Nafas hangat pria itu menyebar ke seluruh pipi Madeline. Ia terpana, dan semua yang Jeremy lakukan padanya dulu mulai muncul di benaknya.Pria itu berdarah dingin dan tak punya hati, dia telah melakukan semua hal paling kejam di dunia ini padanya.Madeline tak bisa mengingat apa pun yang pria itu belum pernah lakukan padanya.Saat ia termangu, ia menyadari wajah Jeremy bergerak semakin mendekatinya.Jantung Madeline mulai berpacu tak terkendali. Ia mengira Jeremy akan menciumnya, maka ia bersiap untuk lari ketika Jeremy menarik tubuhnya ke pelukan pria itu.Dia merendahkan kepalanya dan membenamkan wajahnya di antara leher dan bahu Madeline. Dia lelah. Dengan pelukan ini, dia melepaskan semua tekanan dan stres yang tak dikenal. Dia memanjakan dirinya selama memeluk gadis ini.Madeline kaget saat terjebak dalam pelukan Jeremy.Ia sedang tidak mengenakan pakaian yang terlalu tebal, jadi ia bisa merasakan kehangatan Jeremy melalui bahan pakaian mereka karena jarak mereka begitu dekat. Keh
Ia baru saja mulai membangun rencananya untuk balas dendam, jadi ia tidak akan membiarkan apa pun mengganggunya.Jeremy menjawab panggilan telepon itu namun tak melepaskan pegangannya di tangan Madeline. Ia tak bisa melarikan diri meskipun ia ingin.Ia menatap Jeremy yang sekarang mulai mengerutkan kening. Lalu, nada suara pria itu menjadi dingin. “Apa? Jackson hilang?”Saat Madeline mendengar ini, jantungnya serasa melewatkan satu detakan.‘Jackson hilang lagi?’Ia ikut mulai merasa khawatir.Ketika dirinya termenung, Jeremy mendekat dengan kening berkerut. “Putraku hilang lagi, tapi aku yakin kau akan bisa menemukan dia.”“Saya?” Madeline terkejut. Akan tetapi, ia tak mau mendebat pria ini. Jantungnya yang berpacu mengatakan padanya bahwa dirinya juga ingin tahu keberadaan Jackson. “Saya bisa ikut mencari Jack bersama Anda.”“Ayo kita pergi kalau begitu,” sahut Jeremy, melepaskan tangannya. Kemudian, pria itu memakaikan mantelnya di atas mantel tipis Madeline.Sikap ini mengejutkan M
Ada sebuah tahi lalat di dada kirinya yang bisa membuktikan kalau dirinya adalah Madeline.Itu adalah tanda yang tak ingin ia musnahkan karena dirinya tak mengira Jeremy akan mendapatkan kesempatan untuk melihat bagian tubuhnya itu setelah ia 'hidup kembali'.Ia di sini untuk balas dendam, bukan untuk memulai sebuah hubungan dengan pria itu. Maka dari itu, ia tak mau melenyapkan tahi lalat itu dan membiarkannya masih berada di dada kirinya.Ketika menyadari tatapan Jeremy, ia menarik handuknya ke atas sebelum memunggungi pria itu.“Kenapa Anda tak mengetuk pintu sebelum masuk?” tanyanya dengan kesal.Ia pikir Jeremy akan dengan tahu diri pergi dan kembali menutup pintu, namun sebaliknya, ia mendengar langkah kaki pria itu mendekatinya. Jeremy berhenti tepat di belakangnya.“Kenapa Anda masuk? Keluar.” Usir Madeline dengan nada dingin. Ia mencengkeram handuk itu semakin erat ke dadanya dan berjalan menjauh dari pria itu. Ia bertelanjang kaki.Akan tetapi, tepat di saat ia mengambil lang
Dia bertanya, merasakan sebuah rasa nyeri yang teramat sangat di dalam hatinya.Ketika dia mengingat kembali ekspresi tanpa daya Madeline saat gadis itu memberi penjelasan dengan air mata yang deras mengalir di wajahnya, dirinya merasa bagaikan pendosa yang tak akan terampuni.Bagaimana bisa dirinya begitu kejam hingga menyakiti seorang gadis yang sangat mencintainya?Bagaimana mungkin dia baru menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta pada gadis itu saat semuanya sudah sangat terlambat?Kini, dia akhirnya mengerti mengapa Old Master Whitman menanyakan pertanyaan itu saat gadis itu bilang ingin bercerai darinya.Kakek tua itu bertanya pada gadis itu apakah mereka tidur bersama setelah mereka menikah.Tentu saja, dia melakukannya berulang kali.Dia bilang dirinya jijik dengan gadis itu, namun dia masih tak bisa menghentikan dirinya untuk menyentuh gadis itu.Ternyata dia hanya tak bisa menahan semua emosinya, namun ketika dia mengetahuinya, sudah sangat terlambat.Jeremy menenangkan pik
