Saat Madeline mendengar Jeremy memperkenalkan dirinya, dia terpana. Dia menaikkan pandangannya dan melihat Jeremy menggendong Lilian. Sepasang mata marah Jeremy menatap tajam laki-laki yang sedang menerjang maju itu.“Daddy! Itu dia! Dia menyakitiku!” Berandalan kecil itu dengan cepat berlari ke belakang ayahnya. Lalu, dia menunjuk Jeremy dan mulai mengadu.Laki-laki itu menggosok-gosokkan kedua tangannya seakan-akan hendak memulai perkelahian dengan Jeremy. Namun, saat melihat wajah Jeremy, dia langsung mengerut. “M-Mr. Whitman! Ternyata Anda!”Jeremy tak menghiraukan laki-laki yang ada di depannya. Lagi pula, dia tak punya ingatan tentang siapa laki-laki itu. Namun, laki-laki itu mulai memperkenalkan dirinya disertai dengan seulas senyum menyanjung. “Mr. Whitman, s-saya adalah karyawan departemen teknik di lantai 16 perusahaan Anda. Anda pasti sama sekali tidak tahu siapa saya, tapi saya sudah melihat Anda sebelumnya. Saya tak menyangka takdir akan mempertemukan kita!”“Oh, gadis kec
Jawaban pria itu mengejutkan Madeline. Namun, ekspresi serius Jeremy mengatakan padanya bahwa pria itu tidak sedang bercanda.“Aku akan melakukan apapun selama itu membuatmu bahagia.”“Jeremy, Jeremy!”Setelah Jeremy mengatakan itu, Meredith muncul ke dalam pandangan mereka sembari terlihat panik dan cemas.Madeline spontan melihat ke belakang Meredith. Namun, dia tak melihat Jackson di sana.“Jeremy, Jack hilang lagi!”Meredith berlari ke depan Jeremy dengan kedua matanya yang memerah.“Semua ini salahku. Aku tak memperhatikan Jack dengan baik. Jeremy, marahi saja aku. Semua ini karena kelalaianku. Perhatianku hanya terpusat padamu sampai-sampai aku menelantarkan Jackson. Huu-huu…”Madeline benci dengan aksi Meredith yang penuh dengan kepura-puraan. “Miss Crawford, tak ada gunanya menangis. Kalau kau benar-benar peduli dengan anak itu, kau tak akan terus-terusan kehilangan dia di bawah pengawasanmu.”“Vera, dia bukan anakmu, makanya kau bisa mengatakan hal-hal seperti itu. Jack adalah
Jeremy mendengar beberapa suara datang dari hutan. Kemudian, dia melihat sosok Meredith melintas.Dia melihat ke sekeliling namun tak melihat Madeline dimana-mana. Tiba-tiba, jantungnya mulai berdetak tak terkendali.Dia mencoba menelepon Madeline, namun tak ada sinyal di ponselnya.Menatap hutan berkabut di depannya, Jeremy mulai merasa semakin tidak tenang.Meredith bermaksud membunuh Jackson, lalu menimpakan kesalahan ke Vera. Akan tetapi, dia berubah pikiran di menit terakhir dan memutuskan untuk membunuh mereka berdua.Sekalian saja perempuan itu, bukan?Meredith menyeringai saat teringat kembali dengan rencananya.Dia sudah tahu Jeremy akan mencari Madeline setelah pria itu sampai di sini.Benar saja, Jeremy terlebih dulu mencari Vera. Kemudian, menggunakan kesempatan ini, Meredith memberi Jackson air minum yang dicampur dengan pil tidur yang dihancurkan. Setelah itu, dia menyuruh seorang laki-laki yang berpura-pura menjadi orangtua murid untuk mencekik Jackson sebelum meninggalk
Dia terkagum-kagum dengan ketegasannya sendiri.Kematian Vera benar-benar akan menjadi akhir terbaik.Jika tidak, Jeremy tak akan pernah kembali padanya selama perempuan itu masih hidup.Jeremy mencari Vera di sepanjang lereng curam itu. Namun, dia tak bisa menemukan titik di mana tepatnya Vera terjatuh.Dia merasa dirinya nyaris gila. Dia tak bisa memusatkan pikiran. Dia tak bisa berpikir ataupun menarik kesimpulan.Seakan-akan hujan jatuh mengguyur langsung ke hatinya, bercampur aduk dengan segala macam emosinya.Semakin banyak waktu berlalu, semakin berbahaya situasi yang akan dihadapi gadis itu.Jeremy kembali ke tempat Meredith tadi berada. Wajah tampannya basah kuyup oleh air hujan dan dipenuhi hawa dingin.Pada saat ini, Meredith keluar dari mobil. Tanpa sepengetahuan Jeremy, Eloise sudah tiba di lokasi. Wanita itu bergegas keluar dari mobil untuk memayungi Meredith.Meredith berlari ke depan Jeremy dan bertanya, suara gadis itu tersendat-sendat karena menangis, “Jeremy, sudahka
