Dia mengerucutkan bibirnya dan berkata dengan genit.Jeremy menarik kembali pikirannya dan melihat tatapan penuh harap Lana. Dia berjanji padanya, mengatakan, "Lana, aku berjanji bahwa besok akan menjadi hari yang paling berkesan dalam hidupmu."Setelah menerima tanggapan itu, Lana merasa seolah-olah baru saja melakukan perjalanan bolak-balik ke surga. Hatinya berdebar bahagia. Saat ini, Madeline masih berada di Whitman Manor.Lilian dan Jackson tampaknya dalam suasana hati yang buruk. Madeline bisa menebak kenapa kakak beradik itu sedih. Pasti karena mereka masih tidak bisa menghilangkan ketidakpedulian berdarah dingin yang ditunjukkan Jeremy sebelumnya dari pikiran mereka. Hal yang sama juga terjadi padanya.Tak lama kemudian, Ryan datang ke Whitman Manor.Madeline mengatakan kalau Jackson dan Lilian sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi dia bertanya apakah boleh menghabiskan lebih banyak waktu dengan mereka.Ryan sangat pengertian dan memberi tahu Madeline kalau wanita itu bol
Madeline melihat benda yang diserahkan Ava. Itu adalah foto mereka berdua pada hari kelulusan mereka dari perguruan tinggi.Kedua gadis di foto itu menyunggingkan seulas senyum cantik di wajah segar yang sama. Kebahagiaan yang mereka berdua rasakan hari itu seolah baru terjadi kemarin, tapi dalam sekejap mata, sudah tujuh atau delapan tahun berlalu."Maddie, apa kau menyadari siapa lagi yang ada di foto ini?"Ketika Ava tiba-tiba menanyakan itu, Madeline menunduk dan menemukan sebentuk wajah familier di antara kerumunan manusia di sudut kiri atas foto."Saat aku sedang membereskan semua barangku hari ini, aku menemukan foto ini. Sebelumnya, aku tidak percaya Jeremy benar-benar mencintaimu. Tapi Maddie, aku percaya sekarang."Dari nada bicara Ava, Madeline bisa mendengar kalau gadis itu benar-benar telah melepaskan kebenciannya pada Jeremy.Sebagai sahabat Madeline selama bertahun-tahun, Ava selalu membenci Jeremy.Meskipun Madeline tidak lagi membenci Jeremy atas apa yang pria itu laku
Dia membisikkan nama Madeline, membelai wajah wanita itu di foto, dan terbatuk keras.Dia segera meminum obat penghilang rasa sakit, tetapi masih tak bisa menghentikan rasa darah yang keluar dari kerongkongannya.Jeremy menyeka darah dari bibirnya dengan tisu dan melirik noda darah itu. Warnanya coklat tua dan tidak terlihat seperti darah segar normal.Selain itu, ada rasa sakit yang menusuk di hatinya, dan jari-jarinya gemetar tanpa dia sadari.Begitu racun yang diciptakan Adam memasuki tahap akhir, tidak hanya akan menyiksa tubuh seseorang, tetapi juga akan menguji mental orang tersebut dengan ganas.Jeremy menghabiskan malam di kamar tidur di kantornya.Begitu bangun keesokan harinya, dia menerima telepon dari Lana.Setelah keluar dari rumah sakit, wanita itu dengan tergesa-gesa dan bersemangat memberi tahu Jeremy kalau dia ingin ikut menutup kesepakatan.Sebenarnya, awalnya Jeremy hendak memikirkan alasan untuk membuat Lana hadir juga. Pertunjukan tidak akan bisa berjalan tanpa wa
Lana tercengang dan menatap mata dingin Jeremy dengan tatapan kosong. Dia menoleh dengan tiba-tiba untuk melihat ke arah pintu, dan begitu pula pria gemuk itu.Beberapa pria tinggi yang mengenakan setelan jas dan sepatu kulit dengan lencana biru tergantung di leher mereka melangkah masuk dengan mengesankan."Siapa kalian? Siapa yang membiarkan kalian masuk? Tidakkah kalian lihat bahwa ruangan ini sudah dipesan? Cepat keluar!" Lana mengusir mereka dengan perasaan tidak senang, jelas tidak menyadari betapa seriusnya situasi ini. Tentu saja, para pria itu tidak pergi tetapi menatap Lana dengan ekspresi serius. Pemimpin mereka yang mengenakan setelan jas hitam menunjukkan lencananya kepada Lana. "Kami bersama Interpol. Kami memiliki bukti yang membuat kami percaya bahwa kalian melakukan transaksi ilegal. Kalian berhak untuk tetap diam, tetapi apa pun yang kalian katakan dapat digunakan untuk melawan kalian di pengadilan.”"..."'Interpol?!’'International Criminal Police Organization?!'L
