Dia awalnya ingin mencari alasan untuk pergi ke luar, namun ketika sampai di lantai bawah, dia kebetulan melihat Carter dan ibunya, Camille, duduk di ruang makan.Saat melihat Madeline turun, Camille dengan proaktif mengundangnya. "Sini sarapan bersama kami."Carter menambahkan, "Ayo sini. Kebetulan ada yang ingin aku tanyakan padamu juga."Madeline tak punya pilihan lain selain berjalan ke meja makan kemudian duduk.Meskipun tak tahu apa yang sedang terjadi, dia dengan jelas bisa melihat kalau cara Camille menatapnya saat ini berbeda dari sebelumnya.Saat memikirkan itu, dia mendengar Camille berkata."Aku sangat puas dengan hidangan makan malam yang kau buat kemarin. Aku sendiri yang membuat sarapan hari ini, jadi kau harus mencicipinya.""..."‘Dia benar-benar membuatkan sarapan untukku?’Madeline benar-benar terkejut dan menjadi makin yakin tentang seriusnya alergi Camille pada kacang tanah."Makan sarapanmu dulu. Aku akan berdiskusi denganmu setelah kau selesai nanti." Carter meli
Madeline tak punya waktu menjawab pertanyaan Camille. Dia menarik tangan Camille kuat-kuat dan berlari menuju tempat yang ramai."Lari!""Buat apa kita lari?!" Camille selalu menampakkan citra seorang wanita yang mulia dan elegan. Dia tidak pernah melakukan gerakan berlebihan atau menggunakan banyak tenaga. Ketika Madeline tiba-tiba menariknya untuk lari pada saat itu, spontan dia merasa sangat tidak senang."Eveline, kenapa kau menarikku dan menyuruhku lari?!" Camille mencoba melepaskan diri dari pegangan tangan Madeline, tetapi begitu mengatakan itu, dia melihat dua laki-laki berpakaian serba hitam dan memakai masker tiba-tiba menghadang mereka.Kedua laki-laki itu terlihat sangat tidak ramah, dan Camille langsung mengerti mengapa Madeline berusaha menyeretnya pergi."Siapa kalian? Kenapa kalian menghalangi jalan kami?" Camille menanyai dua laki-laki di depan mereka dengan tegas.Kedua laki-laki itu mengabaikan Camille. Setelah saling bertukar pandang, salah satu dari mereka menunjuk
Setelah melewati serangkaian jalan yang tidak dia kenal, Madeline dibawa ke sebuah dermaga yang sudah tidak dipakai.Ada sebuah pondok kecil bobrok di pinggir dermaga itu. Kedua laki-laki itu mengikat tangan Madeline, menguncinya di pondok, lalu pergi.Madeline mencoba melepaskan ikatan tangannya dan berteriak meminta bantuan, tetapi usahanya sia-sia belaka.Seharian telah berlalu dan matahari hampir terbenam saat Madeline mendengar langkah-langkah kaki mendekat dari luar pondok.Beberapa saat kemudian, pintu kayu bobrok di depannya didorong hingga terbuka. Ketika melihat orang-orang yang masuk, dia merasa jauh lebih tenang."Sebenarnya, aku sudah mengira kalau itu kamu." Madeline menatap wanita yang masuk. "Naomi, aku sudah bilang dari awal kalau Jeremy tidak bisa dibohongi. Dia tahu persis siapa istrinya."Melihat betapa santainya Madeline, Naomi menatap wanita itu dengan jijik. Banyak sekali ketidakpuasan di lubuk hatinya yang ingin dia keluarkan. Dia ingin mengamuk pada Madeline, t
