"Lana, aku tidak punya saudara perempuan sepertimu!"Fabian menggendong Lilian, berbalik, dan berjalan menuju garasi.Lilian, yang berada di pelukannya, terus memperhatikan Jeremy yang telah mengabaikannya.Sepasang matanya yang besar dan polos berkedip ringan, tetapi perlahan-lahan meredup dan menutup rapat.Jeremy menatap Lilian yang terbawa oleh penglihatan tepinya. Dia yakin Fabian tidak akan menyakiti gadis kecilnya.Dia menggumamkan ribuan permintaan maaf dalam hati, tapi tak bisa menghilangkan rasa sakit di hatinya.Dia adalah putri kecil satu-satunya dirinya dan Madeline, tapi dia bahkan tak bisa membantu putri kecil yang berharga itu berdiri ketika jatuh di depannya.Ayah macam apa dia?Madeline dan Ryan baru saja sampai di Whitman Manor dari kantor polisi. Mereka masih khawatir tentang keberadaan Lilian ketika melihat sebuah mobil sport di parkir di pintu.Dia memfokuskan pandangannya dan melihat Fabian duduk di kursi penumpang dengan seorang anak di pelukannya.“Lilian?”Mad
Madeline ingat rokok yang dia dapatkan dari kotak rokok Jeremy saat itu. Dia mengambil rokok itu untuk menjalankan tes komponen.Namun, terlalu banyak hal terjadi tiba-tiba setelah itu. Kedua orangtuanya meninggal, dan Jeremy yang menyebabkan kematian mereka. Dia telah jatuh ke dalam kekacauan secara tiba-tiba dan benar-benar lupa soal tes itu.Setelah Fabian dan Ryan pergi, Madeline kembali ke kamar untuk menjaga Lilian.Ketika berpikir tentang Lilian yang ingin Jeremy menggendongnya setelah jatuh tetapi hanya melihat ayahnya menutup mata padanya, gadis kecil itu pasti merasa sangat sedih.Meskipun anak itu masih kecil dan belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik, dia masih bisa merasakan bahwa Jeremy tidak menyukainya.Madeline merasa semakin curiga.'Bagaimana seseorang bisa menjadi begitu berdarah dingin? Jawabannya mungkin ada di dalam rokok itu.’Madeline menemani Lilian sepanjang malam dan akhirnya tanpa sadar tertidur.Ketika bangun keesokan harinya, dia melihat Lilian be
Madeline berjalan lurus ke arah Jeremy. Tidak ada orang lain di matanya saat ini.Jeremy tak tahu mengapa Madeline datang menemuinya, tetapi dia tetap merasa senang melihat wanita itu.Hanya saja saat Madeline akhirnya berada di hadapannya, wanita itu mengangkat tangannya dan menampar wajahnya kuat-kuat.Jeremy, dengan wajah berpaling, tampak bingung.Semua orang tercengang. Mereka terdiam untuk beberapa saat bahkan tanpa suara sedikitpun di seluruh penjuru ruang rapat.Setelah menyaksikan adegan itu, Ken juga tertegun selama beberapa detik. Kemudian, dia segera meminta semua orang di ruang rapat untuk pergi sebelum dirinya sendiri juga keluar. Dia menutup pintu di belakangnya.Seketika itu juga, hanya ada Madeline dan Jeremy yang tersisa di ruang rapat.Jeremy mengangkat jari-jarinya yang ramping dan menyentuh pipinya yang tadi kena tampar. Kemudian, dia berdiri dan menatap Madeline yang ekspresinya dingin. Tatapannya juga tajam."Miss Montgomery, aku sudah bilang sebelumnya kalau aku
Sial!Lana langsung marah karena malu. Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya, tetapi begitu dia melakukannya, Madeline menampar wajahnya dengan keras."Argh!"Lana menjerit kesakitan lagi, lalu bagian belakang lehernya sekali lagi dijepit erat oleh Madeline.Dia tidak bisa bergerak sama sekali dan bahkan sama sekali tidak bisa berdiri."Apa yang kalian semua lakukan, cuma bengong saja di sana?! Tarik perempuan ini menjauh dariku!"Lana memberi instruksi pada semua pengawalnya, tapi Fabian tidak memberi mereka kesempatan untuk melakukan perintah Lana. "Tidak ada yang diizinkan menyentuh wanita itu!"Para pengawal yang baru saja akan menindak Madeline seketika berhenti dan Lana menjadi kesal. "Apa kau sudah jadi bodoh, Fabian?! Aku kakak kandungmu. Bagaimana bisa kau membantu perempuan ini?!""Aku sudah bilang sebelumnya, aku tidak punya saudara perempuan sepertimu.""Kau...""Lagi pula, ini adalah dendam di antara kalian berdua para perempuan. Mana bisa kami para laki-laki ini ikut campur
