Di dalam kedai kopi.Madeline dan Esther duduk berhadap-hadapan.Esther mengambil kopi panas yang baru saja disajikan, menyesapnya, dan berbicara lebih dulu."Mrs. Whitman, kau punya tiga anak, ‘kan? Aku dengar putrimu satu-satunya disiksa sampai-sampai dia tidak bisa berbicara oleh seorang wanita anggota geng. Sampai sekarang dia masih bisu. Aku ingin tahu apakah itu benar."Saat Lilly, yang dulu begitu takut pada Lana hingga dia kehilangan keberanian untuk berbicara, tiba-tiba disebut, Madeline merasa sedikit tidak nyaman.Namun, dia masih dengan tenang mengangkat matanya dan membuka bibirnya dengan ringan. "Mrs. Mendez, silakan mengatakan apa pun yang kau inginkan. Kita telah sampai di titik ini, dan beberapa hal telah dipahami tanpa harus mengatakan apa pun. Tidak perlu berbelit-belit.”Esther menarik kedua sudut bibir merahnya menjadi setengah senyum. “Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau maksud saat kau mengucapkan kata-kata itu. Aku hanya ingin tahu apakah putrimu pernah
Setelah mendengar itu, Esther hampir meledak dalam kemarahan."Kau ... Eveline, kau berani menyumpahi putriku?"“Aku tidak menyumpahi dia; aku mengatakan yang sebenarnya." Cahaya tajam perlahan-lahan keluar dari mata Madeline. “Kau lebih tua dari aku, jadi tidak mungkin dirimu tidak memahami hal-hal ini. Sebagai seorang ibu, kau harus menetapkan sikap dan cara pandang yang benar untuk anakmu daripada memanjakannya dan membiarkannya mengambil jalan tanpa ada kesempatan untuk bisa kembali.”“Diam, Eveline! Hentikan ocehanmu!" Esther tidak bisa menahan diri lagi. “Aku tidak butuh kamu buat menceramahiku. Bagaimana aku mendidik putriku tidak ada hubungannya denganmu. Kau harus memikirkan urusanmu sendiri dan ingat ini. Orang yang mendorong Naya hingga terpojok bukan cuma Ava. Kau juga punya andil dalam hal ini!”Esther berbalik lalu pergi setelah meninggalkan kata-kata yang terdengar seperti peringatan.Madeline tidak menunda sedetik pun. Dia segera mengikuti Esther dan diam-diam menelepon
Namun, meskipun demikian, jam tangan pintar yang dikenakan Madeline merekam rutenya dengan lengkap.Jeremy, yang berada di ujung telepon, juga mendengarkan dengan saksama situasi di dalam mobil. Namun, sepertinya tidak ada komunikasi di dalam mobil.Sejauh ini tampaknya cukup aman, tapi Jeremy masih mengkhawatirkan Madeline.Jeremy akan mengejar Madeline sesuai dengan data yang dikirim oleh jam tangan pintar Madeline ketika dia tiba-tiba mendengar Esther berbicara.“Eveline, tempat di mana aku akan membawamu adalah suatu tempat yang sangat pribadi, jadi kau harus mematikan ponselmu sekarang. Lepaskan perhiasan dan jam tanganmu. Tinggalkan semuanya di dalam mobil.”Esther menatap Madeline dengan tatapan licik.“Aku sudah lama mendengar kalau Mr. Whitman sangat mengkhawatirkanmu, jadi dia memasang alat pelacak pada perhiasan yang kau kenakan. Jika kau tidak ingin melepasnya, perjalananmu hari ini hanya akan berakhir di sini.”Madeline mengerti maksud Esther dan melirik jam tangan yang ma
Dengan sisa-sisa kekuatan yang dia punyai, Ava mendorong Madeline menjauh.Madeline hampir kehilangan pijakan, tetapi dia masih memeluk Ava, yang bersikeras kalau dia harus pergi sesegera mungkin.“Jangan takut, Ava. Aku di sini. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi,” janji Madeline sambil memeluk Ava yang gemetaran.Setelah mengenal Ava selama bertahun-tahun, Madeline selalu punya kesan bahwa Ava kuat dan pemberani. Ava tidak pernah takut pada apa pun, tapi sekarang, Madeline bisa merasakan dari tubuh gemetar Ava betapa takutnya dia saat ini.Melihat berbagai luka yang memenuhi tubuh Ava, hati Madeline juga merasakan sakit yang luar biasa.Dia tak bisa membayangkan apa yang telah dilakukan Esther pada Ava dalam waktu sesingkat ini hingga bisa membuat tubuh Ava dipenuhi luka yang begitu parah.Ibu Naya, Esther Bay, bahkan lebih ekstrem dari Naya.Benar saja, hanya orang seperti itu yang akan memiliki anak yang berperilaku sama.Madeline memeluk Ava dengan perasaan lebih