Naomi tiba-tiba meningkatkan kekuatan cengkeramannya dan Madeline merasa seperti akan mati lemas saat itu juga.Dia dulu sudah pernah mati sekali, jadi mana mungkin dia bisa membiarkan seseorang menindasnya lagi?Madeline mengangkat kakinya dan tiba-tiba menendang perut Naomi."Aaah!"Naomi lengah. Dia berteriak dan terjerembab ke lantai oleh tendangan Madeline."Uhuk, uhuk, uhuk."Madeline terus menerus terbatuk-batuk. Meskipun merasa tidak nyaman dan dengan tangan terikat, dia melesat kencang ke pintu.Naomi bertindak seolah-olah kerasukan iblis. Wanita itu jadi gila dan hendak membunuh seseorang, tapi Madeline tak bisa membiarkan dirinya cuma duduk di sana menunggu kematian mendatanginya.Dia berlari keluar dari pondok kecil yang bobrok itu dan embusan angin sungai pun masuk, disertai dengan hujan musim dingin yang lembab. Dia bisa merasakan hawa dingin di tulang-tulangnya.Madeline tidak tinggal diam dan terus berlari ke depan.Angin dingin bertiup masuk. Madeline mengenakan masker
Naomi menyunggingkan senyum dingin yang menyeramkan saat menggunakan wajah cantik Madeline. Dia mengerahkan segenap kekuatannya dan mendorong Madeline ke sungai.Ada menonton itu dari jauh, dan tentu saja, dia tidak akan pergi untuk menghentikan mereka.Setelah melihat Naomi mendorong Madeline ke sungai dengan kedua matanya sendiri, seringai puas muncul di bibirnya.Meskipun akan sedikit berlebihan untuk mengatakan bahwa dia telah membunuh seseorang, dia memang menggunakan tangan orang lain untuk menyingkirkan seseorang yang dia benci.Naomi memperhatikan permukaan sungai yang perlahan menjadi tenang kembali. Ketika dia berbalik untuk berjalan kembali ke jalan, Ada sudah tidak terlihat.Madeline sudah mati, dan hatinya pun tenang.Dia berpikir dirinya telah membalaskan dendam Ryan, dan mulai sekarang, dia akan menjadi Eveline Montgomery yang sebenarnya karena dia adalah satu-satunya orang dengan wajah ini sekarang.Di tengah guyuran hujan, Naomi pulang ke Whitman Manor. Setelah memasti
Ketika mendengar itu, tangan Naomi yang memegang kenop pintu membeku.Dia melebarkan matanya dan menatap pintu yang tertutup dengan tak percaya.Karen sengaja membawanya ke kamar ini?Karen sudah tahu siapa dia sebenarnya?Mustahil!Karen sangat bodoh! Selama ini perempuan itu selalu membelanya! Bagaimana dia bisa begitu pintar hingga mengetahui aksinya kali ini?“Mom, apa maksudmu? Aku Eveline.” Naomi sengaja melembutkan nada suaranya dalam usahanya memerankan karakter Eveline.Namun, tawa dingin Karen langsung datang dari sisi lain pintu. "Hentikan sandiwaramu. Apa kau pikir aku masih akan begitu bodohnya hingga tak bisa mengetahui bahwa kau adalah penipu?"“...”Wajah Naomi langsung muram. Dia tak menyangka kalau mereka sudah tahu siapa dia sebenarnya.Dia mengangkat kakinya lalu menendang pintu keras-keras karena marah. "Buka pintunya! Kalau tidak, aku akan menghancurkan semua barang yang ada di kamarmu!”Mendengar itu, Karen benar-benar yakin bahwa perempuan ini bukan Eveline!Kar
Para pelayan bingung.Sementara itu, Naomi senang dengan reaksi mereka. Dia bergegas berlari menuju serambi seolah-olah bagian bawah kakinya dilumuri minyak. Dia tak peduli seberapa deras hujan mengguyurnya saat berlari langsung ke halaman lalu menuju gerbang depan.Namun, sebelum bisa berlari lebih jauh lagi, dia merasakan sesuatu mengenai pergelangan kakinya. Dia refleks berjongkok sambil kesakitan sebelum akhirnya terjerembab ke tanah yang basah.Saat hendak bangun untuk melanjutkan larinya, sosok gagah Jeremy sudah berdiri menjulang tinggi di hadapannya.Jantung Naomi berdegup kencang karena ketakutan. Ketika matanya bertemu dengan mata dalam dan tak berdasar Jeremy, dia sangat bingung.“Bagus, Jack.” Pujian Karen untuk Jackson terdengar dari jauh.Naomi melihat bumerang mainan di dekat kakinya dan menyadari bahwa Jackson-lah yang melemparkan benda ini ke pergelangan kakinya, membuatnya jatuh.Dia menggertakkan gigi-giginya karena marah. Ketika dia berbalik hendak bangun, Jeremy ti
