“Mom, kau harus percaya padaku. Video itu tidak nyata!” Setelah mengatakan itu, Meredith menatap ibu Jeremy. “Mrs. Whitman, kau tahu ‘kan orang seperti apa Madeline itu. Buat apa aku ingin menyakitinya? Lagi pula, dia bukan orang yang jujur!”“Jangan menangis, Mer. Aku percaya padamu.” Eloise memilih untuk mempercayai Meredith tanpa setitik pun keraguan. Kemudian, dia menatap Madeline dan Felipe dengan kebencian di kedua matanya. “Felipe, kau sembarangan menuduh putriku di depan umum untuk merusak reputasinya. Aku tak akan membiarkanmu lepas dari ini dengan mudah!”“Putrimu?” Felipe mendengus. “Hanya karena dia putrimu, kau rela tutup mata bahkan jika dia telah melakukan perbuatan keji?”“Kau…”“Kau bisa dengan jelas melihat di video itu. Semua orang di sini bakal tahu kalau itu palsu. Meredith, kau bilang kalau video ini baru-baru ini dibuatnya, jadi aku mau tanya. Bahkan jika Vera memerankan Madeline di video itu, lalu siapa wanita yang terlihat sama persis denganmu? Ditambah lagi, s
“Silakan, Mr. Whitman.” Madeline tersenyum kalem. “Saya juga ingin tahu apa yang akan Anda umumkan.”Jeremy melengkungkan kedua bibirnya yang menggoda. “Kau akan tahu sebentar lagi,” jawabnya sebelum menatap Felipe yang berdiri di belakang Madeline. Kemudian, dia berbalik dan berhadapan dengan semua tamu beserta beberapa kamera yang dipegang oleh para awak media.Meredith menyadari bahwa mungkin Jeremy akan mengumumkan pembatalan pertunangan mereka. Jantungnya mulai berpacu sembari meraih tangan Jeremy dengan panik.“Jeremy, dengarkan aku. Video itu palsu. Jangan percaya itu! Jangan membuat pengumuman tentang itu, kumohon? Aku tak bisa hidup tanpamu. Tolong jangan tinggalkan aku…”Suaranya sangat pelan hingga nyaris tak terdengar, namun Jeremy bisa mendengarnya dengan jelas.Jeremy mendengarkan permohonan Meredith dan menurunkan sepasang matanya yang dalam dan sipit. “Kau tak perlu menjelaskan semuanya padaku. Kalau ini mengenai video itu, aku bisa bilang padamu bahwa aku sudah melihat
Madeline terkekeh pelan sebelum melangkah ke depan.Saat Jeremy melihat orang yang ada di depannya, dia berhenti di tempatnya berdiri. Dia terkejut. “Kenapa kau ada di sini?”“Tidakkah Anda ingin bertemu dengan saya, Mr. Whitman?” Tanya Madeline dengan seulas senyum palsu di wajahnya. Kemudian, ia menambahkan, “Sebenarnya, saya khawatir. Namun, saya tidak mengkhawatirkan Meredith. Saya mengkhawatirkan Anda.”Jeremy kaget. Dia menatap gadis yang sedang tersenyum padanya di bawah remang cahaya lampu. Ada kilatan berbahaya di matanya saat dia berjalan di depan gadis itu. "Ikuti aku.”Tiba-tiba dia menggenggam tangan Madeline, hawa dingin tangan pria itu seketika menjalar ke hatinya.Ia tak menarik tangannya dari genggaman Jeremy, namun pada saat yang bersamaan, ia tak merasa segan untuk melepaskannya seperti sebelumnya.Jeremy membawa Madeline ke atap gedung rumah sakit. Dengan tak adanya orang di sana, tempat itu terlihat hening sekaligus menyeramkan.Bintang-bintang bertebaran di langit
Nafas hangat pria itu menyebar ke seluruh pipi Madeline. Ia terpana, dan semua yang Jeremy lakukan padanya dulu mulai muncul di benaknya.Pria itu berdarah dingin dan tak punya hati, dia telah melakukan semua hal paling kejam di dunia ini padanya.Madeline tak bisa mengingat apa pun yang pria itu belum pernah lakukan padanya.Saat ia termangu, ia menyadari wajah Jeremy bergerak semakin mendekatinya.Jantung Madeline mulai berpacu tak terkendali. Ia mengira Jeremy akan menciumnya, maka ia bersiap untuk lari ketika Jeremy menarik tubuhnya ke pelukan pria itu.Dia merendahkan kepalanya dan membenamkan wajahnya di antara leher dan bahu Madeline. Dia lelah. Dengan pelukan ini, dia melepaskan semua tekanan dan stres yang tak dikenal. Dia memanjakan dirinya selama memeluk gadis ini.Madeline kaget saat terjebak dalam pelukan Jeremy.Ia sedang tidak mengenakan pakaian yang terlalu tebal, jadi ia bisa merasakan kehangatan Jeremy melalui bahan pakaian mereka karena jarak mereka begitu dekat. Keh
