Jeremy yang tiba-tiba serius membuat Madeline merasa gelisah.“Ada apa, Jeremy?”“Ryan pasti sudah bilang soal aku yang bergabung dengan IBCI, ‘kan, Linnie?” Dia bertanya.Madeline mengangguk, sepasang matanya memancarkan sakit di hatinya karena keputusan Jeremy. “Dia menceritakan bagaimana kau menyamar untuk menjebloskan Lana ke penjara.”“Lalu apakah dia bilang padamu apa syarat-syarat yang harus aku penuhi untuk bisa bekerja dengan IBCI?” Tatapan lembut Jeremy jatuh ke wajah mungil Madeline.Ini sesuatu yang Madeline tidak ketahui.Dia menjawab lugas, “Ryan tidak bilang padaku.”“Tentu saja tidak.” Noda cemoohan bernada mencela diri sendiri muncul di fitur-fitur Jeremy yang bagaikan pahatan.“Jeremy?”“Aku baru tahu situasi yang harus aku hadapi saat mereka merekrutku untuk pertama kalinya. Aku takut tidak akan bisa melindungimu atau menjagamu lagi, jadi aku menuntut IBCI menyediakan perlindungan menyeluruh untukmu dan anak-anak. Terutama mengingat bagaimana Lana Johnson pada dasarn
Ryan terkejut dengan kedatangan Madeline yang begitu tiba-tiba. “Apakah sesuatu terjadi, Eveline? Ada yang bisa aku bantu?"Madeline meletakkan surat cerai yang sudah dia susun dan tanda tangani di depan Ryan.“Aku sudah menyusun suratnya, Rye. Kau hanya perlu menandatangani di bagian bawah.” Madeline menyerahkan sebuah bolpoin. “Aku berterima kasih kepada IBCI yang telah mengurus keluarga anggota mereka. Bagaimanapun juga, keluargaku seharusnya Jeremy.”Ekspresi tenang Ryan sesaat membeku."Jeremy sudah mengatakan padaku kalau syarat yang diajukan untuk bergabung dengan organisasi investigasi kriminal internasional ini adalah adalah agar kau melindungiku dan anak-anak."Madeline memperhatikan wajah Ryan untuk melihat apakah ada perubahan ekspresi di sana.“Menikah denganku pasti atas perintah dari atasan, dan sekarang setelah misi selesai, kurasa kita harus mengakhiri hubungan yang dari awal memang tidak pernah ada sama sekali. Terima kasih telah melindungi kami selama setengah tahun
Ekspresi Ava berubah gelap, dan ini pertama kalinya Madeline melihat ekspresi yang begitu ironis, putus asa, dan kesepian pada temannya.Madeline memikirkan kedua orangtuanya dan bagaimana mereka juga telah menyakitinya dengan begitu kejam sebelumnya.Namun, darah lebih kental dari air.Belum lagi Eloise dan Sean benar-benar menyesali perbuatan mereka dan merasa tidak enak dengan tindakan mereka setelahnya. Namun, mereka sekarang…‘Mom dan Dad.’Mata Madeline panas saat memikirkan mendiang kedua orangtuanya.Ava mendongak dan bertemu dengan mata merah Madeline. Dia juga teringat dengan Eloise dan Sean. Dia buru-buru mengubah topik pembicaraan. “Jangan memikirkan hal-hal yang menyedihkan lagi, oke, Maddie?”“Bukankah kau bilang ingin membelikan Ryan hadiah ulang tahun? Ayo pilih sesuatu dari toko merek terkenal itu. Aku juga ingin membeli sesuatu untuk Dan.”Madeline tersentak kembali ke dunia nyata dan menatap Ava dengan tatapan serius. “Tidak ada alasan mengapa ibu mana pun tidak menc
Naya perlahan duduk dan membiarkan pelayan itu memakaikan sepatu.Tak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk Naya, Ava berbalik meninggalkan wanita itu hanya untuk mendapati wanita itu mengejeknya lagi.“Kau mau pergi, Miss? Apakah barang-barang di sini terlalu mahal untuk kau beli? Tidak apa-apa. Daniel dan aku adalah teman masa kecil yang akrab. Aku bisa meminjamimu uang jika kau tidak mampu membelinya sekarang. Jangan terus memakai barang palsu, oke? Bayangkan betapa memalukannya jika seseorang sampai tahu.”Ekspresi Naya adalah salah satu pertunjukan arogansi yang unggul saat dia memamerkan gelang di pergelangan tangannya.Melihat Ava menatapnya, Naya mengangkat pergelangan tangannya. “Cantik, ‘kan, gelang ini? Maksudku, tentu saja, ini cantik. Bagaimanapun juga, ini adalah gelang seharga enam digit. Ini adalah gelang koleksi Miss L.ady edisi terbatas dari dua tahun lalu. Bahkan uang pun tidak bisa membelikan mu satu sekarang.”Ava tersenyum dan memuji saat melihat Naya membual. “Tida
