Lana tercengang dan menatap mata dingin Jeremy dengan tatapan kosong. Dia menoleh dengan tiba-tiba untuk melihat ke arah pintu, dan begitu pula pria gemuk itu.Beberapa pria tinggi yang mengenakan setelan jas dan sepatu kulit dengan lencana biru tergantung di leher mereka melangkah masuk dengan mengesankan."Siapa kalian? Siapa yang membiarkan kalian masuk? Tidakkah kalian lihat bahwa ruangan ini sudah dipesan? Cepat keluar!" Lana mengusir mereka dengan perasaan tidak senang, jelas tidak menyadari betapa seriusnya situasi ini. Tentu saja, para pria itu tidak pergi tetapi menatap Lana dengan ekspresi serius. Pemimpin mereka yang mengenakan setelan jas hitam menunjukkan lencananya kepada Lana. "Kami bersama Interpol. Kami memiliki bukti yang membuat kami percaya bahwa kalian melakukan transaksi ilegal. Kalian berhak untuk tetap diam, tetapi apa pun yang kalian katakan dapat digunakan untuk melawan kalian di pengadilan.”"..."'Interpol?!’'International Criminal Police Organization?!'L
"..."Lana hampir pingsan saat mendengar perkataan Jeremy."Tidak! Ini tidak mungkin!"Dia meraung, tak bisa menerima kenyataan bahwa selama ini, dia cuma menjadi pion bagi Jeremy."Tidak, Jeremy. Kau mencintaiku. Aku bahkan mengandung anakmu. Bagaimana mungkin kau tidak mencintaiku?!" Lana menekankan.Namun, Jeremy sama sekali tidak bergeming.Anggota-anggota IBCI bergerak hendak menangkap Lana. Melihat situasi itu membuat wanita itu merogoh pistol dari tasnya."Siapa yang berani menangkapku?!" Dia mengangkat kepalanya dengan angkuh dan menatap Jeremy yang terlihat begitu tenang. Dia perlahan menjadi hancur. "Jeremy, hentikan guyonanmu. Apa kau mencoba memberitahuku kalau kau hanya mata-mata IBCI yang dikirim ke geng Stygian Johnson? Hmph, bagaimana mungkin? Jangan lupa, masih ada racun di dalam tubuhmu. Tanpa aku, kau akan―""Apa kau benar-benar berpikir akan bisa mengendalikanku dengan barang-barang itu?" Jeremy menyela dan bertanya balik. Dia kemudian mengangkat alisnya dan menamba
Mengikuti tatapan Jeremy, Lana berbalik menghadap pintu juga.Wajah yang dia lihat membuatnya mengingat malam ketika Jeremy menghentikannya di pintu masuk pub.Malam itu sendiri, dia sangat takut Jeremy akan kembali mencoba membunuhnya. Cemas, dia berpikir untuk meninggalkan lokasi tapi dihentikan oleh Jeremy. Pria itu minta rokok dan bahkan setuju untuk memesan kamar hotel bersamanya.Dia menikmati malam yang menyenangkan karena berhasil mendapatkan hati orang yang dia sukai.Keesokan harinya ketika harus meninggalkan kamar, tepat ketika membuka pintu, dia melihat seorang laki-laki berperilaku mesum sambil menatapnya dengan tatapan cabul.Saat itu, karena masih berada di langit kesembilan, dia mengabaikan laki-laki itu.Namun, pada saat ini, laki-laki dari hari itu muncul kembali di hadapannya!“Lana, apa kau melihatnya dengan jelas dengan kedua matamu? Ini adalah laki-laki yang membuatmu hamil.”“…”Setelah mendengar penjelasan Jeremy dan melihat laki-laki yang penuh tatapan kebencia
Jeremy menatap sekelompok orang yang pergi itu. Hanya setelah kerumunan bubar dia baru meninggalkan ruangan.Jelas baginya bahwa bahkan jika dia pulih pun, dia tak akan pernah bisa bersama Madeline lagi.Kenangan akan Eloise dan Sean akan selalu memisahkan mereka.Cinta mereka tak akan bisa meruntuhkan tembok tinggi itu dengan mudah.Dia juga tahu bahwa untuk saat ini, tak ada yang bisa menyembuhkan racun yang dibuat oleh Adam. Mungkin Adam sendiri juga tidak memiliki penawarnya.Jeremy sudah lama membuat keputusan.Sendirian, dia berkendara ke Whitman Manor, berharap bisa mengucapkan selamat tinggal terakhirnya.Madeline menemani ketiga anaknya di Whitman Manor. Dia melihat jam, dan sudah hampir waktunya untuk pergi ke bandara mengantar Ava.Pada saat ini, sebuah berita muncul di layar ponselnya.Madeline mengklik berita itu dan melihatnya. Dia melihat beberapa potongan video yang diambil oleh orang-orang yang lewat.Lokasinya berada di sebuah restoran terkenal di pusat kota, dan dala
