Dalam perjalanan kembali ke rumah, apa yang dikatakan ibunya lewat telepon tadi masih terngiang di kepalanya.Tanpa sepengetahuannya, dia mulai mempercepat laju mobilnya dan setelah lebih dari sepuluh menit, dia sampai di garasi rumah.Setelah keluar dari mobil, dia langsung berjalan ke ruang tamu. Ketika tiba di depan pintu, dia melihat wajah yang selalu menghiasi mimpi-mimpinya. Wajah yang menakjubkan dan memikat itu ada di depan penglihatannya.Jeremy berhenti di tempatnya berdiri dan detak jantungnya semakin cepat.Madeline mengangkat kepalanya dan melihat Jeremy. Gadis itu tersenyum malu-malu padanya, matanya terlihat begitu hidup seolah-olah sepasang mata itu bisa berbicara dengannya. Ada begitu banyak emosi di dalamnya.“Saya pikir Felipe di sini, ternyata hanya Anda, Mr. Whitman.” Madeline tersenyum lembut.Seketika itu juga detak jantung Jeremy kembali normal. Dia menyipitkan kedua matanya sambil mempertahankan seulas senyum di bibirnya. “Apa kau sedang menunggu Felipe?”“Feli
Dia kembali ke alam sadarnya dan melihat Felipe berjalan ke arahnya.Madeline berjalan melewatinya, dan aroma samar-samarnya menempel di lubang hidungnya. Aroma yang keluar dari tubuh gadis itu sangat manis dan punya wangi yang unik.“Jeremy.” Ketika melihat Jeremy, Felipe dengan santai menyapa.Felipe selalu terlihat tenang dan halus, tampak seperti pria terhormat dalam setiap gerakannya.Jeremy menatap kedua orang yang bergandengan tangan itu. Dia hanya melirik mereka dengan dingin.Madeline menatap Jeremy kemudian menoleh untuk tersenyum pada Felipe. “Felipe, ayo masuk.”“Oke.” Felipe tersenyum lembut, menggandeng tangan Madeline saat memimpinnya masuk ke ruang tamu.Ibu Jeremy sedang menerima telepon. Ketika melihat Madeline dan Felipe masuk dengan bergandengan tangan, dia memutar kedua bola matanya dalam penghinaan sebelum menutup telepon.“Oh, Felipe, kau di sini,” kata Ibu Jeremy dengan suara ganjil. Lalu, dia menatap Madeline lewat kedua sudut matanya. “Jadi, kau benar-benar ak
Tatapan semua orang mendarat di wajah Jeremy yang tiba-tiba menyuarakan opininya.Ada selapis bunga es di wajah tampannya dan kedua matanya terlihat setajam alat pemecah es.“Jeremy, apapun yang terjadi aku akan menikahi Vera,” ujar Felipe dengan tenang, namun dengan intonasi tegas.“Aku tak akan membiarkan kalian menikah.” Jawaban tenang dan tanpa tergesa-gesa Jeremy menghantam Felipe. Intonasi pria itu bahkan lebih tegas dibanding Felipe.Madeline mengerutkan keningnya. “Apa maksud Anda dengan itu, Mr. Whitman? Siapa Anda mau menentang pernikahan kami?”Jeremy menekankan kedua bibirnya sembari mendaratkan tatapan sedingin es di wajah Madeline. Sepasang matanya penuh dengan infiltrasi yang intens.“Aku tak akan membiarkanmu menjadi bibiku karena wajahmu.”Intonasi pria itu dominan sedangkan ekspresinya dingin dan pasti.Madeline mencemooh. “Saya tak boleh menikahi paman Anda hanya karena saya mirip dengan mantan istri Anda? Kalau begitu, menurut Anda saya hanya cocok menikah dengan pr
Madeline datang sendirian ke rumah sakit tempat Meredith dirawat. Ada kerumunan besar berkumpul di rumah sakit. Semua orang melihat ke atap gedung.Ketika melihat itu, Madeline juga mendongakkan kepalanya. Ia bisa melihat sesosok figur putih duduk di pinggiran railing atap. Menilik dari wajahnya, itu memang Meredith.Ia dengan cepat mengambil lift yang menuju ke atap. Ia pikir Jeremy sudah ada di sana, tapi tak ada seorang pun di sana. Jeremy tidak terlihat di mana pun.Akan tetapi, tadi Jeremy terlihat khawatir. Tidakkah pria itu mengkhawatirkan Meredith?Kalau tidak, mengapa dia lari dengan tergesa-gesa?Saat merenungkan itu, ia mendengar Eloise menangis dan berteriak dalam keputusasaan di depannya. “Mer, jangan lakukan ini. Aku mohon padamu. Bisakah kau turun sekarang, tolong?”Suara Eloise sudah serak karena menangis. Itu bukti betapa besar rasa khawatirnya terhadap Meredith.Madeline tanpa sadar mengepalkan tinjunya. Ia menatap ke depan dan melihat ayah kandungnya, Sean, juga ada