"..."Lana hampir pingsan saat mendengar perkataan Jeremy."Tidak! Ini tidak mungkin!"Dia meraung, tak bisa menerima kenyataan bahwa selama ini, dia cuma menjadi pion bagi Jeremy."Tidak, Jeremy. Kau mencintaiku. Aku bahkan mengandung anakmu. Bagaimana mungkin kau tidak mencintaiku?!" Lana menekankan.Namun, Jeremy sama sekali tidak bergeming.Anggota-anggota IBCI bergerak hendak menangkap Lana. Melihat situasi itu membuat wanita itu merogoh pistol dari tasnya."Siapa yang berani menangkapku?!" Dia mengangkat kepalanya dengan angkuh dan menatap Jeremy yang terlihat begitu tenang. Dia perlahan menjadi hancur. "Jeremy, hentikan guyonanmu. Apa kau mencoba memberitahuku kalau kau hanya mata-mata IBCI yang dikirim ke geng Stygian Johnson? Hmph, bagaimana mungkin? Jangan lupa, masih ada racun di dalam tubuhmu. Tanpa aku, kau akan―""Apa kau benar-benar berpikir akan bisa mengendalikanku dengan barang-barang itu?" Jeremy menyela dan bertanya balik. Dia kemudian mengangkat alisnya dan menamba
Mengikuti tatapan Jeremy, Lana berbalik menghadap pintu juga.Wajah yang dia lihat membuatnya mengingat malam ketika Jeremy menghentikannya di pintu masuk pub.Malam itu sendiri, dia sangat takut Jeremy akan kembali mencoba membunuhnya. Cemas, dia berpikir untuk meninggalkan lokasi tapi dihentikan oleh Jeremy. Pria itu minta rokok dan bahkan setuju untuk memesan kamar hotel bersamanya.Dia menikmati malam yang menyenangkan karena berhasil mendapatkan hati orang yang dia sukai.Keesokan harinya ketika harus meninggalkan kamar, tepat ketika membuka pintu, dia melihat seorang laki-laki berperilaku mesum sambil menatapnya dengan tatapan cabul.Saat itu, karena masih berada di langit kesembilan, dia mengabaikan laki-laki itu.Namun, pada saat ini, laki-laki dari hari itu muncul kembali di hadapannya!“Lana, apa kau melihatnya dengan jelas dengan kedua matamu? Ini adalah laki-laki yang membuatmu hamil.”“…”Setelah mendengar penjelasan Jeremy dan melihat laki-laki yang penuh tatapan kebencia
Jeremy menatap sekelompok orang yang pergi itu. Hanya setelah kerumunan bubar dia baru meninggalkan ruangan.Jelas baginya bahwa bahkan jika dia pulih pun, dia tak akan pernah bisa bersama Madeline lagi.Kenangan akan Eloise dan Sean akan selalu memisahkan mereka.Cinta mereka tak akan bisa meruntuhkan tembok tinggi itu dengan mudah.Dia juga tahu bahwa untuk saat ini, tak ada yang bisa menyembuhkan racun yang dibuat oleh Adam. Mungkin Adam sendiri juga tidak memiliki penawarnya.Jeremy sudah lama membuat keputusan.Sendirian, dia berkendara ke Whitman Manor, berharap bisa mengucapkan selamat tinggal terakhirnya.Madeline menemani ketiga anaknya di Whitman Manor. Dia melihat jam, dan sudah hampir waktunya untuk pergi ke bandara mengantar Ava.Pada saat ini, sebuah berita muncul di layar ponselnya.Madeline mengklik berita itu dan melihatnya. Dia melihat beberapa potongan video yang diambil oleh orang-orang yang lewat.Lokasinya berada di sebuah restoran terkenal di pusat kota, dan dala
Karen tiba-tiba mendengar suara Jeremy. Saat berbalik dan menatap putranya, Jeremy sudah seperti angin kencang yang melewatinya dengan kecepatan kilat. Dia tiba di sebelah Lilian.Lilian tersandung dan hampir mendarat di lantai marmer yang keras. Namun, Lilian justru jatuh ke pelukan Jeremy.Gadis kecil itu tercengang. Saat masih dalam keadaan linglung, dia berbalik dan menatap pria yang telah menangkapnya.Mata Jeremy berkilauan dengan kehangatan. Dia patah hati. "Kau tidak apa-apa, Lilian?"Dia bertanya, merasa khawatir sambil menyentuh kepala gadis kecil itu.Dia merasakan sakit yang luar biasa memikirkan kembali saat dirinya mengabaikan anaknya yang jatuh ke lantai di depannya.Lilian menatap Jeremy, tapi tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Tidak ada perubahan dalam ekspresinya dan dia hanya mengedipkan matanya.Jeremy tahu ini karena insiden yang terjadi sebelumnya, yang membuat Lilian memiliki kesan buruk terhadapnya.Di mata gadis kecil itu, tuan tampan di depannya tidak lag