Ia baru saja mulai membangun rencananya untuk balas dendam, jadi ia tidak akan membiarkan apa pun mengganggunya.Jeremy menjawab panggilan telepon itu namun tak melepaskan pegangannya di tangan Madeline. Ia tak bisa melarikan diri meskipun ia ingin.Ia menatap Jeremy yang sekarang mulai mengerutkan kening. Lalu, nada suara pria itu menjadi dingin. “Apa? Jackson hilang?”Saat Madeline mendengar ini, jantungnya serasa melewatkan satu detakan.‘Jackson hilang lagi?’Ia ikut mulai merasa khawatir.Ketika dirinya termenung, Jeremy mendekat dengan kening berkerut. “Putraku hilang lagi, tapi aku yakin kau akan bisa menemukan dia.”“Saya?” Madeline terkejut. Akan tetapi, ia tak mau mendebat pria ini. Jantungnya yang berpacu mengatakan padanya bahwa dirinya juga ingin tahu keberadaan Jackson. “Saya bisa ikut mencari Jack bersama Anda.”“Ayo kita pergi kalau begitu,” sahut Jeremy, melepaskan tangannya. Kemudian, pria itu memakaikan mantelnya di atas mantel tipis Madeline.Sikap ini mengejutkan M
Ada sebuah tahi lalat di dada kirinya yang bisa membuktikan kalau dirinya adalah Madeline.Itu adalah tanda yang tak ingin ia musnahkan karena dirinya tak mengira Jeremy akan mendapatkan kesempatan untuk melihat bagian tubuhnya itu setelah ia 'hidup kembali'.Ia di sini untuk balas dendam, bukan untuk memulai sebuah hubungan dengan pria itu. Maka dari itu, ia tak mau melenyapkan tahi lalat itu dan membiarkannya masih berada di dada kirinya.Ketika menyadari tatapan Jeremy, ia menarik handuknya ke atas sebelum memunggungi pria itu.“Kenapa Anda tak mengetuk pintu sebelum masuk?” tanyanya dengan kesal.Ia pikir Jeremy akan dengan tahu diri pergi dan kembali menutup pintu, namun sebaliknya, ia mendengar langkah kaki pria itu mendekatinya. Jeremy berhenti tepat di belakangnya.“Kenapa Anda masuk? Keluar.” Usir Madeline dengan nada dingin. Ia mencengkeram handuk itu semakin erat ke dadanya dan berjalan menjauh dari pria itu. Ia bertelanjang kaki.Akan tetapi, tepat di saat ia mengambil lang
Dia bertanya, merasakan sebuah rasa nyeri yang teramat sangat di dalam hatinya.Ketika dia mengingat kembali ekspresi tanpa daya Madeline saat gadis itu memberi penjelasan dengan air mata yang deras mengalir di wajahnya, dirinya merasa bagaikan pendosa yang tak akan terampuni.Bagaimana bisa dirinya begitu kejam hingga menyakiti seorang gadis yang sangat mencintainya?Bagaimana mungkin dia baru menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta pada gadis itu saat semuanya sudah sangat terlambat?Kini, dia akhirnya mengerti mengapa Old Master Whitman menanyakan pertanyaan itu saat gadis itu bilang ingin bercerai darinya.Kakek tua itu bertanya pada gadis itu apakah mereka tidur bersama setelah mereka menikah.Tentu saja, dia melakukannya berulang kali.Dia bilang dirinya jijik dengan gadis itu, namun dia masih tak bisa menghentikan dirinya untuk menyentuh gadis itu.Ternyata dia hanya tak bisa menahan semua emosinya, namun ketika dia mengetahuinya, sudah sangat terlambat.Jeremy menenangkan pik
Madeline menatap pria yang baru saja muncul dari kerumunan saat dirinya bisa merasakan jiwanya meninggalkan tubuhnya.Ia tak pernah melihat pria itu selama tiga tahun, tapi orang di depannya ini masih bermata cerah dan tampan. Ada tambahan rasa kedewasaan di sosok tegasnya yang dulu tak ada di sana.Pria itu berjalan ke arahnya, wajahnya memantulkan sepasang matanya yang bagaikan batu onyx. Ada sebuah kegembiraan yang tak terlukiskan dan keterkejutan di dalamnya.“Maddie, ini kamu…” Daniel menatapnya dengan intens, suaranya masih lembut dan hangat bagaikan angin musim semi.“Maaf. Aku bukan Madeline Crawford.” Madeline mengangkat satu alisnya dengan kesal. “Jika kalian kesini hanya untuk melihat kalau aku mirip Madeline Crawford, maka silahkan pergi. Aku punya bisnis yang harus aku urus,” katanya dengan dingin sebelum berbalik. Ketika wajahnya sudah keluar dari pandangan Ava dan Daniel, ia menurunkan tatapannya.‘Ava, Dan, maafkan aku. Kumohon maafkan aku atas kekejamanku.’“Maddie!” A