Karen tiba-tiba mendengar suara Jeremy. Saat berbalik dan menatap putranya, Jeremy sudah seperti angin kencang yang melewatinya dengan kecepatan kilat. Dia tiba di sebelah Lilian.Lilian tersandung dan hampir mendarat di lantai marmer yang keras. Namun, Lilian justru jatuh ke pelukan Jeremy.Gadis kecil itu tercengang. Saat masih dalam keadaan linglung, dia berbalik dan menatap pria yang telah menangkapnya.Mata Jeremy berkilauan dengan kehangatan. Dia patah hati. "Kau tidak apa-apa, Lilian?"Dia bertanya, merasa khawatir sambil menyentuh kepala gadis kecil itu.Dia merasakan sakit yang luar biasa memikirkan kembali saat dirinya mengabaikan anaknya yang jatuh ke lantai di depannya.Lilian menatap Jeremy, tapi tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Tidak ada perubahan dalam ekspresinya dan dia hanya mengedipkan matanya.Jeremy tahu ini karena insiden yang terjadi sebelumnya, yang membuat Lilian memiliki kesan buruk terhadapnya.Di mata gadis kecil itu, tuan tampan di depannya tidak lag
Meskipun tidak senang dengan sikap dingin Jeremy, Karen tidak keberatan dengan permintaan Jeremy untuk menggendong anaknya.Jeremy menggendong bayi itu, dan detik berikutnya, bayi itu menunjukkan senyum cerah padanya. Anak itu mendesah dan mulai mengoceh.Namun, tak lama lagi dia tak akan bisa menyaksikan senyum polos ini lagi.Menurunkan kepalanya, Jeremy memberikan ciuman di wajah mungil bayi itu dan menyerahkan Pudding kembali ke Karen. Dia kemudian menyentuh kepala Jackson dan berkata, "Jack, terus temani Lilian. Saat adik bayimu besar nanti, katakan padanya kalau aku mencintainya dan aku juga mencintai kalian semua."Kemudian, dengan patah hati, dia berbalik."Jeremy, ke mana kau akan pergi kali ini?" Karen mendesak.Jackson langsung mengejar Jeremy. "Daddy, bukankah kau baru saja mengatakan kalau kau akan makan malam bersama kami? Apa kau tidak akan menunggu Mommy pulang?"Langkah Jeremy terhenti. "Aku tidak pantas untuk ibumu tunggu lagi. Jack, mulai sekarang dan seterusnya, pri
Petugas itu menatap Lana, yang tertawa seperti orang gila, dengan tatapan acuh tak acuh.Jeremy mengangkat tangannya untuk memberi isyarat, dan petugas itu pun berbalik lalu meninggalkan ruangan.Di bangsal tahanan, kini hanya Jeremy dan Lana yang ada di sana.Lana tertawa sejenak dan tiba-tiba memasang wajah murung, terlihat agak sedih sambil menatap pria yang tampak acuh tak acuh di depannya."Jeremy, Jeremy, katakan padaku. Semua yang terjadi baru saja bukanlah kenyataan, ‘kan? Bagaimana mungkin? Kita sudah sangat dekat satu sama lain selama ini. Kita selalu bersenang-senang bersama setiap hari. Bagaimana bisa kau memperlakukanku seperti ini?”"Jeremy, katakan padaku, kenapa?"Mendengar tangisannya dan wajahnya yang penuh kesedihan, wanita itu membuat orang-orang yang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya mengasihaninya.Namun, setelah mendengar Lana berbicara, tatapan Jeremy menjadi makin tajam.Dia mengambil langkah lebar dan berhenti di depan Lana. Jari-jarinya yang panjang m
Jeremy beringsut mendekatinya dan melontarkan komentar dingin. “Dalam cangkir kopi yang biasa kau minum setiap pagi, serta segelas susu hangat yang aku berikan kepadamu kemarin, aku telah menambahkan sesuatu yang istimewa di dalamnya.”“…”“Persis seperti yang kau tambahkan ke dalam rokokmu, serta apa pun yang kumakan. Satu-satunya perbedaan adalah aku telah menambahkan dosis yang lebih besar.”"Apa?!" Lana membuka matanya lebar-lebar. "Kau ... bagaimana kau mendapatkan itu?"Jeremy memelototinya. "Apa kau lupa kau menyuruh Adam untuk meresepkan apa kepada Eveline?"“…” Lana mulai cemas setelah mendengar pernyataan itu. “Tidak, itu tidak mungkin! Jika aku benar-benar mengkonsumsinya, kenapa aku tidak mengalami efek samping?!”"Tentu saja tidak karena aku juga mengganti rokokmu."“…” Jawaban Jeremy membuat Lana tercengang.“Mulai sekarang dan seterusnya, jika kau tidak merokok rokok itu, kau akan perlahan-lahan mulai mengalami hal yang sama yang aku alami sebelumnya sampai di hari dirim