Felipe sedang melihat waktu di arlojinya ketika dia mendengar Madeline mengatakan itu padanya.Dia menoleh dan menatap Madeline dengan tidak percaya. “Eveline?”Madeline memacu kudanya lebih dekat padanya dan tersenyum lembut. “Kalau begitu, sudah diputuskan. Kita akan kembali ke Negara F minggu depan bersama Lilly jadi kita bertiga bisa hidup bahagia.”Felipe jelas terkejut dengan jawaban Madeline.Madeline setuju untuk kembali ke Negara F bersamanya.Mereka bertiga.Pernyataan itu masuk ke lubuk hatinya yang paling dalam.Namun...Dia menyaksikan saat Madeline pergi dengan kudanya, dan ekspresinya berubah. Setelah itu, dia buru-buru mengeluarkan ponselnya dan memanggil sebuah nomor, tapi orang di ujung telepon satunya tidak mengangkatnya.Felipe tak ragu-ragu untuk menelepon Cathy.Setelah Cathy menerima telepon dari Felipe, dia tahu bahwa Felipe ingin dia melakukan sesuatu untuk pria itu. Meskipun penasaran, dia tetap melakukannya.Madeline pergi ke kejauhan dengan kudanya.Dia meng
Madeline merasakan sakit yang luar biasa di hatinya saat mendengar itu.Penglihatannya menjadi gelap dan dia jatuh terkulai ke samping.“Linnie!” Jeremy berlari dan menopang Madeline yang sudah pingsan. Saat ini, dia seperti Madeline. Dia sangat kesakitan hingga tak bisa bernapas.Putri tercintanya. Putrinya dan Madeline sudah meninggal?Jeremy memeluk Madeline, dan pada saat ini, dia merasa seolah-olah dia telah kehilangan semua akal sehatnya. Tubuhnya terjun ke dingin tak bertepi.“Pak, a-apa maksudmu? Cucuku tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan?" Eloise bertanya dengan tidak percaya.Polisi mengangguk tegas disertai penyesalan. “Ya, gadis kecil itu sudah meninggal.”“Tidaaak!” Eloise dan Sean tak bisa menerima berita ini.Di pihak lain, kabar ini memecah keanggunan dan ketenangan di wajah Felipe. “Apa kalian sudah menyelidiki secara menyeluruh? Bagaimana bisa putriku meninggal begitu saja?”Jeremy menatap Felipe. Saat ini dia tak mau berdebat tentang siapa ayah kandung Lilian.Ha
Mata Felipe berkilat, dan ketika dia hendak mengatakan sesuatu, Madeline dengan cepat berjalan dari belakangnya.Jeremy menatap Madeline. “Linnie…”Plaak!Madeline menampar keras wajah Jeremy.Wajah Jeremy berpaling karena tamparan itu dan rasa sakit yang menyiksa menjalar ke dalam hatinya.Madeline memelototi Jeremy dengan air mata berlinang. Dia menggigit bibirnya kuat-kuat. “Bahkan jika kau tidak ingin membunuh Lilly, dia tetap hilang di bawah pengawasan mu. Kau tidak akan bisa lepas dari tanggung jawab ini apa pun yang kau katakan!”Sepasang mata Madeline tampak sedih. "Jeremy, kenapa kau harus membuatku membencimu?" Madeline berkata sebelum berbalik. Kemudian, Felipe mengejar wanita itu.Jeremy bahkan tidak sempat melihat Lilian untuk terakhir kalinya sebelum gadis kecil itu dibawa ke dalam mobil.Setelah beberapa saat, semua yang ada di sekitarnya jatuh dalam keheningan. Jeremy berdiri di sana sendirian saat dirinya terjebak dalam keadaan linglung.Dulu dia tidak melindungi wanit
Jeremy buru-buru mengeluarkan ponselnya dan membuka salinan elektronik hasil tes DNA yang dia simpan.“Lihat, Linnie. Ini adalah tes garis ayah yang aku lakukan dengan Lilly. Lilly adalah putri kita." Dia menyorongkan ponselnya di depan Madeline untuk membuktikan bahwa dia mengatakan yang sebenarnya.Madeline menunduk, pandangannya seketika menjadi kabur karena air mata.“Kau lihat itu, Linnie?” Jeremy bertanya dengan hati-hati.Namun, begitu dia selesai bertanya, Madeline mengangkat tangannya dan mendorong tangannya.Ponsel itu jatuh ke lantai yang basah dengan benturan keras. Kemudian, layarnya hancur berkeping-keping.Pada saat yang bersamaan Jeremy juga merasakan jantungnya dibanting hingga hancur berkeping-keping.Madeline menatapnya dengan dingin. "Aku tak mau bertemu denganmu lagi.”Nada suaranya tegas, dan dia pergi tanpa menoleh ke belakang.Jeremy berdiri di tempat dengan putus asa. Saat dia melihat punggung dingin Madeline, air mata mengalir dari kedua sudut matanya.Di laya