Apa?Meredith ternganga saking terkejutnya saat mendengar Jackson mengatakan itu.Tidak masalah kalau ternyata berandalan kecil itu selamat, tapi apa yang dia katakan? Bocah itu melihat dirinya mendorong Madeline ke bawah lereng?Hujan turun deras di luar sini, namun tak seganas badai di sepasang mata Jeremy.Meredith melihat Jeremy berdiri, dan ada selapis bunga es di wajah pria itu. Suhu tubuhnya langsung terjun bebas ketika melihat itu.“Jeremy, itu tidak benar. Jack salah paham!” Meredith mencoba menjelaskan ketidakbersalahannya. “Vera-lah yang ingin mendorongku, tapi tanpa sengaja dia jatuh. Aku tidak bersalah !”“Mer, jangan emosional begitu. Aku percaya padamu!”Eloise dengan sedih menghibur Meredith. Kemudian, wanita itu berbalik dan berjalan ke arah Jackson.“Jack, sini Granny lihat apakah kau baik-baik saja. Vera itu benar-benar tak punya perasaan. Dia bahkan mengambil tindakan pada anak sekecil ini. Jack, katakan pada Granny bagaimana wanita itu melukaimu?”Jackson mengerutk
“Aku memberikan ini pada Vera,” kata Jackson pelan.Jeremy menatap pria kecil di depannya dengan sebuah tatapan ganjil di wajahnya. “Kau menaruh chip di gelang ini?” Dia bertanya, namun tak mendapat jawaban.Jackson berdiri dan menatap danau di depannya. Permukaan danau yang tenang diusik oleh tetesan hujan, dan kedua mata Jackson hampa.Namun, pada saat ini, Jeremy melepas mantelnya dan tanpa ragu-ragu terjun ke danau. Dia ingin mencari Vera…Waktu berlalu dan langit sudah gelap.Hujan telah berhenti dan pencarian dilanjutkan.Saat ini adalah permulaan musim gugur, angin malam yang dingin menyerang mereka berdua. Saat hembusan angin menerpa pakaian basah mereka, hawa dingin langsung menembus ke tulang-tulang mereka.Sudah enam jam sejak Vera terjatuh, jadi Meredith tahu dialah pemenangnya.Banyak penyelam profesional didatangkan namun mereka masih belum bisa menemukan Vera. Wanita itu pasti sudah menemui ajalnya.Meredith lega. Dia ingin meninggalkan tempat itu, namun saat melihat Jer
Ketika Jackson melihat bahwa Madeline selamat tak kurang suatu apa pun, kedua mata besarnya bersinar terang.Dia tak mengatakan apa-apa. Namun, kelegaan yang dia rasakan tergambar jelas di wajahnya.“Vera Quinn, kau melakukan begitu banyak perbuatan kejam dan kau masih selamat tak kurang suatu apa pun! Kau bahkan punya nyali untuk berjalan kembali ke sini dengan santai!” Eloise menunjuk Madeline dan berteriak, “Kejahatan apa yang ingin kau tuduhkan pada putriku sekarang?”Madeline mengangkat sepasang matanya yang sebening kristal. "Mrs. Montgomery, kau ingin sekali aku mati ya?" Dia bertanya sambil tersenyum. Sepasang matanya tampak tak berdasar saat melanjutkan, "Aku khawatir kau tidak akan pernah merasakan kedamaian lagi jika aku mati, Mrs. Montgomery.”“Hmph, perempuan sepertimu tidak akan dikenang meski kau sudah mati. Mana mungkin aku merasa tidak tenang jika kau mati?" Eloise menatapnya dengan dingin. “Vera, aku sarankan untuk menghentikan apa yang kau lakukan. Bertahan dalam kej
“...” Laki-laki itu mati ucap.Madeline perlahan mengeluarkan selembar tisu dari saku baju olahraganya yang kedap air. Lalu, dia membungkuk dan memungut amplop itu lewat sudutnya.“Apa kau sudah menelepon polisi, Mrs. Montgomery?” Dia tersenyum, kedua matanya berubah menjadi bulan sabit.Eloise melotot. “Vera, polisi akan segera sampai. Jangan berpikir untuk bisa bersilat lidah nanti.”“Kau harus memberikan kesempatan untuk bersilat lidah kepada putrimu yang berharga." Madeline menggoyangkan amplop di tangannya. “Terima kasih telah memberikan buktinya kepadaku. Kupikir seharusnya sidik jari penyuapnya ada di sini.”“...”“...”Ekspresi pria itu membeku saat dia tanpa sadar menatap Meredith.Sebaliknya, kedua ujung bibir Meredith bergerak-gerak. Dia tampak seakan sedang bingung.Senyum Madeline semakin lebar saat melihat ekspresi mereka. "Mrs. Montgomery, kau bisa menyewa pengacara untuk putrimu sekarang. Aku penasaran mengenai apa yang akan kau katakan kepada mereka ketika mereka bert