Madeline membuka kedua bibirnya, hanya untuk menggigit bibir Jeremy dengan kasar. Alis pria itu sedikit mengerut saat dia mengedipkan matanya yang memikat hingga terbuka. Kesenangan berenang di kedua matanya saat dia menganggap penolakan keras Madeline sebagai tanda kalau gadis itu menikmati ciumannya. Cengkeramannya mengendur dan sebuah tamparan langsung mendarat di wajahnya. Madeline memelototi pria itu, tinjunya terkepal saat melihat darah di bibir Jeremy. “Jangan cium aku dengan mulut yang sama yang kau pakai buat mencium perempuan lain! Menjijikkan!” Madeline mengamuk, berbalik sambil mengomel.Jeremy mengangkat jarinya yang ramping dan menghapus bintik merah dari sudut bibirnya. “Kau satu-satunya gadis yang pernah aku cium.” Langkah Madeline melambat. Jeremy berbalik dan menatap punggung Madeline. “Aku tahu kau tak akan percaya padaku, tapi itu yang sebenarnya. Aku belum pernah mencium perempuan lain.” Madeline perlahan menaikkan tatapan ganasnya. “Yeah, kau belum pernah
Putra? Madeline tercengang. ‘Meredith berbohong padaku. Aku melahirkan seorang anak laki-laki, bukan anak perempuan!’ Madeline merasakan jantungnya berhenti berdetak. Keraguan mewarnai tatapannya saat dia menatap pria berwajah bahagia itu. Membaca kata-kata yang tak terucap di sepasang mata Madeline, Jeremy menatap gadis itu sebelum memberinya anggukan mantap. Madeline merasakan semua keraguan di dalam hatinya lenyap melihat pengakuan diam-diam Jeremy dan bergegas turun dari mobil. Dia berlari ke Montgomery Manor dengan langkah-langkah lebar. Jeremy memejamkan kedua matanya dalam penyesalan sambil menatap sosok Madeline yang tidak sabar. Tentu, Meredith kejam, tapi bukankah dia juga? Saat itu waktunya makan malam dan Eloise sedang berjalan menuju ruang makan dengan Sean di sisinya dan Jackson di gandengannya ketika seorang pelayan tiba-tiba berkata, "Sir, Madam, Miss Eveline pulang!” Baik Eloise maupun Sean tak bisa mempercayai telinga mereka. Berbalik pada saat yang bersama
Madeline jatuh berlutut sementara jari-jarinya yang gemetar mulai membelai alis Jackson. Jemarinya beralih dari mata ke hidung lalu berakhir ke mulut Jackson yang mungill dan menggemaskan… “Ada apa, Mommy? Kenapa kau menangis?" Jackson berkedip bingung saat dia mengulurkan tangannya dan menghapus air mata Madeline. Madeline dengan penuh kasih menangkup kedua tangan mungil dan halus Jackson dengan kedua tangannya yang lebih besar. “Jack .. Anak Mommy tersayang. Mommy akhirnya bisa bertemu denganmu!” Tak dapat menahan diri, Madeline menarik tubuh kecil Jackson ke dadanya. Memeluk Jackson erat-erat, badai suka dan duka di dalam dirinya terjalin dan keluar dalam bentuk air mata basah yang membanjiri wajahnya. Dia tahu dia seharusnya gembira, tapi hatinya serasa mau hancur. Meredith terlalu keji. Bagaimana bisa perempuan itu menemukan cara seperti itu untuk menyiksa dia dan anaknya? Madeline merasakan dadanya mengencang saat membayangkan hal-hal jahat yang telah dilakukan Meredith
Sepasang mata Madeline tidak memancarkan apa-apa selain embun beku saat bertemu dengan tatapan hangat pria itu. “Jeremy, jika kau punya sedikit saja hati nurani yang masih tersisa, kau akan mengembalikan anakku kepadaku.” “Inikah yang ingin kau bicarakan denganku?” Sepasang bibir Jeremy menyunggingkan senyum pahit. “Jack tak bisa kehilangan ayahnya hanya karena sekarang dia punya ibu.” “Ayah?" Madeline mencemooh dengan ironis saat dia mengirimkan gelombang kebencian yang kuat pada Jeremy. “Apakah hati nuranimu tidak sakit, Jeremy? Kau tidak melakukan apa pun untuk menunjukkan nilaimu sebagai ayah Jack.” “...” Jeremy mengatupkan bibirnya dan tetap diam. Madeline berjalan ke arah Jeremy, embun beku mengalir dari sosoknya yang halus dan ramping saat dia berdiri di depan pria menawan itu. “Apa kau bahkan ingat apa yang kau suruh aku minum setiap kali kau selesai denganku? Pil kontrasepsi. Kau bilang padaku kalau perempuan sejahat aku tidak akan pernah pantas mengandung anak-anakmu.