Dia mengangkat tangannya lalu menyentuh perutnya. Kemudian, senyum senang muncul di wajahnya.Setelah Cathy pergi, Felipe mengambil kerang warna-warni yang telah disimpannya selama bertahun-tahun.“Eveline.”Dia memanggil nama Madeline saat seraut wajah nakal muncul di benaknya.Dia tak akan melupakan bagaimana seberkas cahaya muncul dalam kehidupannya yang gelap setelah dia bertemu dengan gadis itu di tepi pantai.“Aku tidak akan membiarkanmu kembali ke pelukan Jeremy. Kau adalah milikku.”Dia menggenggam kerang itu saat gelombang demi gelombang emosi bermunculan di kedua matanya.Hari itu, kenapa dia mengatakan dia ingin membawa Madeline menjernihkan pikiran di arena berkuda adalah untuk mencegah wanita itu berhubungan dengan dunia luar agar rencananya terlaksana dengan lancar.Dia tahu dirinya tak bisa menyembunyikan fakta bahwa dia telah membius Madeline, jadi dia perlu mengakuinya.Dia juga tahu kalau Madeline tidak ingin kembali ke Negara F bersamanya karena dia bisa merasakan ba
Air mata Jeremy jatuh bersama air mata Madeline setelah dia mendengar apa yang wanita itu katakan.Semua kenangan yang tak tertahankan muncul di kepalanya saat masa lalunya yang berdarah muncul tepat di depan kedua matanya. Dia tak bisa menjauh dari semua kenangan buruk itu.“Sebaiknya kau pergi.”Madeline mengucapkan tiga kata itu dengan datar. Kemudian, dia berbalik agar dia tidak menatap pria itu.“Ketika Lilly terjebak di dalam mobil yang terbakar dan hampir dibakar hidup-hidup, aku tahu kalau kau benar-benar ingin menyelamatkan anak itu. Namun, itu tetap tidak dapat mengubah fakta bahwa dia meninggal karena kelalaian mu.“Jeremy, aku tidak bisa memaafkanmu dan aku tidak ingin melihatmu lagi.”Jeremy menatap punggung Madeline dan berdiri di sana untuk waktu yang sangat lama. Akhirnya, dia berbalik sambil menanggung rasa bersalah.Embusan angin dingin bertiup, langsung masuk ke hatinya. Kemudian, lebih banyak lagi air mata mulai berjatuhan dari kedua matanya.Madeline berdiri di dep
Waktu berlalu dan langit mulai berubah warna menjadi abu-abu. Kemudian, gerimis pun mulai turun.Jeremy tidak bisa lagi menunggu. Dia keluar dari mobil dan hendak menerobos masuk ketika dia melihat Cathy berjalan ke arahnya dengan membawa payung.Jeremy ingat Cathy karena gadis itulah yang menunjukkan arah padanya saat itu.Nalurinya mengatakan kepadanya bahwa Cathy adalah seseorang yang bisa dipercayai.Cathy berjalan ke depannya dan menasihatinya, berkata, "Mr. Whitman, kau harus pergi. Evie tidak ingin bertemu denganmu.”“Aku harus menemui Madeline. Aku punya sesuatu yang penting untuk diberitahukan padanya." Jeremy bersikeras, tatapannya teguh. “Katakan padanya bahwa aku akan menunggunya disini sampai dia mau bertemu denganku.”Cathy mengerutkan kening karena dia merasa ini sulit untuk diatur. Ketika dia melihat kebulatan tekad di kedua mata Jeremy, dia merasa sangat iri dan patah hati pada saat yang sama.“Mr. Whitman, Evie benar-benar tidak ingin bertemu denganmu. Dia tidak akan
Madeline dan Felipe sama-sama menatap Cathy pada saat bersamaan. Madeline sudah punya beberapa spekulasi di dalam hatinya.Namun, dia melihat Cathy menggoyang-goyangkan tangannya karena malu dan berpura-pura kalau itu bukan apa-apa. “Tadi aku makan terlalu banyak dan juga mungkin karena terlalu banyak camilan berminyak, itulah kenapa perutku terasa tidak enak.”Cathy mengusap perutnya dan bersendawa. “Felipe, aku akan kembali ke kamarku sekarang.”Felipe menatap Cathy dengan sorot mata tidak menyenangkan dan mengangguk ringan.Cathy berbalik dan buru-buru lari karena dia takut Felipe akan mencurigai sesuatu. Ketika dia sampai di kamarnya, jantungnya berdetak sangat cepat hingga dia merasa seolah-olah jantungnya akan bekerja terlalu keras.Dia menyentuh perutnya dan terengah-engah karena 6ketakutan.‘Aku tak bisa membiarkan Felipe tahu kalau aku hamil.’‘Aku tak bisa!’‘Kalau sampai dia tahu, aku tak akan bisa mempertahankan anak ini.’Di ruang tamu.Felipe melihat lukisan yang Madeli