"Apa?"Karen menjadi pucat karena ketakutan saat bergegas ke depan Naomi lalu meraih kerahnya."Apa katamu? Katakan lagi! Apa yang kau lakukan pada Eveline?” Karen bertanya dengan tergesa-gesa.Naomi mengangkat kepalanya dan menatap Jeremy yang ekspresinya berubah drastis. Kemudian, senyum di wajahnya menjadi makin intens lagi.Terus kenapa kalau mereka sudah tahu siapa dia yang sebenarnya?Terus kenapa kalau dia kalah?Dia sudah menang saat mendorong Madeline ke sungai!"Jeremy, kau pasti merasa panik dan kesal sekarang, ‘kan?" Naomi bertanya sambil tersenyum. “Sudah dua jam, jadi tidak mungkin wanita yang kau cintai masih hidup. Saat aku mendorongnya ke sungai, dia tidak sadarkan diri.”"Apa kau benar-benar mendorong Eveline ke sungai?" Karen meraung. "Bagaimana kau bisa begitu jahat?"Karen dengan marah mengangkat tangannya lalu menampar wajah Naomi kuat-kuat.Naomi menjerit kesakitan lalu menoleh dan menatap wajah Karen dengan tatapan jahat.“Heh, kau menamparku? Bahkan meski kau m
Gina, yang berdiri di pintu, melihat adegan itu dan hendak masuk ketika dia dihentikan oleh suaminya.“Jangan membuat lebih banyak masalah lagi. Apa kau benar-benar ingin putramu menjadi bujangan selama sisa hidupnya?”“Siapa bilang aku akan membuat masalah? Aku akan memberi tahu mereka kalau aku sekarang setuju dengan pernikahan ini, oke?”Suaminya terkejut. "Kamu setuju?"Gina hendak menjawab ketika dari sudut matanya, tiba-tiba dia melihat sekilas cahaya di ruangan itu, disusul dengan sorakan dan tepuk tangan dari dalam.Ava melepaskan diri dari pelukan Daniel. Dia terkejut menemukan Madeline dan Jeremy, kedua orangtuanya, dan bahkan Tom dan Maisie perlahan mendekati mereka sambil tersenyum gembira. Ava menatap kosong ke arah Madeline. Kemudian, dia akhirnya mengerti kalau mereka semua telah bekerja sama untuk mengatur ini.Hanya dia dan kedua orangtua Daniel yang tidak diberi tahu.Daniel sama sekali tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Pria itu hanya menggunakan pendekatan
Setelah mendengar ucapan Ava, Gina perlahan berhenti.Dia tak pernah menyangka kalau di hati Ava masih tersimpan rasa hormat padanya.Ini benar-benar mengejutkannya.Namun, sesaat kemudian dia mendengar Madeline membela Ava. “Ava, kau menghormati mereka, tetapi apakah mereka pernah menghormatimu? Rasa hormat itu harus secara timbal balik.”“Tapi Danny akan selalu menjadi putra mereka. Jika Dan dan aku bersikeras untuk menikah, kedua orangtuanya tidak akan bahagia selama sisa hidup mereka,” kata Ava dengan desahan tak berdaya. "Aku benar-benar tidak ingin Dan terjebak di tengah masalah ini."“Tapi Ava…”“Maddie, jangan bujuk aku. Kau seharusnya sudah tahu pasti bahwa ketika kau benar-benar mencintai seseorang, kau tidak harus tinggal bersama orang itu. Selama orang yang kau cintai aman, sehat, dan bahagia, itu sudah cukup, bukan?”Senyum lega tersungging di wajah Ava seolah-olah dia sudah membuat keputusan akhir di dalam hatinya.Madeline ingin membujuk lagi, tapi sepertinya untuk saat