Apa? Ekspresi Naya berubah seperti lampu Natal, dari merah menjadi hijau.Dia menatap Madeline dengan tidak percaya dan akhirnya mengerti mengapa Madeline begitu yakin.Sementara itu, tatapan-tatapan kaget dan kagum mulai jatuh pada Madeline.“Jadi ini desainer papan atas Miss L.ady. Dia sangat cantik, tidak heran desain-desainnya sangat disukai.”“Aku juga membeli beberapa perhiasan merek itu. Mereka memiliki desain yang cukup unik.”“Aku juga membeli banyak dari mereka, sampai mereka mengganti desainernya. Kemudian aku berhenti berlangganan.”Ava bangga dengan sahabatnya ketika mendengar semua komentar itu.Sebaliknya, Madeline mulai merasa malu. "Tahan dirimu, Ava."Ava mengangkat bahu dan menatap Naya dengan putus asa. "Bukan salahku, dia yang memulai."“…” Bibir Naya berkedut. Dia membuka mulutnya hendak memprotes ketika merasa bahwa citranya mulai hancur.“Terus kenapa kalau kau adalah desainer papan atas Miss L.ady? Itu tidak memberimu hak untuk mencemarkan nama baikku! Ayahku
Dia sudah cukup kehilangan harga dirinya gara-gara gelang yang dia kenakan ternyata palsu. Membuatnya tidak bisa menulis cek sekarang hanya akan memperburuk keadaan.Namun, dengan banyaknya uang yang dia habiskan baru-baru ini, dia sudah mencapai batas maksimal ceknya dan tidak bisa membayar perhiasan itu!Melihat semua orang menunggunya untuk menulis cek, Naya semakin malu dan mengeluarkan kartu namanya sebelum melemparkannya ke pelayan toko. “Cari aku di sini besok. Aku tidak membawa buku cekku hari ini!”Dengan wajah memerah, dia memasukkan dompetnya ke tas dan pergi. Naya memelototi Ava dan Madeline saat berjalan melewati mereka. Dia memperingatkan Ava, "Tunggu saja!"Dengan kepergian Naya, Madeline dan Ava langsung merasa lebih rileks.Naya adalah dua orang yang sama sekali berbeda di depan Keluarga Graham dan beberapa saat yang lalu.“Kau harus menjaga Dan baik-baik, Ava. Naya ini sepertinya sulit untuk dihadapi.” Madeline mengingatkan dengan ramah, karena dia bisa tahu dari tind
Bingung, Madeline menatap bintik-bintik merah gelap darah di tisu. Oksigen tiba-tiba terasa langka, dan penglihatannya menjadi gelap. Dia tak bisa melihat apa-apa sama sekali. Di depannya hanya kegelapan tak berujung yang perlahan mencekiknya, mematikan indranya.Jeremy belum pulih. Masih ada racun di tubuhnya.Pria itu berbohong padanya.“Linnie.”Suara Jeremy terdengar dari luar, membuatnya kembali ke dunia nyata.Dia berdiri, tangan dan kakinya terasa dingin. Dia memasukkan gumpalan tisu itu ke dalam sakunya. Menyeka air mata dari sudut matanya, dia memaksakan dirinya untuk tersenyum dan berjalan menuruni tangga.Dia dipertemukan dengan Jeremy yang memakai kaus putih yang telah dipilihnya untuk pria itu. Baju itu tampak sangat pas di tubuh Jeremy.Jeremy berjalan ke arahnya dan melengkungkan kedua sudut bibirnya. "Bagaimana itu? Apa aku terlihat oke?”Madeline menatap dalam-dalam pria di depannya. Senyum tipis di wajah pria itu membawanya kembali ke tahun-tahun yang lalu ketika mere
Di tepi sungai yang sepi berdiri Ryan dalam balutan setelan jas hitam, diam sambil menatap genangan air di depannya. Pria itu memancarkan aura keanggunan.Madeline menyuruh Jeremy menunggu di mobil saat dia mendekati Ryan dari belakang dengan kue di tangannya.“Aku di sini, Rye. Bagaimana kakimu?”Ryan perlahan berbalik.Matahari terbenam bersinar di belakang pria itu. Ada tatapan dingin dan berbahaya di antara kedua alisnya yang tegas yang belum pernah dilihat Madeline sebelumnya. Tetap saja, pria itu memberinya senyum hangat."Selamat ulang tahun." Madeline menyerahkan kue itu. “Aku tak bisa memikirkan hadiah mahal apa yang kau butuhkan dariku, jadi aku membuatkanmu kue sebagai gantinya.”"Terima kasih. Aku akan menikmatinya nanti.” Ryan mengambil kotak kue itu dan menatapnya. “Bisakah kau membukanya dan menyalakan lilin untukku? Aku ingin membuat permintaan.”"Tentu saja." Madeline membuka kotak itu dan mengeluarkan sebatang lilin kecil, menancapkannya ke dalam kue.Dia tidak punya