Madeline datang sendirian ke rumah sakit tempat Meredith dirawat. Ada kerumunan besar berkumpul di rumah sakit. Semua orang melihat ke atap gedung.Ketika melihat itu, Madeline juga mendongakkan kepalanya. Ia bisa melihat sesosok figur putih duduk di pinggiran railing atap. Menilik dari wajahnya, itu memang Meredith.Ia dengan cepat mengambil lift yang menuju ke atap. Ia pikir Jeremy sudah ada di sana, tapi tak ada seorang pun di sana. Jeremy tidak terlihat di mana pun.Akan tetapi, tadi Jeremy terlihat khawatir. Tidakkah pria itu mengkhawatirkan Meredith?Kalau tidak, mengapa dia lari dengan tergesa-gesa?Saat merenungkan itu, ia mendengar Eloise menangis dan berteriak dalam keputusasaan di depannya. “Mer, jangan lakukan ini. Aku mohon padamu. Bisakah kau turun sekarang, tolong?”Suara Eloise sudah serak karena menangis. Itu bukti betapa besar rasa khawatirnya terhadap Meredith.Madeline tanpa sadar mengepalkan tinjunya. Ia menatap ke depan dan melihat ayah kandungnya, Sean, juga ada
Setelah Madeline mengatakan itu, seketika itu juga udara di sekeliling mereka membeku. Bunyi yang bisa didengar adalah angin musim gugur yang melolong di atas mereka. Berembus melewati wajah-wajah mereka lagi, dan lagi.Ekspresi Eloise berubah ketika menatap Madeline dalam ketidakpercayaan. A-apa kau bilang? Apa yang baru saja kau bilang?”Sean saat ini juga bergegas ke arah Madeline. Pria itu menatapnya dengan tatapan menyelidik. “Omong kosong apa yang kau muntahkan? Putri kandungku di sini. Dia sehat dan hidup! Bagaimana bisa kau mengutuknya dengan mengatakan bahwa dia sudah mati selama tiga tahun?!”Madeline tersenyum sinis sebelum melepaskan tangan Eloise. “Aku tidak mengutuk putrimu yang berharga. Aku cuma mengulangi apa yang dia katakan,” katanya tenang sambil menunjuk Rose.“Aku mendengarnya mengatakan itu dengan kedua telingaku sendiri. Dia bilang putrimu sudah mati sejak tiga tahun yang lalu.”“Apa?”Eloise dan Sean menatap Rose dengan tidak percaya.“Omong kosong!” Sangkal Ro
“Kalau Madeline adalah seorang penyihir, lalu bagaimana dengan putrimu yang berharga?” Madeline tak bisa menahan dirinya untuk tidak mendengus. “Gadis itu bekerja sama dengan orang luar untuk menculik putranya sendiri dan menimpakan kesalahan pada Madeline. Apa kau lupa itu? Untuk membuat Jeremy membenci Madeline, dia mencuri gelang seseorang dan menjebak Madeline sebagai pencurinya. Apa kau juga lupa tentang itu? Mrs. Montgomery, cukup tanyakan pada dirimu sendiri, siapa penyihir yang sesungguhnya di sini?”“Kau…” Eloise tak bisa berkata-kata setelah dia dijawab seperti ini.“Aku tidak. Aku tidak melakukan hal-hal itu…” Meredith berdalih sembari menangis. Dia menggigit bibirnya dengan pilu, terlihat sangat menyedihkan sekarang. “Vera Quinn, kenapa kau ingin memfitnahku? Kau sudah berhasil menimbulkan ketidakharmonisan di antara aku dan Jeremy. Ditambah lagi, kau bahkan membuatku cacat. Apa kau hanya akan bahagia setelah aku mati? Baiklah, aku akan memenuhi harapanmu. Aku akan melompat
“Mer! Meredith! Anakku!” Eloise menangis tersedu-sedu dengan histeris. Tiba-tiba, kedua kakinya menyerah dan dia kolaps di pelukan Sean. Dia pingsan.Saat melihat ini, hati Madeline sakit.Bagaimanapun juga, Eloise adalah ibu kandungnya. Meskipun Eloise tak menyukainya, ia masih berharap Eloise dan Sean akan baik-baik saja.Namun, mereka ditipu oleh Meredith.Madeline merasa kalau ini kocak. Setelah menenangkan dirinya, ia melihat Jeremy berdiri di titik di mana Meredith baru saja melompat.Dia menatap ke bawah dengan ekspresi suram di wajahnya. Dua detik kemudian, dia berbalik dan berjalan keluar.“Dia hanya jatuh ke balkon. Aku yakin dia akan baik-baik saja,” jawab Jeremy dengan tenang. Namun, Madeline bisa melihat pria itu terlihat menghela nafas lega.Bagaimanapun juga, dia masih sangat peduli pada Meredith. Dia khawatir kalau gadis itu akan mati.Akan tetapi, Madeline sudah menduga ini akan terjadi.Meredith sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Dia pasti telah mengam