Madeline bisa merasakan betapa sangat pedulinya Ava padanya, tapi karena dia sudah datang ke sini, dia tidak pernah berpikir untuk pergi.“Esther, hentikan leluconmu. Karena kau sudah membawaku ke sini, aku tahu dirimu tidak punya rencana untuk membiarkan salah satu dari kami pergi. Terus terang saja, bilang apa maumu.” Madeline memeluk Ava erat-erat saat menatap Esther yang memandang rendah mereka, tidak dengan sikap patuh maupun arogan.“Hmph.” Esther mencibir. “Eveline, sepertinya kau berani juga. Kalau begitu, aku mau lihat sekuat apa dirimu.”"Tidak!" Ava tiba-tiba berteriak sambil memalingkan wajahnya dan menatap Esther. “Esther, orang yang paling kau benci adalah aku. Orang yang ingin kau habisi juga aku. Eveline tidak punya dendam terhadap Naya. Semua ini antara Naya dan aku. Ini tidak ada hubungannya dengan teman-temanku. Kau bisa melakukan apa saja yang kau mau padaku!”Meski disiksa hingga penuh dengan luka dan memar, Ava sama sekali tidak bergeming apalagi takut.“Esther, b
Kondisi fisik Ava saat ini sedang sangat lemah, namun pendengarannya masih baik-baik saja.Setelah mendengar bisikan Madeline di telinganya, dia sedikit terkejut, tetapi dia juga tahu mereka tidak punya waktu untuk ragu.Dari sudut matanya, dia bisa melihat kedua laki-laki itu perlahan mendekati mereka dengan membawa tali.Madeline juga tahu bahwa saat ini, dia tidak boleh ragu. Kalau sampai dia ragu, mereka akan menanggung akibat yang lebih parah lagi.Ketika melihat dua laki-laki itu akan mengikat dirinya dan Ava dengan tali, Madeline tiba-tiba mengangkat tangannya dan secepat kilat menyemprotkan semprotan merica yang dia pegang ke mata kedua laki-laki itu."Aduh!""Sial!"Kedua laki-laki itu berteriak kesakitan secara bersamaan. Mereka melemparkan tali di tangan mereka ke lantai. Dengan putus asa mereka menyeka mata mereka.Namun, karena mereka menyekanya dengan tangan, mereka malah membiarkan lebih banyak lagi semprotan merica masuk ke mata mereka.Setelah musuh mundur, Madeline pu
Tentu saja, Madeline tidak akan melepaskan Ava. Dia mengabaikan kata-kata Ava. Sebaliknya, dia bertanya dengan prihatin, "Ava, apa kau benar-benar tidak bisa berjalan?"“Ya, aku tidak bisa berjalan lagi. Aku tidak punya energi, dan sekujur tubuhku terasa sakit sekali.” Ava mengerutkan kening, hampir tidak bisa mengangkat kepalanya. “Maddie, dengarkan aku. Kau bisa pergi sekarang. Esther lebih gila dari Naya. Dia benar-benar bisa melakukan apa saja.”“Maka dari itu, semakin tidak mungkin bagiku untuk meninggalkanmu di sini menghadapi bahaya sendirian,” kata Madeline dan dengan seluruh kekuatan yang dia punyai mengangkat Ava. Ketika mendengar langkah-langkah kaki tergesa-gesa di belakangnya, Madeline harus segera mengambil keputusan, "Ava, tunggu sebentar."“Maddie…”Ava berangsur-angsur mulai kehilangan kesadaran, tetapi kakinya masih mengikuti Madeline.Setelah kedua laki-laki itu mencuci mata, merekalah yang pertama mengejar Madeline dan Ava. Sementara itu, Esther mengikuti mereka dar
Madeline sama sekali tidak ragu saat berhadapan dengan Esther yang menatapnya begitu dekat. Saat melihat kedua preman itu menaiki tangga, dia tiba-tiba berbalik dan lari.Esther menatap Madeline yang tiba-tiba lari dan berteriak kebingungan, “Dia lari! Tangkap dia dulu! Jangan biarkan dia kabur!”Kedua preman itu tak menyangka situasi akan berubah drastis, tetapi mereka juga menyadari sekarang bahwa Madeline bukanlah wanita yang mudah dihadapi.Esther sangat marah hingga dia mulai mengejar Madeline. Saat melihat sosok Madeline semakin menjauh, darahnya pun mendidih."Eveline, aku tak percaya dua laki-laki besar itu tidak bisa menanganimu!"Esther mengertakkan gigi-giginya dan akhirnya menyadari betapa lalainya dirinya.Madeline baik-baik saja dan tidak terluka, jadi dia harus membiarkan kedua preman itu menanganinya.Dia seharusnya mencari Ava, yang sudah disiksa begitu parah sehingga wanita itu bahkan tidak bisa berjalan sendiri.Esther juga mulai menyadari alasan mengapa Madeline ber
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka