Madeline bisa melihat senyum retak Meredith dari balik kacamata hitamnya.Ia melangkah masuk sembari tetap terlihat tenang dan terkontrol. Ia bisa merasakan tatapan dari semua orang yang dipusatkan padanya.Dulu, ia tak tahu bagaimana memakai riasan atau mempercantik dirinya. Ia bahkan tak tahu bagaimana berjalan setelah memakai sepatu berhak tinggi.Pada saat itu, ia adalah anak itik jelek yang bahkan akan dipandang rendah oleh seorang pengemis.Namun, semuanya sudah berbeda sekarang.Setiap anjing punya harinya masing-masing. Sepuluh tahun kemudian, Madeline Crawford bukanlah dirinya yang dulu.Madeline tersenyum manis sambil duduk di sebuah kursi kosong di belakang Meredith dengan sikap tenang dan penuh kontrol.Sepanjang waktu, mata Jeremy tertuju padanya. Sampai saat inipun, pria itu masih menatapnya.Ketika Meredith menyadari bahwa perhatian Jeremy tertuju pada Madeline, dia mengepalkan tinjunya dengan marah.Jeremy benar-benar bersimpati pada si jalang Madeline itu. Kalau tidak,
Setelah menyebutkan angka itu, semua orang menatapnya dengan wajah syok.Meredith sangat marah hingga nyaris merobek-robek plakatnya menjadi serpihan-serpihan. Apa wanita ini sengaja ingin melawannya?Dia pikir dia siapa? Berani-beraninya melawan Meredith Crawford?!Bagaimana mungkin Meredith membiarkan ini terjadi? Dia mengangkat plakatnya lagi.Semua orang menyangka Meredith akan menambahkan beberapa juta dolar, akan tetapi, dia hanya menambah $500.000.Tepat di saat dia selesai menyebutkan penawarannya, Madeline berkata sambil lalu “$20 juta”.“Wooow…”Semua orang berteriak.Meredith tak bisa lagi menahan ini. Dia berusaha keras menekan kemurkaan di dalam dirinya dan memelototi Madeline. Kemudian dia memaksakan seulas senyum polos dan lembut.“Miss, apakah Anda disewa oleh pihak lain untuk datang ke sini dan dengan sengaja membuat penawaran yang tidak masuk akal? Semua orang tahu bahwa tunangan saya akan membelikan toko ini sebagai hadiah ulang tahun untuk saya. Atau, Anda memang s
‘Terima kasih.’Kata-kata yang Madeline ucapkan dengan sangat lembut menempel di telinganya. Namun, kata-kata itu menghunjam keras ke dalam hati Jeremy.Ketika Jeremy melihat wajah menakjubkan di hadapannya ini, dia merasa seolah-olah telah berubah menjadi patung. Dalam hitungan detik, dia kehilangan semua indra dan kesadarannya.Dia bahkan merasa kalau dia mungkin sedang bermimpi.Wajah cantik di hadapannya sangat menawan.Sangat menyakitkan!‘Maddie!’Dia tak bisa mengontrol dirinya untuk tidak meneriakkan nama itu di dalam hatinya.Hatinya yang tertidur lelap selama tiga tahun terakhir tiba-tiba terbangun.Madeline hanya tersenyum ringan ketika melihat reaksi Jeremy.‘Apakah kau terkejut, Jeremy?‘Mantan istri yang kau benci ternyata belum mati.‘Akan tetapi, aku bukanlah Madeline Crawford yang terlalu mencintaimu hingga menelantarkan harga dirinya, rasa cinta pada diri, dan bahkan dirinya.’“Maafkan saya, Mr. Whitman. Saya masih punya beberapa hal yang yang harus saya urus, jadi sa
Ketika mendengar kata-kata Madeline, wajah Jeremy seketika menjadi dingin.Dia mengatupkan kedua bibir tipisnya kuat-kuat dan tiba-tiba meraih dagu Madeline.Madeline tak menyangka Jeremy melakukan ini. Namun, ia berhasil menghindar dengan cepat. "Mr. Whitman, Anda punya tunangan. Mohon hargai diri Anda sendiri." Ia mengingatkannya.Namun, mata Jeremy sedingin es saat menatap tajam ke arah Madeline. “Kau bilang kau bukan dia, tapi apakah kau punya nyali untuk menunjukkan area dada kirimu padaku?”Dia tak akan pernah melupakan sebuah tahi lalat di dada kiri Madeline. Terlihat sangat mencolok di atas kulitnya yang halus dan lembut.Setelah Jeremy mengatakan itu, wajah Madeline muram.“Mr. Whitman, Anda bercanda, ya? Apa menurut Anda saya akan membiarkan Anda melihat bagian tubuh saya itu? Tolong lepaskan saya.”Jeremy menatap sepasang mata indah di hadapannya. “Apakah kau merasa bersalah? Itukah sebabnya kau tidak mau menunjukkannya padaku? Madeline, kenapa kau belum mati?”‘Kenapa kau t
Setelah Jeremy mendengar perkataan Ken, tangannya membeku saat mencoba membuka dokumen-dokumen yang dia terima. “Kau boleh pergi.”Ken tidak lagi menanyakan apa-apa sebelum akhirnya pergi.Jeremy membalik dokumen-dokumen itu dengan cepat, dan informasi yang ada di sana sangat minim.Vera Quinn berasal dari Negara F. Dia dibesarkan di Negara F dan belum pernah datang ke Glendale sebelumnya. Dia belajar psikologi di universitas dan memiliki banyak minat. Hampir tak ada informasi tentang kehidupan sosialnya.Di situ hanya disebutkan kalau dia punya teman lelaki yang sangat dekat.Kekasihnya.Jeremy merasakan seakan-akan ada duri hatinya. Ketika dia pertama kali bertemu dengan Vera di KFC, dia ingat wanita itu mengenakan cincin di jari manisnya.Apakah dia sudah bertunangan?Jeremy menyalakan sebatang rokok dan asap putih keluar dari kedua bibirnya. Asap itu kemudian mengaburkan ekspresinya.Sambil menatap foto itu, benaknya mulai mengembara.Tak lama kemudian, Jeremy mulai memusatkan perh
Jeremy sekarang sudah terbiasa bertemu dengan Madeline seperti ini. Dia mengangkat alisnya, menatap dalam-dalam ke wajah indah Madeline yang tak bernoda.Dia jelas tidak akan lupa bahwa dulu ada dua bekas luka yang dalam di sisi kanan wajah Madeline. Bekas luka itu tak pernah benar-benar hilang, sampai di hari Madeline menghembuskan nafas terakhirnya. Namun, wajah di depannya ini memiliki senyuman tanpa cela, dan kulitnya benar-benar mulus. Singkatnya, wanita ini sangat menakjubkan. “Miss Vera, takdir kita sepertinya saling berkait,” kata Jeremy dengan nada santai.Madeline menatap pria di hadapannya dan tersenyum dengan gemilang. “Sepertinya Mr. Whitman cukup sadar hari ini. Anda tidak lagi salah mengira saya sebagai mantan istri Anda yang telah tiada.”Jeremy mengerutkan kedua alisnya, terlihat tidak senang. Namun, dia tidak menyuarakannya dan alih-alih terus tersenyum saat berkata, "Aku ingin tahu apakah aku bisa mendapat kehormatan untuk mentraktirmu makan malam?”Madeline menge
Ketika Meredith tiba di tempat itu, dia langsung melihat Jeremy duduk di samping jendela. Bahkan jika hanya melihat punggungnya, Meredith tak akan pernah salah mengira Jeremy sebagai orang lain.Namun, Meredith tidak melihat seorang wanita duduk di hadapan Jeremy. Setelah memikirkannya, dia yakin wanita itu bisa saja pergi ke kamar kecil. Tanpa repot-repot menyapa Jeremy, dia langsung menuju ke kamar kecil.Setelah melihat ke sekelilingnya, dia gagal menemukan siapa pun yang mengenakan pakaian yang sama dengan wanita dalam foto yang tadi dia lihat.Meredith menyumpah-nyumpah dalam hatinya, kemudian merapikan penampilannya dan memasang senyum terbaiknya untuk mendatangi Jeremy. Namun, saat menuju ke sana, dia menyadari bahwa Jeremy juga telah menghilang.Dia bergegas menuruni tangga berjalan namun hanya berhasil melihat mobil sport Jeremy yang berwarna putih melaju kencang di depannya, dan di kursi penumpang depan ada seorang wanita yang duduk di sana.Meredith menggertakkan gigi-giginy
Meredith merasa dirinya dalam masalah, jadi dia sekali lagi menampilkan drama kaki terkilir. Dia mengutus Rose membesar-besarkan kisah cederanya pada Jeremy, ingin mengelabui pria itu agar mengunjunginya di kediaman Keluarga Montgomery.Ruangan itu besar dan indah, didekorasi dengan elegan. Bahkan ruang tempat menyimpan mantel pun dipenuhi berbagai barang mewah.Meredith jelas menikmati semua yang seharusnya menjadi milik Madeline. Dia tidak pernah merasakan sedikitpun penyesalan, dan bahkan kematian Brittany membuatnya sangat bangga dengan betapa teganya dia menanganinya.Hanya wanita yang cerdas dan cakap seperti dia yang pantas mendapatkan kehidupan masyarakat kelas atas.Madeline dan Brittany tidak layak menjadi lawannya. Karena itu, bagaimana mungkin dia bisa kalah dari Vera Quinn—seorang wanita yang muncul entah dari mana?!Sambil bermanja-manja dengan pikirannya sendiri, Meredith mendengar suara langkah kaki Jeremy. Dia segera berbaring di tempat tidur seperti pasien yang lemah