Dalam perjalanan ke kantor polisi tadi, Madeline telah membujuk Jeremy untuk membiarkannya turun dari mobil di tengah jalan.Dia kembali ke sebuah lokasi di dekat rumah Keluarga Mendez untuk mencoba melihat apakah Esther akan keluar lagi. Tak lama kemudian, Madeline berhasil menunggu sampai Esther keluar. Kemudian, dia memanggil taksi untuk mengikuti taksi Esther dari belakang.Dia tak menyangka Esther menyadari kalau dia menguntit wanita itu.Ketika sopir melihat taksi yang dia ikuti berhenti di depannya, dia menoleh dan bertanya kepada Madeline."Miss, apa Anda masih ingin mengikuti mereka?""Tidak usah, terima kasih." Madeline langsung turun dari taksi setelah membayar ongkos.Esther agak terkejut melihat Madeline turun dari taksi, tetapi pada saat yang bersamaan, dia tidak terlalu terkejut."Mrs. Whitman, kenapa kau mengikutiku?” tanya Ester sambil tersenyum.Madeline melangkah maju dan membuka bibirnya lalu tersenyum tipis. “Semua orang boleh menggunakan jalan. Apa kau yang mengas
Di dalam kedai kopi.Madeline dan Esther duduk berhadap-hadapan.Esther mengambil kopi panas yang baru saja disajikan, menyesapnya, dan berbicara lebih dulu."Mrs. Whitman, kau punya tiga anak, ‘kan? Aku dengar putrimu satu-satunya disiksa sampai-sampai dia tidak bisa berbicara oleh seorang wanita anggota geng. Sampai sekarang dia masih bisu. Aku ingin tahu apakah itu benar."Saat Lilly, yang dulu begitu takut pada Lana hingga dia kehilangan keberanian untuk berbicara, tiba-tiba disebut, Madeline merasa sedikit tidak nyaman.Namun, dia masih dengan tenang mengangkat matanya dan membuka bibirnya dengan ringan. "Mrs. Mendez, silakan mengatakan apa pun yang kau inginkan. Kita telah sampai di titik ini, dan beberapa hal telah dipahami tanpa harus mengatakan apa pun. Tidak perlu berbelit-belit.”Esther menarik kedua sudut bibir merahnya menjadi setengah senyum. “Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau maksud saat kau mengucapkan kata-kata itu. Aku hanya ingin tahu apakah putrimu pernah
Setelah mendengar itu, Esther hampir meledak dalam kemarahan."Kau ... Eveline, kau berani menyumpahi putriku?"“Aku tidak menyumpahi dia; aku mengatakan yang sebenarnya." Cahaya tajam perlahan-lahan keluar dari mata Madeline. “Kau lebih tua dari aku, jadi tidak mungkin dirimu tidak memahami hal-hal ini. Sebagai seorang ibu, kau harus menetapkan sikap dan cara pandang yang benar untuk anakmu daripada memanjakannya dan membiarkannya mengambil jalan tanpa ada kesempatan untuk bisa kembali.”“Diam, Eveline! Hentikan ocehanmu!" Esther tidak bisa menahan diri lagi. “Aku tidak butuh kamu buat menceramahiku. Bagaimana aku mendidik putriku tidak ada hubungannya denganmu. Kau harus memikirkan urusanmu sendiri dan ingat ini. Orang yang mendorong Naya hingga terpojok bukan cuma Ava. Kau juga punya andil dalam hal ini!”Esther berbalik lalu pergi setelah meninggalkan kata-kata yang terdengar seperti peringatan.Madeline tidak menunda sedetik pun. Dia segera mengikuti Esther dan diam-diam menelepon
Namun, meskipun demikian, jam tangan pintar yang dikenakan Madeline merekam rutenya dengan lengkap.Jeremy, yang berada di ujung telepon, juga mendengarkan dengan saksama situasi di dalam mobil. Namun, sepertinya tidak ada komunikasi di dalam mobil.Sejauh ini tampaknya cukup aman, tapi Jeremy masih mengkhawatirkan Madeline.Jeremy akan mengejar Madeline sesuai dengan data yang dikirim oleh jam tangan pintar Madeline ketika dia tiba-tiba mendengar Esther berbicara.“Eveline, tempat di mana aku akan membawamu adalah suatu tempat yang sangat pribadi, jadi kau harus mematikan ponselmu sekarang. Lepaskan perhiasan dan jam tanganmu. Tinggalkan semuanya di dalam mobil.”Esther menatap Madeline dengan tatapan licik.“Aku sudah lama mendengar kalau Mr. Whitman sangat mengkhawatirkanmu, jadi dia memasang alat pelacak pada perhiasan yang kau kenakan. Jika kau tidak ingin melepasnya, perjalananmu hari ini hanya akan berakhir di sini.”Madeline mengerti maksud Esther dan melirik jam tangan yang ma