Kedua orangtua Daniel, yang diam-diam mengamati Ava dari kejauhan, berangsur-angsur menjadi semakin gelisah di dalam mobil.“Hmph, berani-beraninya dia bilang kalau dia punya hubungan yang mendalam dengan Dan? Ini sudah lama sekali dan dia masih tidak tahu ke mana Dan pergi,” keluh Gina sambil memutar kedua bola matanya.Ayah Daniel melirik Gina. “Jangan terlalu jahat. Saat ini, yang terpenting adalah menemukan Dan. Ava bukan orang jahat. Pada awalnya, kau tidak menyukai wanita itu karena dia tidak punya orangtua, uang, dan kekuasaan. Sekarang, kedua orangtuanya masih hidup dan sehat, ibunya kaya raya, dan ayahnya adalah seorang dokter spesialis dan profesor. Apa lagi yang membuatmu tidak puas? Apa kau benar-benar ingin putramu tetap melajang sepanjang hidupnya?”Gina tidak senang ketika suaminya mengeluh tentang dirinya.“Bukankah kamu juga awalnya keberatan? Aku akhirnya menyetujui hubungan mereka, tetapi ayahmu menolak untuk setuju untuk menyelamatkan reputasinya. Mengapa sekarang k
Setelah membaca pesan Daniel, Old Master Graham sangat marah hingga sepasang matanya terbuka lebar.'Dia baru saja keluar dari rumah sakit dan dia kabur demi seorang perempuan?’‘Dia bahkan mengatakan bahwa jika dia tidak bisa menikahi perempuan itu, dia tidak akan menikah dengan siapa pun nanti?’Old Master Graham tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi.Namun, ketika memikirkannya lagi, dia masih merasa sedikit gugup.Jika Daniel benar-benar tidak menikah karena ini, bukankah ini akhir dari Keluarga Graham?‘Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi.’Setelah berlari keluar, Ava pergi mencari Daniel di semua tempat yang bisa dia pikirkan. Namun, setelah menghabiskan sepanjang pagi mencari pria itu, dia masih tidak bisa menemukan Daniel.Dia mencoba menelepon Daniel, dan meskipun panggilan itu tersambung, selalu tidak dijawab.Seiring berjalannya waktu, Ava merasa sangat lelah. Dia duduk di sebuah kursi di pinggir jalan dan memperhatikan jalan di mana orang-orang lalu lalang.
"Aku akan pulang sekarang juga!"Gina buru-buru berlari ke parkiran. Tiba-tiba, dia berbalik dan menghentikan Ava, yang akan mengikutinya.“Jangan ikuti aku! Kau tidak diterima di rumah kami.”Terlepas dari peringatan Gina, Ava tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencari Daniel.Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Bagaimana bisa Daniel tiba-tiba memulangkan dirinya sendiri? Pria itu jelas-jelas koma di ranjang rumah sakit dan selama ini tidak sadarkan diri.Dalam perjalanan ke sana, Ava menelepon Daniel, tetapi Daniel tidak menjawab.Ava tidak tahu apakah Daniel membawa ponselnya, tetapi singkatnya, dia tidak bisa menghubungi pria itu.Dia sangat ingin berdiri di depan Daniel sekarang, tapi jalanan yang macet menghambatnya.“Lihat ini dan kau akan tahu apa yang terjadi.” Ayah Daniel terdengar seperti sedang mencela seseorang, lalu pria itu tampak menyerahkan sesuatu kepada Gina.Ava dengan cepat masuk sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Daniel, tetapi begitu dia melangk
Untuk sementara waktu, Ava menatap bangsal yang kosong. Kemudian, dia kembali tersadar dan segera pergi mencari Daniel.Namun, setelah mencari-cari sebentar, Ava tidak bisa menemukan Daniel, dan itu membuatnya merasa sedikit gugup.Pada saat ini, Gina juga masuk.Dia melihat bangsal itu kosong, dan Daniel, yang seharusnya berbaring di ranjang rumah sakit, telah menghilang."Apa yang sedang terjadi? Di mana Dan? Apakah dokter membawa Dan pergi?” Gina menatap Ava dan bertanya dengan ekspresi tidak ramah di wajahnya.Ava sudah terbiasa dengan sikap Gina, jadi dia tidak mau repot-repot berdebat dengan Gina. Sebaliknya, dia menjawab, “Aku juga ingin tahu.”“Bagaimana mungkin kamu tidak tahu? Kau datang sebelum aku.”“Dan sudah tidak ada di bangsal saat aku datang,” kata Ava dan berbalik. "Aku akan pergi ke ruang perawat dan bertanya pada mereka.""Tunggu."Gina meraih tangan Ava, wajahnya gelap.“Ava, dengar aku baik-baik. Dan telah banyak menderita dan beberapa kali terluka karenamu. Karen