Dua detik kemudian, Jeremy keluar dari mobil dikelilingi dengan aura dingin.Wajahnya sedingin es ketika melihat para polisi itu mencengkram kedua lengan Madeline. Dia menaikkan alisnya sebelum menarik Madeline ke sisinya dan menjauh dari para polisi itu.“Jatuhnya Meredith hanya sebuah kecelakaan. Itu tidak ada hubungannya dengan dia. Tolong investigasi dengan cermat sebelum melakukan penangkapan.”Intonasi pria itu dingin di saat kedua matanya menyipit. Setelah itu, Jeremy merengkuh bahu Madeline dan membuka pintu kursi penumpang. “Masuk.”Dibandingkan dengan mobil polisi, Madeline lebih memilih masuk ke mobil Jeremy.Hanya dalam beberapa menit, Jeremy telah membawanya ke sebuah pinggiran kota yang sepi dan kosong.Ketika keluar dari mobil, Madeline bertanya pada pria itu dengan terus terang, “Aku menyebabkan wanita yang paling kau cintai jatuh dari atap gedung. Kenapa kau masih membantuku?”Jeremy menatapnya dengan sebuah senyum palsu. “Wanita yang paling aku cintai? Apa kau tahu si
“Pfft.” Madeline meledak dalam tawa. “Wanita yang paling kau cintai adalah mantan istrimu Madeline? Mr. Whitman, lelucon ini sama sekali tidak lucu.”Madeline tertawa, namun di hatinya ada sebuah rasa sakit yang menumpulkan.Luka berdarah itu masih membuatnya kesakitan tanpa menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Saat ia mengingat kembali semua adegan dari masa lalunya, yang ada hanyalah darah dan air mata.Namun, apa yang pria ini katakan saat itu? Apa dia bilang kalau dia mencintainya?Jika kebalikan dari cinta adalah benci, maka pria ini memang benar-benar ‘mencintai’ dirinya. Dia bahkan ‘mencintai’ dirinya sampai mati!Ketika melihat senyum sinis di wajah Madeline, Jeremy melepaskan sebuah senyum palsu. “Kau benar. Itu hanya sebuah lelucon.”Dia sedang menertawakan dirinya sendiri, namun jauh di lubuk hatinya, hatinya sesakit bagaikan diiris dengan sebilah pisau.Hal itu benar-benar bagaikan sebuah lelucon. Sangat menyedihkan hingga dia sendiri hampir tak mempercayainya.Namun, ini s
Akan tetapi, karena ada Jackson, Eloise harus mengontrol kemarahannya.“Vera.” Jackson mengangkat kepalanya untuk menyapanya. Di wajahnya yang bersih dan mulus tersungging seulas senyum yang langka.Madeline tersenyum balik. “Jack, apa kabar?”Saat Eloise melihat ini, wajahnya muram. “Jack, kau panggil dia tadi siapa? Apa kau kenal dia? Bagaimana kau bisa kenal wanita iblis ini?”“Vera bukan orang jahat.” Jackson mengerutkan kedua alisnya. Senyum di wajahnya perlahan menghilang saat dia kembali menjadi sedih dan muram.“Dia orang jahat! Dialah yang menyebabkan ibumu dirawat di rumah sakit!” Intonasi Eloise menjadi mengerikan. Dia memelototi Madeline sambil menggertakkan gigi-giginya. “Vera Quinn, jauh-jauh dari keluargaku. Aku akan membalas apa yang sudah kau perbuat pada Mer!”“Oma Cantik, kenapa kau berteriak pada ibuku?” Lilian bertanya dalam suara sehalus kapas.Eloise akhirnya melihat gadis kecil yang terlihat berumur sekitar dua atau tiga tahun di sebelah Madeline.Dia ingin memb
Daniel telah menemukan dimana Madeline tinggal. Saat tiba di sana untuk melihat keadan wanita itu, dia tak menyangka akan melihat adegan ini di depan kedua matanya.“Maddie!”Jantungnya mulai berpacu. Dia tak menghiraukan apa pun dan menginjak pedal gas dalam-dalam untuk mengikuti mobil yang membawa Madeline pergi.Akan tetapi, mobil itu melaju sangat cepat dan bahkan tanpa peduli menerobos lampu merah. Daniel tak ingin kehilangan mobil itu, jadi dia juga ikut mengabaikan lampu merah. Namun, di saat ini, ada dua pelajar berseragam yang sedang menyeberangi jalan. Seketika itu juga Daniel menginjak pedal rem.Dia berhasil menghindari sebuah kecelakaan yang akan terjadi, tapi juga kehilangan mobil itu.Dia memikirkan apa yang bakal dihadapi Madeline nanti dan segera menelpon polisi. Kemudian, dia menggunakan pengaruh dan kekuasaannya dan berhasil mendapatkan rekaman kamera CCTV.Dia telah kehilangan wanita itu sekali sebelum tiga tahun lalu. Kali ini, dia tak akan membiarkan apa pun terja