“Miss Crawford, silahkan Anda diam jika Anda tak tahu bagaimana cara berbicara yang sopan. Tak seorang pun akan menuduh Anda bisu kalau Anda tak bicara. Mr. Whitman dan saya tak melakukan apa pun di luar batas kewajaran. Bahkan jika Anda tak percaya dengan saya, seharusnya Anda percaya dengan tunangan Anda sendiri, bukan?”“Kau…”“Kalau ingatan saya benar, bahkan Miss Crawford sendiri adalah wanita simpanan sebelumnya. Bukankah kata-kata yang keluar dari mulut Anda cukup lucu jadinya?”Meredith tak bisa berkata apa-apa sementara wajahnya semakin kecut. Dia melihat tatapan di sekeliling mereka seketika berubah, dia segera mengubah raut muka dan nada bicaranya seakan-akan dia sudah dizalimi.“Miss Quinn, aku tak tahu dari mana kau mendengar gosip itu, tapi sejak dulu aku sudah bersama Jeremy. Adikku Madeline-lah yang jatuh cinta pada Jeremy dan membuat sebuah muslihat agar bisa tidur dengannya, memaksa Jeremy menikahinya. Kini, Madeline sudah mati, jadi aku tak suka mengungkit-ungkit hal
Plaaak!Tamparan Rose tak hanya tidak menyakiti Madeline sama sekali, tapi Madeline saat ini memegang erat pergelangan tangan Rose.Madeline masih ingat dengan jelas semua tamparan dan pukulan yang dideritanya sebelumnya.Di saat ia mendapatkan kembali penglihatannya, ia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa dirinya tak akan pernah membiarkan siapapun menindasnya lagi!“Kau, lepaskan aku!” Rose berteriak sembari berjuang melepaskan pergelangan tangannya dalam amarah. Namun, Madeline cukup kuat. Berkat kekuatan dari kebenciannya yang telah diberikan padanya, ia bukan lagi si lemah yang bisa ditindas oleh siapa pun!“Madam, tolong jaga mulut Anda! Jika Anda ke sini sebagai pelanggan, saya akan menyilakan Anda datang kapan pun. Namun, jika Anda ke sini untuk membuat masalah, maka silahkan enyah sekarang!” Kedua mata Madeline menusuk tajam saat ia memberi tekanan pada setiap kata, terlihat mendominasi. Kedua mata Rose membelalak untuk beberapa detik, sepertinya syok hingga tak bisa berkat
Meredith segera membawa Rose dan Jon ke vila kecil tempat mereka tinggal saat ini yang diberikan Eloise kepada mereka sebagai ucapan terima kasih karena telah membesarkan Meredith.Rose mengutuk dan menyumpah-nyumpah saat dia menceritakan kembali kejadian itu dengan sangat rinci kepada Meredith.Setelah memahami apa yang terjadi, Meredith sangat curiga, tapi Jon menggelengkan kepalanya.“Wanita itu sudah pasti bukan Madeline. Madeline tak pernah seberani itu!” Rose awalnya juga yakin, tapi dia jadi ragu-ragu sejak keluar dari kantor polisi. “Meredith, kupikir wanita itu cuma mirip dengan pelacur itu. Dia jelas bukan Madeline. Madeline sudah mati selama tiga tahun dan bahkan mayatnya sudah membusuk sekarang. Jeremy sendiri yang membawa kembali abunya, jadi bagaimana dia bisa hidup kembali?!”Bahkan jika benar itu yang terjadi, Meredith masih dipenuhi keraguan. “Mungkinkah ada dua orang yang sangat mirip di dunia ini?”“Mungkin entah bagaimana wanita itu melihat foto Madeline dan berpik
Mendengar Jeremy memanggilnya dengan nama itu menyebabkan sebuah gelombang emosi menghempas Madeline.Ia tak menyangka Jeremy akan bergegas ke sisinya dan memeluknya seperti itu.Madeline mendongak dan melihat tatapan khawatir di wajah Jeremy. Apakah pria ini mengkhawatirkannya?Keraguan sesaat terlihat di kedua mata Madeline saat ia merasakan Jeremy memeluknya erat-erat. Ia bahkan bisa dengan jelas merasakan kehangatan dari dada pria ini.Kehangatan yang dulu selalu ia rindukan, namun hari ini, ia tak lagi mendambakannya.“Terima kasih, Mr. Whitman,” Madeline berkata dengan tenang.Kata-kata Madeline menyadarkan pria itu, membuatnya melonggarkan pelukannya.Madeline merapikan pakaiannya sembari menatap Jeremy dengan penuh arti. “Kalau tidak salah, barusan Anda memanggil saya Maddie? Menurut tunangan Anda, Anda sangat membenci mantan istri Anda. Tidak hanya dia terus-menerus menempel pada Anda, dia bahkan menjebak Anda dan memaksa Anda untuk menikahinya. Jika itu yang terjadi, bukanka