Dengan sisa-sisa kekuatan yang dia punyai, Ava mendorong Madeline menjauh.Madeline hampir kehilangan pijakan, tetapi dia masih memeluk Ava, yang bersikeras kalau dia harus pergi sesegera mungkin.“Jangan takut, Ava. Aku di sini. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi,” janji Madeline sambil memeluk Ava yang gemetaran.Setelah mengenal Ava selama bertahun-tahun, Madeline selalu punya kesan bahwa Ava kuat dan pemberani. Ava tidak pernah takut pada apa pun, tapi sekarang, Madeline bisa merasakan dari tubuh gemetar Ava betapa takutnya dia saat ini.Melihat berbagai luka yang memenuhi tubuh Ava, hati Madeline juga merasakan sakit yang luar biasa.Dia tak bisa membayangkan apa yang telah dilakukan Esther pada Ava dalam waktu sesingkat ini hingga bisa membuat tubuh Ava dipenuhi luka yang begitu parah.Ibu Naya, Esther Bay, bahkan lebih ekstrem dari Naya.Benar saja, hanya orang seperti itu yang akan memiliki anak yang berperilaku sama.Madeline memeluk Ava dengan perasaan lebih
Madeline bisa merasakan betapa sangat pedulinya Ava padanya, tapi karena dia sudah datang ke sini, dia tidak pernah berpikir untuk pergi.“Esther, hentikan leluconmu. Karena kau sudah membawaku ke sini, aku tahu dirimu tidak punya rencana untuk membiarkan salah satu dari kami pergi. Terus terang saja, bilang apa maumu.” Madeline memeluk Ava erat-erat saat menatap Esther yang memandang rendah mereka, tidak dengan sikap patuh maupun arogan.“Hmph.” Esther mencibir. “Eveline, sepertinya kau berani juga. Kalau begitu, aku mau lihat sekuat apa dirimu.”"Tidak!" Ava tiba-tiba berteriak sambil memalingkan wajahnya dan menatap Esther. “Esther, orang yang paling kau benci adalah aku. Orang yang ingin kau habisi juga aku. Eveline tidak punya dendam terhadap Naya. Semua ini antara Naya dan aku. Ini tidak ada hubungannya dengan teman-temanku. Kau bisa melakukan apa saja yang kau mau padaku!”Meski disiksa hingga penuh dengan luka dan memar, Ava sama sekali tidak bergeming apalagi takut.“Esther, b
Kondisi fisik Ava saat ini sedang sangat lemah, namun pendengarannya masih baik-baik saja.Setelah mendengar bisikan Madeline di telinganya, dia sedikit terkejut, tetapi dia juga tahu mereka tidak punya waktu untuk ragu.Dari sudut matanya, dia bisa melihat kedua laki-laki itu perlahan mendekati mereka dengan membawa tali.Madeline juga tahu bahwa saat ini, dia tidak boleh ragu. Kalau sampai dia ragu, mereka akan menanggung akibat yang lebih parah lagi.Ketika melihat dua laki-laki itu akan mengikat dirinya dan Ava dengan tali, Madeline tiba-tiba mengangkat tangannya dan secepat kilat menyemprotkan semprotan merica yang dia pegang ke mata kedua laki-laki itu."Aduh!""Sial!"Kedua laki-laki itu berteriak kesakitan secara bersamaan. Mereka melemparkan tali di tangan mereka ke lantai. Dengan putus asa mereka menyeka mata mereka.Namun, karena mereka menyekanya dengan tangan, mereka malah membiarkan lebih banyak lagi semprotan merica masuk ke mata mereka.Setelah musuh mundur, Madeline pu
Tentu saja, Madeline tidak akan melepaskan Ava. Dia mengabaikan kata-kata Ava. Sebaliknya, dia bertanya dengan prihatin, "Ava, apa kau benar-benar tidak bisa berjalan?"“Ya, aku tidak bisa berjalan lagi. Aku tidak punya energi, dan sekujur tubuhku terasa sakit sekali.” Ava mengerutkan kening, hampir tidak bisa mengangkat kepalanya. “Maddie, dengarkan aku. Kau bisa pergi sekarang. Esther lebih gila dari Naya. Dia benar-benar bisa melakukan apa saja.”“Maka dari itu, semakin tidak mungkin bagiku untuk meninggalkanmu di sini menghadapi bahaya sendirian,” kata Madeline dan dengan seluruh kekuatan yang dia punyai mengangkat Ava. Ketika mendengar langkah-langkah kaki tergesa-gesa di belakangnya, Madeline harus segera mengambil keputusan, "Ava, tunggu sebentar."“Maddie…”Ava berangsur-angsur mulai kehilangan kesadaran, tetapi kakinya masih mengikuti Madeline.Setelah kedua laki-laki itu mencuci mata, merekalah yang pertama mengejar Madeline dan Ava. Sementara itu, Esther mengikuti mereka dar