Lilian untuk terakhir kalinya sebelum gadis kecil itu dibawa ke dalam mobil.Setelah beberapa saat, semua yang ada di sekitarnya jatuh dalam keheningan. Jeremy berdiri di sana sendirian saat dirinya terjebak dalam keadaan linglung.Dulu dia tidak melindungi wanit
Jeremy buru-buru mengeluarkan ponselnya dan membuka salinan elektronik hasil tes DNA yang dia simpan.“Lihat, Linnie. Ini adalah tes garis ayah yang aku lakukan dengan Lilly. Lilly adalah putri kita." Dia menyorongkan ponselnya di depan Madeline untuk membuktikan bahwa dia mengatakan yang sebenarnya.Madeline menunduk, pandangannya seketika menjadi kabur karena air mata.“Kau lihat itu, Linnie?” Jeremy bertanya dengan hati-hati.Namun, begitu dia selesai bertanya, Madeline mengangkat tangannya dan mendorong tangannya.Ponsel itu jatuh ke lantai yang basah dengan benturan keras. Kemudian, layarnya hancur berkeping-keping.Pada saat yang bersamaan Jeremy juga merasakan jantungnya dibanting hingga hancur berkeping-keping.Madeline menatapnya dengan dingin. "Aku tak mau bertemu denganmu lagi.”Nada suaranya tegas, dan dia pergi tanpa menoleh ke belakang.Jeremy berdiri di tempat dengan putus asa. Saat dia melihat punggung dingin Madeline, air mata mengalir dari kedua sudut matanya.Di laya
Dia mengangkat tangannya lalu menyentuh perutnya. Kemudian, senyum senang muncul di wajahnya.Setelah Cathy pergi, Felipe mengambil kerang warna-warni yang telah disimpannya selama bertahun-tahun.“Eveline.”Dia memanggil nama Madeline saat seraut wajah nakal muncul di benaknya.Dia tak akan melupakan bagaimana seberkas cahaya muncul dalam kehidupannya yang gelap setelah dia bertemu dengan gadis itu di tepi pantai.“Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke pelukan Jeremy. Kau adalah milikku.”Dia menggenggam kerang itu saat gelombang demi gelombang emosi bermunculan di kedua matanya.Hari itu, kenapa dia mengatakan dia ingin membawa Madeline menjernihkan pikiran di arena berkuda adalah untuk mencegah wanita itu berhubungan dengan dunia luar agar rencananya terlaksana dengan lancar.Dia tahu dirinya tak bisa menyembunyikan fakta bahwa dia telah membius Madeline, jadi dia perlu mengakuinya.Dia juga tahu kalau Madeline tidak ingin kembali ke Negara F bersamanya karena dia bisa merasakan ba
Air mata Jeremy jatuh bersama air mata Madeline setelah dia mendengar apa yang wanita itu katakan.Semua kenangan yang tak tertahankan muncul di kepalanya saat masa lalunya yang berdarah muncul tepat di depan kedua matanya. Dia tak bisa menjauh dari semua kenangan buruk itu.“Sebaiknya kau pergi.”Madeline mengucapkan tiga kata itu dengan datar. Kemudian, dia berbalik agar dia tidak menatap pria itu.“Ketika Lilly terjebak di dalam mobil yang terbakar dan hampir dibakar hidup-hidup, aku tahu kalau kau benar-benar ingin menyelamatkan anak itu. Namun, itu tetap tidak dapat mengubah fakta bahwa dia meninggal karena kelalaian mu.“Jeremy, aku tidak bisa memaafkanmu dan aku tidak ingin melihatmu lagi.”Jeremy menatap punggung Madeline dan berdiri di sana untuk waktu yang sangat lama. Akhirnya, dia berbalik sambil menanggung rasa bersalah.Embusan angin dingin bertiup, langsung masuk ke hatinya. Kemudian, lebih banyak lagi air mata mulai berjatuhan dari kedua matanya.Madeline berdiri di dep