Meredith baru saja meneleponnya beberapa saat yang lalu, dan nada bicaranya cukup agresif. Bagaimana dia terdengar seperti seseorang yang mungkin akan melakukan sesuatu yang bodoh?Namun, ia melihat raut wajah Jeremy menjadi serius. Pria ini sepertinya percaya dengan trik Meredith dan sekarang khawatir dengan keselamatan gadis itu.“Jika Mr. Whitman sibuk, saya bisa turun saja sekarang.”Jeremy menatap Madeline, seperti ragu-ragu. Butuh beberapa saat sampai akhirnya dia menghentikan mobilnya. Madeline turun dari mobil dengan agak tergesa, kemudian melambaikan tangannya pada Jeremy. “Mr. Whitman, sampai jumpa di lain waktu.”Setelah itu,ia berbalik dan pergi. Jeremy tidak langsung pergi dan menatap gadis itu berjalan menjauh lewat kaca spion sembari memutar ulang adegan sebelumnya di kepalanya.Mengapa dia dengan panik merengkuh tubuh Madeline? Jawabannya cukup jelas di hatinya.Baru setelah mendengar mobil Jeremy bergerak, Madeline berhenti untuk melihat ke belakang.Ia segera memang
Madeline menyetop taksi di pinggir jalan sebelum akhirnya bergegas pergi. Saat dia melihat tanda-tanda penunjuk jalan, kata-kata 'April Hill' menyakiti matanya.Tiba-tiba ia merasa kebersihan di hatinya telah tercemar.Sangat kotor.Ketika Jeremy akhirnya sampai di tempat gadis itu tadi berdiri, dia sama sekali tidak melihat Madeline dan hanya melihat sebuah taksi bergerak di sepanjang jalan April Hill di kejauhan. Suasana hatinya kembali karam, tenggelam ke dalam laut di samping April Hill.‘Dia telah pergi.‘Dia telah meninggalkanku tiga tahun lalu.’Dia mengingatkan dirinya lagi, namun dia tak pernah menerima kenyataan itu sejak awal.“Jeremy, ada apa?” Meredith dengan cepat berlari mengejarnya, tak memahami tindakan ataupun ekspresi Jeremy.Jeremy menatapnya sekilas, suaranya terdengar dingin. “Masuk ke mobil.”Meredith buru-buru masuk ke mobil. Pertunjukannya telah selesai, dan dia berencana untuk menguangkannya.“Jeremy, lusa adalah hari ulang tahunku. Aku sebenarnya cukup puas
Ibunya…Bukan, wanita itu adalah ibu Meredith.Madeline menertawakan dirinya sendiri dengan nada mencemooh, benaknya penuh dengan adegan Eloise dan Sean menampar wajahnya demi melindungi Meredith.Ia bahkan masih ingat tendangan terakhir Sean yang menyebabkannya muntah darah.Mereka tak pernah menatapnya hingga ‘akhir hayatnya’.Pegangan Madeline pada gagang pintu sangat kuat, dan di saat itu, Eloise mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Meredith.“Mer, kau bisa keluar sekarang. Aku akan membawamu ke sesi spa nanti, lalu kita bisa berbelanja pakaian. Besok adalah ulang tahunmu, dan Jeremy juga akan melamarmu. Aku akan memastikanmu tampil paling cantik. Aku akan mengubahmu menjadi putri raja yang paling menakjubkan di seluruh dunia. Sayangku, kau akan selalu menjadi putriku yang paling kusayang.”Putri raja? Putri tersayang?Ah.Madeline ingin tertawa mendengar semua itu. Ia tak ingin lagi melanjutkan menguping Eloise.Ia berbalik, namun ia tak melihat kalau salah satu karyawannya seda
Meredith memasang ekspresi malu-malu saat dia menunggu jawaban Jeremy. Suasana hatinya membumbung tinggi. Dia tak pernah menyangka saat semua orang berteriak agar Jeremy melamar, sebuah suara yang tak diinginkan akan terdengar.Senyum Meredith di wajahnya membeku saat dia mengatupkan giginya karena ketidaksenangan. Dia menggumam, “Kenapa dia ada di sini?!”Jeremy segera berbalik ketika mendengar suara itu, dan wajah yang diimpikannya setiap malam memasuki pandangannya. Setelah itu, semua orang juga melihat ke arah di mana suara itu berasal. Seorang wanita muda yang anggun dan cantik memasuki pandangan mereka, namun begitu mereka melihat wajahnya dengan jelas, Eloise dan Sean membelalak karena syok!“Ini… Madeline?! Bagaimana... Bagaimana mungkin?” Wajah Eloise pucat, jelas ketakutan saat dia tanpa sadar mundur selangkah. Jika bukan karena Sean yang dengan sigap menahan tubuhnya, Eloise mungkin sudah pingsan karena syok.Orang mati telah muncul di depan mereka, jadi wajar kalau dia sa