Madeline menatap pria yang baru saja muncul dari kerumunan saat dirinya bisa merasakan jiwanya meninggalkan tubuhnya.Ia tak pernah melihat pria itu selama tiga tahun, tapi orang di depannya ini masih bermata cerah dan tampan. Ada tambahan rasa kedewasaan di sosok tegasnya yang dulu tak ada di sana.Pria itu berjalan ke arahnya, wajahnya memantulkan sepasang matanya yang bagaikan batu onyx. Ada sebuah kegembiraan yang tak terlukiskan dan keterkejutan di dalamnya.“Maddie, ini kamu…” Daniel menatapnya dengan intens, suaranya masih lembut dan hangat bagaikan angin musim semi.“Maaf. Aku bukan Madeline Crawford.” Madeline mengangkat satu alisnya dengan kesal. “Jika kalian kesini hanya untuk melihat kalau aku mirip Madeline Crawford, maka silahkan pergi. Aku punya bisnis yang harus aku urus,” katanya dengan dingin sebelum berbalik. Ketika wajahnya sudah keluar dari pandangan Ava dan Daniel, ia menurunkan tatapannya.‘Ava, Dan, maafkan aku. Kumohon maafkan aku atas kekejamanku.’“Maddie!” A
Ava tak teryakinkan. Gadis itu ingin membantah lebih jauh lagi, tapi setelah mendengar apa yang dikatakan Jeremy, seketika itu juga semua harapan di hatinya lenyap.Ava menatap Madeline dan menjadi kecil hati setelah melihat wajah menawan Madeline.‘Dia sungguh-sungguh bukan Maddie?‘Tidak, itu tak mungkin’Ava menatap Jeremy dengan dingin sebelum menggertakkan gigi-giginya. “Jeremy, ini pasti sebuah jebakan. Dia pasti Maddie! Kaulah yang—”“Cukup.” Sela Madeline dengan suara dingin. “Aku tak peduli apa yang dulu terjadi antara kau dan Madeline, tapi itu tak ada urusannya denganku. Dengar baik-baik, aku bukan Madeline Crawford.”Setelah mengatakan itu, ia mengangkat kedua mata indahnya dan menatap Jeremy. “Aku akan memberikan jeda pada diriku sendiri hari ini. Saya ingin tahu apakah Anda punya waktu untuk menemani saya, Mr. Whitman?”Jeremy menatap ke dalam sepasang mata yang memesona itu dan tersenyum. “Sebuah kehormatan bagiku.”Setelah memberikan jawaban, pria itu meraih tangan Made
Suara Jeremy yang dalam dan menggoda menyelinap ke dalam telinganya sebelum akhirnya mendarat di hatinya.Madeline tak menyangka Jeremy menanyakan sebuah pertanyaan seperti itu.Keterkejutan jelas terlihat di wajahnya. Kendati merasa kaget, ia masih bersikap tenang. “Jeremy, kau tahu apa yang kau maksud?”“Tentu saja, aku tahu apa yang kumaksud.” Pria itu menurunkan suaranya untuk membuatnya lebih terdengar memikat.“Aku akan menikahi Felipe dalam waktu dekat ini, jadi buat apa aku menyukaimu?” Kata Madeline dengan dingin, mendorong pria itu menjauh.Namun, Jeremy hanya meraih tangan gadis itu yang kemudian mendarat di bahunya.“Apa kau sungguh-sungguh tidak menyukaiku? Lalu kenapa kau datang mencariku di rumah sakit tadi malam dan mengatakan padaku bahwa kau mengkhawatirkanku?” Tanyanya, “Kau begitu peduli padaku. Lagi pula, kupikir kau tidak terlalu menyukai pamanku,” ujarnya saat sepasang mata gelapnya terus menatap wajah Madeline. Dia bisa merasakan jantungnya melewatkan satu detak
‘Ava, aku tidak lupa.’‘Itulah mengapa aku kembali untuk balas dendam. Ini untukku, namun terutama juga untuk anakku.’Ketika Ava memperhatikan bagaimana Madeline tidak mengucapkan sepatah kata pun bahkan setelah sekian lama, dia berlari dan meraih tangan Madeline dengan emosional. "Maddie, tolong ikut dengan kami. Dan adalah orang yang benar-benar mencintai dan peduli padamu. Jangan tertipu oleh sampah itu!”“Hentikan bicaramu." Sela Madeline dengan tiba-tiba. “Aku sudah berkali-kali bilang padamu kalau aku bukan Madeline Crawford. Lagi pula, kenapa aku tak bisa tinggal dengan Mr. Whitman? Apa hubungan tindakannya di masa lalu dengan aku? Aku hanya tahu bahwa aku senang bersamanya. Aku juga menikmati kebersamaanku dengannya. Jadi tolong, berhentilah menggangguku!”Madeline menyelesaikan perkataannya dalam nada bicara sedingin es. Kemudian, ia menepiskan tangan Ava menjauh darinya.Ia berbalik dan memeluk lengan Jeremy, berpura-pura mesra dengan pria itu. “Jeremy, ayo kita bicara di te