Waktu berlalu dan langit mulai berubah warna menjadi abu-abu. Kemudian, gerimis pun mulai turun.Jeremy tidak bisa lagi menunggu. Dia keluar dari mobil dan hendak menerobos masuk ketika dia melihat Cathy berjalan ke arahnya dengan membawa payung.Jeremy ingat Cathy karena gadis itulah yang menunjukkan arah padanya saat itu.Nalurinya mengatakan kepadanya bahwa Cathy adalah seseorang yang bisa dipercayai.Cathy berjalan ke depannya dan menasihatinya, berkata, "Mr. Whitman, kau harus pergi. Evie tidak ingin bertemu denganmu.”“Aku harus menemui Madeline. Aku punya sesuatu yang penting untuk diberitahukan padanya." Jeremy bersikeras, tatapannya teguh. “Katakan padanya bahwa aku akan menunggunya disini sampai dia mau bertemu denganku.”Cathy mengerutkan kening karena dia merasa ini sulit untuk diatur. Ketika dia melihat kebulatan tekad di kedua mata Jeremy, dia merasa sangat iri dan patah hati pada saat yang sama.“Mr. Whitman, Evie benar-benar tidak ingin bertemu denganmu. Dia tidak akan
Madeline dan Felipe sama-sama menatap Cathy pada saat bersamaan. Madeline sudah punya beberapa spekulasi di dalam hatinya.Namun, dia melihat Cathy menggoyang-goyangkan tangannya karena malu dan berpura-pura kalau itu bukan apa-apa. “Tadi aku makan terlalu banyak dan juga mungkin karena terlalu banyak camilan berminyak, itulah kenapa perutku terasa tidak enak.”Cathy mengusap perutnya dan bersendawa. “Felipe, aku akan kembali ke kamarku sekarang.”Felipe menatap Cathy dengan sorot mata tidak menyenangkan dan mengangguk ringan.Cathy berbalik dan buru-buru lari karena dia takut Felipe akan mencurigai sesuatu. Ketika dia sampai di kamarnya, jantungnya berdetak sangat cepat hingga dia merasa seolah-olah jantungnya akan bekerja terlalu keras.Dia menyentuh perutnya dan terengah-engah karena 6ketakutan.‘Aku tak bisa membiarkan Felipe tahu kalau aku hamil.’‘Aku tak bisa!’‘Kalau sampai dia tahu, aku tak akan bisa mempertahankan anak ini.’Di ruang tamu.Felipe melihat lukisan yang Madeli
Dia bahkan telah berjanji pada gadis kecil itu kalau dia akan membawa anak itu ke sini saat dia besar nanti.Namun, dia tak menyangka kalau mereka tak akan pernah sampai pada hari ketika Lilian dewasa.Madeline mengeluarkan liontin kecil yang dipakainya di lehernya. Sebelum ini, Lilian selalu membawa benda itu bersamanya.Dia membuka kedua matanya yang sudah merah di tengah embusan angin dan membelai liontin itu. “Lilly, aku membawamu ke Pulau Bajak Laut sekarang. Bisakah kau melihat?”Dia memaksakan seulas senyum. Rasa sakit di hatinya sangat jelas dan menghancurkan tulang.Madeline tak bisa mengendalikan emosinya. Dia menggenggam liontin itu dan mulai menangis.“Lilian…”Namun, dia dengan cepat memikirkan Jackson. Dia tak ingin menunjukkan emosi negatif di depan anaknya yang lain.Madeline buru-buru menyeka matanya dan menengok ke samping.Namun, ketika dia melihat dengan lebih cermat, tidak ada orang di sampingnya. Selain orang-orang di belakangnya, dia tak melihat Jackson di mana p
Tangan Madeline memegang ponsel dengan erat. Kemudian, dia memperbesar pantulan wanita itu lagi.Meski wanita itu sengaja mengenakan gaya pakaian yang sama dengannya, Madeline tetap memperhatikan sepatunya.Dia teringat kembali dengan hotel yang didatangi Jeremy dan Felicity hari itu.Ketika dia memasuki ruangan, dia melihat sepasang sepatu yang sama persis di rak sepatu dekat pintu.Meskipun dia cuma meliriknya, dia yakin dia tidak salah.Itu adalah Felicity.Wanita itulah orang yang menyamar menjadi dirinya dan menculik Lilian yang polos.Karena Felicity mirip dengannya, Lilian pasti mengira Felicity adalah ibunya tersayang. Itulah mengapa putrinya lari keluar tanpa ragu-ragu.Ditambah lagi, Felicity pernah berinteraksi dengan Jeremy sebelumnya.Ketika Madeline memikirkan hal ini, dia mengalami konflik.Jeremy memperhatikan perubahan ekspresi Madeline dan mendekati wanita itu. Dia bertanya dengan prihatin, “Linnie, apa kau menyadari sesuatu?”Madeline tidak mengatakan apa-apa setelah