Lana jatuh ke kolam renang dengan suara keras, membuat munculnya lapisan ombak.Dia tahu cara berenang, tapi karena bolak-balik dibenamkan ke dalam air begitu lama oleh Madeline, dia secara tidak sengaja menelan banyak air. Dia juga telah mengeluarkan banyak energi selama berjuang tadi. Dia tidak punya banyak energi lagi untuk berenang sekarang.Ketika mencoba keluar dari kolam, kerahnya ditarik dengan keras oleh Madeline.Sebelum bisa mengatur nafasnya, sekali lagi napasnya ditahan.Dia membuka matanya yang kelilipan air dan melihat cahaya dingin menyembur keluar dari sepasang mata Madeline."Dengar, Lana, kalau hukum tidak bisa menghukummu, aku yang akan melakukannya sendiri! Apa kau benar-benar mengira kalau kau tidak perlu khawatir cuma karena memiliki geng Stygian Johnson yang mendukungmu? Aku kasih tahu sekarang. Selama aku masih hidup bahkan jika hanya sehari saja, aku pasti akan melakukan segala cara untuk mengirimmu ke penjara! Kecuali jika kau membunuhku terlebih dahulu!"Set
Jeremy menatapnya dengan penuh minat. "Apa itu?"Lana melangkah ke samping, menyalakan sebatang rokok, dan mulai merokok. Dia berpikir sejenak sebelum tiba-tiba bertanya pada Jeremy, "Jeremy, apa kau kenal orang dengan pengaruh besar yang diam-diam melindungi Eveline? Selain kedua orangtuanya, tentu saja."Mata Jeremy langsung berubah. "Kenapa kau tanya itu?""Karena..." Lana mengembuskan asap dan melanjutkan, "Karena ada pria misterius di belakang kakakku. Kakakku sepertinya agak takut dengan pria ini. Dia tidak mengizinkanku memprovokasi Eveline karena itu juga yang diinginkan pria misterius itu. Jadi aku penasaran siapa pria ini."Mengetahui situasi ini, Jeremy benar-benar terkejut.Terlepas dari siapa pria misterius ini, dia membantu Madeline.Sepertinya ini bagus.Namun, siapa pria yang mampu membuat Yorick kalang-kabut ini?Sambil merenungkan hal ini, dia tiba-tiba mendengar Lana dengan enggan berkata, "Jeremy, kau juga lihat sikap Yorick barusan. Aku telah melakukan banyak hal u
Hanya saja dia benar-benar tak menyangka seseorang sudah berhasil menyusup ke dalam geng Stygian Johnson dan bahkan mampu membuat Yorick menuruti perintahnya. Terlepas dari pengaruh orang tersebut, dia masih tidak bisa mencabut geng Stygian Johnson, yang menunjukkan betapa kokohnya pondasi geng itu.Setelah meninggalkan kafe, Jeremy pergi ke sekolah tempat Jackson dan Lilian belajar.Dia menunggu sampai jam pelajaran berakhir, tetapi masih tidak melihat dua kakak beradik itu keluar dari gedung.Merasa bingung, dia turun dari mobil dan masuk ke sekolah untuk bertanya kepada guru yang saat ini bertugas di depan.Guru itu mengenali wajah Jeremy dan berbicara dengan sedikit khawatir, "Saya benar-benar minta maaf soal ini, Mr. Whitman. Karena saya tidak menjaga Lilian dengan baik makanya dia mengalami musibah.”"Mrs. Whitman bilang Lilian tidak bisa datang ke sekolah untuk beberapa hari ini. Jackson juga telah memberikan pemberitahuan soal ketidakhadirannya."Setelah mendengar jawaban guru
Faktanya, Jeremy sudah tahu siapa yang datang ketika mendengar langkah-langkah kaki yang akrab.Saat melihat ke belakang, memang benar Madeline yang dia lihat.Inilah wanita yang dia harap bisa dia leburkan dengan darah dan nyawanya.Madeline bahkan tidak melirik Jeremy. Dia berjalan lurus ke arah dua anak itu. Dengan senyum lembut dan penuh kasih di wajahnya, dia menyentuh dua wajah kemerahan yang menggemaskan itu. "Jack, bawa adikmu masuk. Mommy akan membuat kue untuk kalian berdua sebentar lagi."Jackson mengangguk patuh. Dia menggandeng tangan kecil Lilian yang putih dan lembut dengan tangan kecilnya sendiri, melirik Jeremy sebelum berbalik.Setelah melihat kedua anak itu memasuki rumah, senyum di wajah Madeline berangsur-angsur menghilang."Berani-beraninya kau masih datang menemui Lilian?" Madeline mengejeknya dengan sinis. "Kau sudah lihat sekarang, ‘kan? Lilian tidak bisa berbicara lagi. Apa kau puas dengan rencana besar pacarmu?"Jeremy tidak menanggapi kata-kata Madeline. Dia