Karena berpikir seperti itu, itu menunjukkan bahwa Julie adalah orang yang masuk akal."Lilly." Julie berjalan ke arah Lilian dan berjongkok, menyapanya dengan ramah. “Lilly, aku sangat menyukaimu. Kuharap dirimu bisa berbahagia setiap hari, dan kuharap kau segera bisa bicara.”Lilian adalah anak yang pengertian. Dia menyunggingkan seulas senyum manis dan mengangguk penuh semangat, menunjukkan bahwa dia menerima doa Julie.Julie berdiri dan menghadap Fabian. Saat ini, kekaguman di matanya makin bertambah dan kegigihannya yang sangat kuat sebelumnya telah banyak berkurang.Jika kita menyukai seseorang, kita tidak harus dengan keras kepala memperjuangkannya.Julie tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada Fabian.Fabian juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia membungkuk dan mengangkat Lilian ke dalam gendongannya. Sebelum berbalik, dia memberi Julie senyum ramah.“Miss Charles, kau masih bisa datang kepadaku jika kau membutuhkan bantuanku di masa yang akan datang. Lagi pula, aku
"Ya," kata Fabian terus terang.Julie mengira dirinya akan merasa malu karena hal ini, tetapi dia tak tahu mengapa dia masih merasa sangat santai. Meski begitu, dia tetap merasa sedikit malu.Agar Julie tidak merasa malu, Fabian tersenyum dan berkata, “Aku ingin membantumu keluar dari situasi itu, Miss Charles, tetapi aku tidak mau melewati batas. Aku juga tidak menyangka seseorang mengambil video dan mengunggahnya ke internet. Lilly dan aku telah membuatmu terlibat dalam banyak kesulitan. Aku benar-benar minta maaf mengenai itu.”Selesai mengatakan itu, Fabian mengambil jeda, lalu dengan lembut melirik Lilian."Tapi Miss Charles, yakinlah, tidak akan ada masalah seperti itu lagi di masa yang akan datang."Julie tertegun sejenak ketika mendengar kata-kata itu, dan entah kenapa dia merasakan rasa kehilangan yang kuat muncul dari lubuk hatinya.Dia menatap Fabian dengan curiga, dan tentu saja, kata-kata yang dia dengar selanjutnya membuatnya merasa menyesal."Miss Charles, aku telah mene
Adegan Mr. Martinez membuat keributan dan Fabian akhirnya datang bersama Lilian untuk menyelamatkan situasi direkam dan diposting di internet.Si pengunggah video masih sedikit berhati-hati dan telah menyensor penampakan Lilian, tetapi sosok dan wajah Fabian terlihat jelas di video.Patty sekilas mengenali orang dalam video itu sebagai Fabian.Setelah melihat komentar-komentar di bawah video, Patty semakin cemas."Julie, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta pada seorang ayah tunggal?"Julie mengerutkan kening. “Ya, aku tidak akan menyangkal. Aku memang naksir Mr. Johnson.”"Apa?"“Ck ck ck … Julie, apa kau benar-benar menyukai ayah tunggal itu?” Sorot mata Mrs. Gill sangat halus. “Seseorang telah menggali semua informasi mengenai pemuda itu, dan ternyata dia adalah adik Yorick. Dulu, Yorick menimbulkan segala macam masalah dan melakukan apa pun yang dia inginkan di Negara F. Kakak perempuannya, Lana, juga terkenal di lingkungan pergaulan kami.”"Apa? Dia adik Yorick dan Lana?” Patty bahka