Mendengar apa yang dikatakan Jeremy, senyum Lana tiba-tiba membeku saat jejak kebingungan mengalir di kedua matanya."Jeremy?"Jeremy melihat perubahan ekspresi bingung Lana dan bibirnya melengkung puas.Tanpa tergesa-gesa dia memasukkan USB flash drive itu ke komputer. Dia membuka semua file di dalamnya dan menyalin semua data yang ada.Lana menghampirinya dengan gelisah. "Jeremy, apa maksudmu dengan itu?"Dia menjawab tanpa memandang wanita itu, "Aku cuma ingin melihat reaksimu.""Reaksiku?"Lana tak mengerti dan terus mendengarkan penjelasan Jeremy. "Hidupku ada di tanganmu, dan kau telah memberiku hal paling penting di organisasimu untuk aku tangani. Sekarang kita berdua tidak bisa bertahan tanpa satu sama lain, ‘kan?"Mendengar jawaban Jeremy, kesedihan Lana seketika berubah menjadi kegembiraan. Senyum malu-malu muncul di wajahnya. "Jeremy, aku tak pernah menyangka dirimu akan membuat lelucon semanis itu. Kau hampir membuatku takut dengan mengatakan itu.""Benarkah?""Ya." Lana me
’Linnie, kuharap aku bisa memelukmu sekarang.’‘Tapi aku mungkin tidak akan pernah lagi mendapatkan kesempatan untuk berdiri di depanmu lagi.’...Setelah meninggalkan Whitman Corporation, Lana merasa sangat mual begitu masuk ke dalam mobil. Dia pergi ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan dari hasil tesnya, dia tak menyangka mengetahui bahwa dirinya hamil.Dia senang sekali. Dia ingin segera menelpon Jeremy untuk memberitahu kabar baik ini, tapi setelah memikirkannya lagi, dia memutar setir dan mengendarai mobilnya ke Whitman Manor.Karen sedang duduk di ruang tamu menjaga si bayi. Jackson duduk di sebelah Pudding, membantu menjaganya. Tiba-tiba, sepasang mata besar Jackson melihat tamu tak diundang.Jackson mengenalnya. Dia meraih sebuah apel di mangkuk buah dan melemparkannya ke Lana dengan wajah serius. "Orang jahat."Lana buru-buru menghindar dan berhasil menangkap apel itu. Dia melempar apel itu ke bawah kakinya, lalu tersenyum menghina. "Apa? Apa Eveline keluar? Itukah
Lana jatuh ke lantai. Karena dia mengenakan rok mini, darah terlihat mengalir dari pahanya."Aduh!" Lana mengernyit kesakitan dan menunjuk Madeline yang sedang menelepon. Dia berkata lantang, "Eveline, kau melakukan ini padaku! Jika sesuatu terjadi pada putraku, aku akan menghancurkan anak-anak harammu! Aduh...!"Madeline berjalan ke arah Lana dengan wajah dingin. Dengan aura bak seorang ratu, dia menatap Lana yang meringkuk di lantai dengan tatapan merendahkan.Dia tiba-tiba mengulurkan tangannya lalu menarik kerah Lana, tatapannya masih tajam. "Jika bukan demi anak yang tidak bersalah ini, aku tidak akan memanggil ambulans untuk orang seperti kamu. Adalah sebuah tragedi buat anak ini dikandung olehmu. Dengan ibu sepertimu, anakmu tidak akan pernah bahagia!""Eveline, kau..."Lana sangat kesakitan dan marah. Dia mencoba melawan tapi tak bisa mengumpulkan kekuatan apa pun.Jeremy ingin bertemu anak-anak dan Madeline untuk terakhir kalinya, jadi dia datang ke Whitman Manor. Namun, dia m
Dia menatap pria yang telah mendorongnya demi membela Lana, dan hatinya terasa seperti diremas kuat-kuat oleh sepasang tangan yang tak terlihat."Mommy!" Jackson berlari ke depan Madeline dengan khawatir, diikuti oleh Lilian.Meski perutnya sakit, Lana masih mampu tersenyum ceria.Karen bergegas menghampiri Jeremy. "Apa yang kau lakukan, Jeremy? Bisa-bisanya kau mendorong Eveline seperti itu?"Sepasang mata sipit Jeremy acuh tak acuh. Dia sekali lagi mendorong Madeline dengan sikap menghina. "Kenapa aku tidak bisa mendorongnya? Dia membuat wanitaku berdarah begitu banyak. Itu hanya dorongan ringan.""Wanitamu? Penyihir ini menggunakanmu untuk membunuh kedua orangtua Eveline dan memisahkan kalian berdua! Bagaimana bisa kau bersama orang seperti ini dan membiarkannya mengandung anakmu?!" Karen tak bisa memahami perubahan sikap Jeremy. "Jeremy, bisa-bisanya kau melakukan ini pada Eveline?""Kenapa tidak?" Wajah putih Jeremy menyeringai. "Dia sudah menikah dengan Ryan. Dia adalah Mrs. Jone