Setelah Madeline mengatakan itu, seketika itu juga udara di sekeliling mereka membeku. Bunyi yang bisa didengar adalah angin musim gugur yang melolong di atas mereka. Berembus melewati wajah-wajah mereka lagi, dan lagi.Ekspresi Eloise berubah ketika menatap Madeline dalam ketidakpercayaan. A-apa kau bilang? Apa yang baru saja kau bilang?”Sean saat ini juga bergegas ke arah Madeline. Pria itu menatapnya dengan tatapan menyelidik. “Omong kosong apa yang kau muntahkan? Putri kandungku di sini. Dia sehat dan hidup! Bagaimana bisa kau mengutuknya dengan mengatakan bahwa dia sudah mati selama tiga tahun?!”Madeline tersenyum sinis sebelum melepaskan tangan Eloise. “Aku tidak mengutuk putrimu yang berharga. Aku cuma mengulangi apa yang dia katakan,” katanya tenang sambil menunjuk Rose.“Aku mendengarnya mengatakan itu dengan kedua telingaku sendiri. Dia bilang putrimu sudah mati sejak tiga tahun yang lalu.”“Apa?”Eloise dan Sean menatap Rose dengan tidak percaya.“Omong kosong!” Sangkal Ro
“Kalau Madeline adalah seorang penyihir, lalu bagaimana dengan putrimu yang berharga?” Madeline tak bisa menahan dirinya untuk tidak mendengus. “Gadis itu bekerja sama dengan orang luar untuk menculik putranya sendiri dan menimpakan kesalahan pada Madeline. Apa kau lupa itu? Untuk membuat Jeremy membenci Madeline, dia mencuri gelang seseorang dan menjebak Madeline sebagai pencurinya. Apa kau juga lupa tentang itu? Mrs. Montgomery, cukup tanyakan pada dirimu sendiri, siapa penyihir yang sesungguhnya di sini?”“Kau…” Eloise tak bisa berkata-kata setelah dia dijawab seperti ini.“Aku tidak. Aku tidak melakukan hal-hal itu…” Meredith berdalih sembari menangis. Dia menggigit bibirnya dengan pilu, terlihat sangat menyedihkan sekarang. “Vera Quinn, kenapa kau ingin memfitnahku? Kau sudah berhasil menimbulkan ketidakharmonisan di antara aku dan Jeremy. Ditambah lagi, kau bahkan membuatku cacat. Apa kau hanya akan bahagia setelah aku mati? Baiklah, aku akan memenuhi harapanmu. Aku akan melompat
“Mer! Meredith! Anakku!” Eloise menangis tersedu-sedu dengan histeris. Tiba-tiba, kedua kakinya menyerah dan dia kolaps di pelukan Sean. Dia pingsan.Saat melihat ini, hati Madeline sakit.Bagaimanapun juga, Eloise adalah ibu kandungnya. Meskipun Eloise tak menyukainya, ia masih berharap Eloise dan Sean akan baik-baik saja.Namun, mereka ditipu oleh Meredith.Madeline merasa kalau ini kocak. Setelah menenangkan dirinya, ia melihat Jeremy berdiri di titik di mana Meredith baru saja melompat.Dia menatap ke bawah dengan ekspresi suram di wajahnya. Dua detik kemudian, dia berbalik dan berjalan keluar.“Dia hanya jatuh ke balkon. Aku yakin dia akan baik-baik saja,” jawab Jeremy dengan tenang. Namun, Madeline bisa melihat pria itu terlihat menghela nafas lega.Bagaimanapun juga, dia masih sangat peduli pada Meredith. Dia khawatir kalau gadis itu akan mati.Akan tetapi, Madeline sudah menduga ini akan terjadi.Meredith sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Dia pasti telah mengam
Dua detik kemudian, Jeremy keluar dari mobil dikelilingi dengan aura dingin.Wajahnya sedingin es ketika melihat para polisi itu mencengkram kedua lengan Madeline. Dia menaikkan alisnya sebelum menarik Madeline ke sisinya dan menjauh dari para polisi itu.“Jatuhnya Meredith hanya sebuah kecelakaan. Itu tidak ada hubungannya dengan dia. Tolong investigasi dengan cermat sebelum melakukan penangkapan.”Intonasi pria itu dingin di saat kedua matanya menyipit. Setelah itu, Jeremy merengkuh bahu Madeline dan membuka pintu kursi penumpang. “Masuk.”Dibandingkan dengan mobil polisi, Madeline lebih memilih masuk ke mobil Jeremy.Hanya dalam beberapa menit, Jeremy telah membawanya ke sebuah pinggiran kota yang sepi dan kosong.Ketika keluar dari mobil, Madeline bertanya pada pria itu dengan terus terang, “Aku menyebabkan wanita yang paling kau cintai jatuh dari atap gedung. Kenapa kau masih membantuku?”Jeremy menatapnya dengan sebuah senyum palsu. “Wanita yang paling aku cintai? Apa kau tahu si