“Bagaimana dengan ketika Meredith menjebakku dan menjebloskan aku ke penjara? Kau ingat apa yang kau katakan padaku? Kau bilang padaku akan membunuh anak haramku untuk menebus keguguran Meredith.”“Apa kau lupa semua yang sudah kau katakan padaku, Jeremy? Apa yang membuatmu berpikir kalau kau punya hak untuk menjanjikan Jack sebuah keluarga yang bahagia setelah setiap perbuatan tak berperasaan yang kau lakukan terhadap Jack dan aku? Kau sama sekali tidak punya untuk menjadi ayah Jack!” Madeline menepiskan pegangan Jeremy dan berbalik dengan dingin. Jeremy berdiri terpaku di tempatnya dengan detak jantung dan nafas yang tak terkendali.Kepingan salju berserakan di bahunya sebelum sepertinya meleleh ke dalam hatinya, membuat dadanya dingin dan lembab… Sambil tersenyum hangat, Madeline langsung menghampiri Jackson saat memasuki rumah. "Kamu mau tinggal dengan Mommy mulai sekarang, Jack?” Jackson mengangguk dengan gembira meskipun tidak memahami situasinya. “Aku mau tinggal bersama Mom
Madeline tak pernah menyangka akan tiba hari ketika dirinya melihat Jeremy berlutut di hadapannya. Bohong kalau dia menyangkal bahwa dirinya terkejut, namun kaget tidak kaget, akan lebih tepat untuk mengklaim bahwa dia menganggap situasi ini sangat tidak masuk akal. Pria di hadapannya adalah salah satu pria berstatus ningrat dan namanya dikenal di seluruh Glendale. Siapa pun yang berpapasan dengannya pasti akan memperlakukan pria ini dengan hormat, sementara sebagian lagi akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan perhatiannya. Sulit membayangkan pria seperti itu berlutut di hadapannya, di depan wanita yang pernah dia buang. Madeline menunduk untuk menatap wajah tampan Jeremy, sepasang alis Jeremy yang bertaut memancarkan kesedihan yang pria itu rasakan. “Siapa sangka tuan muda dari keluarga terhebat akan berlutut di hadapan wanita yang pernah dia buang? Bukankah menurutmu itu lucu, Mr. Whitman?” Jeremy menerima ejekan Madeline dengan tenang. “Aku akan melakukan apa pun untuk
Kedua pasang mata itu terkunci di bawah kegelapan malam. Tatapan Madeline terasa dingin saat dia membuka bibir merah mudanya dan berkata, "Si tuli mendengar si bisu berkata bahwa si buta melihat cinta.” “...” Mata Jeremy yang memerah membelalak saat mendengar kata-kata Madeline. “Mungkin karena kau tidak pernah serius dengan kata-kata yang kau ucapkan, Jeremy, itulah sebabnya kau memperlakukan janjimu sebagai olok-olok dan pernyataan cintamu sebagai lelucon. Tapi bukan berarti aku melupakan semua itu.” Madeline berhenti sejenak, ejekan di kedua matanya semakin menebal. “Kaulah yang bilang padaku bahwa Meredith punya tempat yang tak tergantikan di hatimu, bahwa saat matamu tertuju pada perempuan itu, kau tahu bahwa dialah satu-satunya perempuan yang akan kau cintai dan lindungi sepanjang hidupmu.” Mengulangi kata-kata Jeremy pada pria itu, kebencian muncul dalam senyum Madeline. “Kaulah yang mengatakan bahwa Meredith adalah satu-satunya milikmu, tapi sekarang kau bilang padaku bah
Madeline terkejut saat mendapati dirinya ditarik erat-erat dalam pelukan Jeremy. Dia tak punya kesempatan untuk menghindarinya.Noda amarah mewarnai fitur-fitur lembut Felipe. “Lepaskan, Jeremy. Berhenti mengganggunya. Vera adalah tunanganku.”“Kau tahu pasti siapa sebenarnya yang ada dalam pelukanku, Felipe, dan aku bisa memberitahumu dengan sangat yakin bahwa Madeline dan aku masih menikah secara resmi. Jangan menjadi perusak rumah tangga.” Ekspresi Felipe menjadi gelap. Jeremy menarik pelan pinggang Madeline sambil tersenyum tipis. “Ayo pergi, Sayang.” “...” Madeline setengah berpikir untuk berjuang melepaskan diri hanya untuk menyadari bahwa beberapa orangtua murid sedang mengawasinya dan Jeremy. Mengingat betapa bahagia dan bangganya Jackson saat anak itu memperkenalkannya dan Jeremy beberapa saat yang lalu, Madeline mengalah.Menatap sekilas Felipe dengan kedua matanya yang dingin, Madeline mengikuti Jeremy ke dalam mobil pria itu. Hanya setelah mereka meninggalkan batas ta