Jeremy tersenyum acuh tak acuh. "Memangnya nama anakmu ada hubungannya denganku?"Dia berkata tanpa ampun sebelum memalingkan wajahnya dengan acuh tak acuh. "Eveline, hiduplah baik-baik dengan suamimu. Berhentilah membayangkan kalau diriku masih memiliki perasaan padamu. Mungkin aku dulu punya sentuhan perasaan padamu, tapi itu semua ada di masa lalu."Jeremy melihat ke kejauhan, air mata terbentuk di kedua pelupuk matanya. Meski begitu, nadanya masih dipenuhi dengan ejekan."Kuharap ini yang terakhir kalinya. Aku benar-benar tidak ingin melihatmu lagi."Dia melemparkan kata-kata dingin itu kepada Madeline dan pergi dengan begitu saja.Dia tak pernah menyangka kata-kata itu suatu hari nanti akan menjadi kenyataan.Ini akan menjadi terakhir kalinya dia melihat Madeline.Madeline berdiri di tempat yang sama, memperhatikan sosok pria di kejauhan itu dalam diam saat semua yang ada di depannya tampak gelap.'Kau dan aku pernah berjanji satu komitmen seumur hidup satu sama lain. Selama berta
Dia mengerucutkan bibirnya dan berkata dengan genit.Jeremy menarik kembali pikirannya dan melihat tatapan penuh harap Lana. Dia berjanji padanya, mengatakan, "Lana, aku berjanji bahwa besok akan menjadi hari yang paling berkesan dalam hidupmu."Setelah menerima tanggapan itu, Lana merasa seolah-olah baru saja melakukan perjalanan bolak-balik ke surga. Hatinya berdebar bahagia. Saat ini, Madeline masih berada di Whitman Manor.Lilian dan Jackson tampaknya dalam suasana hati yang buruk. Madeline bisa menebak kenapa kakak beradik itu sedih. Pasti karena mereka masih tidak bisa menghilangkan ketidakpedulian berdarah dingin yang ditunjukkan Jeremy sebelumnya dari pikiran mereka. Hal yang sama juga terjadi padanya.Tak lama kemudian, Ryan datang ke Whitman Manor.Madeline mengatakan kalau Jackson dan Lilian sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi dia bertanya apakah boleh menghabiskan lebih banyak waktu dengan mereka.Ryan sangat pengertian dan memberi tahu Madeline kalau wanita itu bol
Madeline melihat benda yang diserahkan Ava. Itu adalah foto mereka berdua pada hari kelulusan mereka dari perguruan tinggi.Kedua gadis di foto itu menyunggingkan seulas senyum cantik di wajah segar yang sama. Kebahagiaan yang mereka berdua rasakan hari itu seolah baru terjadi kemarin, tapi dalam sekejap mata, sudah tujuh atau delapan tahun berlalu."Maddie, apa kau menyadari siapa lagi yang ada di foto ini?"Ketika Ava tiba-tiba menanyakan itu, Madeline menunduk dan menemukan sebentuk wajah familier di antara kerumunan manusia di sudut kiri atas foto."Saat aku sedang membereskan semua barangku hari ini, aku menemukan foto ini. Sebelumnya, aku tidak percaya Jeremy benar-benar mencintaimu. Tapi Maddie, aku percaya sekarang."Dari nada bicara Ava, Madeline bisa mendengar kalau gadis itu benar-benar telah melepaskan kebenciannya pada Jeremy.Sebagai sahabat Madeline selama bertahun-tahun, Ava selalu membenci Jeremy.Meskipun Madeline tidak lagi membenci Jeremy atas apa yang pria itu laku
Dia membisikkan nama Madeline, membelai wajah wanita itu di foto, dan terbatuk keras.Dia segera meminum obat penghilang rasa sakit, tetapi masih tak bisa menghentikan rasa darah yang keluar dari kerongkongannya.Jeremy menyeka darah dari bibirnya dengan tisu dan melirik noda darah itu. Warnanya coklat tua dan tidak terlihat seperti darah segar normal.Selain itu, ada rasa sakit yang menusuk di hatinya, dan jari-jarinya gemetar tanpa dia sadari.Begitu racun yang diciptakan Adam memasuki tahap akhir, tidak hanya akan menyiksa tubuh seseorang, tetapi juga akan menguji mental orang tersebut dengan ganas.Jeremy menghabiskan malam di kamar tidur di kantornya.Begitu bangun keesokan harinya, dia menerima telepon dari Lana.Setelah keluar dari rumah sakit, wanita itu dengan tergesa-gesa dan bersemangat memberi tahu Jeremy kalau dia ingin ikut menutup kesepakatan.Sebenarnya, awalnya Jeremy hendak memikirkan alasan untuk membuat Lana hadir juga. Pertunjukan tidak akan bisa berjalan tanpa wa