Aku takut akan menunjukkan tanda-tanda kecurigaan, jadi segera masuk ke kamar.Di tengah malam, Elina dan Rizky sudah tertidur, sementara aku masih berbaring di ranjang dan tidak bisa tidur.Mengingat semua kenangan yang telah aku lalui bersama Elina selama bertahun-tahun, aku tidak berani percaya bahwa semua ini hanyalah tindakan palsu.Setelah hidup bersama begitu lama, Elina tidak pernah mengeluh soal aku pulang sangat malam karena lembur atau pun marah akibat banyaknya acara bisnis yang harus aku hadiri.Di saat merasa lelah, aku selalu berpikir bahwa diriku memiliki seorang istri yang sangat perhatian. Jadi, aku harus bekerja lebih keras agar tidak mengecewakannya.Ternyata semua itu karena Elina tidak pernah mencintaiku.Dia tidak pernah mencintaiku sehingga tidak peduli apakah aku sudah pulang dan dengan siapa aku berbisnis.Dia tidak mencintaiku sehingga sengaja mengabaikan bau alkohol yang menyengat saat aku pulang tengah malam, bahkan juga tidak peduli penampilanku yang lemas
"Aku memang sudah naik jabatan, tapi kenaikan gaji baru berlaku bulan depan," ujarku.Selesai berbicara, aku pun melirik Elina yang sedang menggendong Rizky serta koper yang sudah diletakkan di sebelah kakinya.Aku pun sontak mengerti, inilah trik yang biasanya mereka gunakan.Setiap kali kalau aku tidak setuju dengan hal yang mereka ajukan, Elina akan membawa anak kami pulang ke rumah orang tuanya.Mereka sangat yakin bahwa aku tidak tega meninggalkan Elina dan Rizky, sehingga akan mengalah dan menjemput Elina pulang. Kemudian, aku juga akan menerima segala permintaan mereka yang tidak masuk akal.Seperti dugaan, Janet menghina dan meremehkanku lagi."Soal uang itu, kamu cari solusi lain saja. Kalau kakak membantu adik, itu adalah hal yang sangat wajar! Uang yang sudah diberikan tidak bisa diambil kembali lagi, itu sangat memalukan kalau dibicarakan ke orang lain."Setelah mematikan puntung rokoknya dengan ekspresi tidak senang, Daniel Pratya yang duduk di sebelah pun berkata, "Aku ba
Namun, siapa ayahnya?Elina sepertinya tidak punya banyak teman, dia jarang berkomunikasi dengan teman-teman kuliahnya.Sejauh yang aku ingat, dia bahkan tidak terlalu suka keluar rumah, kecuali sesekali pulang ke rumah orang tuanya.Ding.Suara notifikasi di ponsel membuyarkan pikiranku.Ternyata itu adalah pesan dari Elina. Wajar juga, Keluarga Pratya pasti sudah panik. Dulu, begitu Elina pulang ke rumah orang tuanya, aku pasti akan membawa hadiah untuk mereka dalam waktu dua hari.Kali ini, aku malah tidak memberi kabar apa pun padahal waktu sudah berlalu lima hari.Rumah Keluarga Pratya cukup luas untuk ditinggali oleh Daniel, Janet dan adiknya.Namun, kalau ditambah Elina dan Rizky pulang, rumah itu akan menjadi sedikit sempit. Bagi Daniel dan Janet, putri mereka sudah menjadi milik orang lain setelah menikah.Kalau pulang untuk membantu keluarga, itu adalah hal yang seharusnya dilakukan. Akan tetapi, kalau pulang untuk tinggal dan makan secara gratis, mereka tidak ingin meneriman
Keesokan paginya, aku datang lebih awal untuk menunggu di depan gerbang taman kanak-kanak. Akhirnya, aku melihat seorang wanita yang cukup mirip dengan wanita di foto yang kubawa. Kalau bukan karena gadis kecil yang dia gandeng sangat mirip dengan Rizky, aku bahkan tidak berani memastikannya.Di dalam foto, wanita itu terlihat langsing dan cantik. Akan tetapi, wanita di depanku sekarang ....Bentuk badannya sedikit gemuk dan tidak memperlihatkan kecantikan sebelumnya.Tinggi badannya memang tetap sama, tapi berat badan yang cukup obesitas itu malah membuatnya terlihat lebih gagah.Melihat Lisa mengantar anaknya masuk ke taman kanak-kanak, aku segera berjalan mendekat."Nona Lisa, maaf mengganggu. Aku punya beberapa foto Pak Zafran yang mungkin membuatmu tertarik."Lisa tampak waspada terhadap kemunculanku yang tiba-tiba, tetapi dia juga penasaran dengan apa yang aku katakan.Melihat situasi ini, aku segera memperlihatkan salah satu foto di ponselku.Begitu Lisa melihat foto itu, matany
Tanpa bantuan dari orang bodoh seperti aku, Elina tidak akan ikut campur. Begitu Elvin tidak bisa membayar kembali uangku, pihak pengadilan pasti akan menyita rumah yang terdaftar atas namanya.Akhirnya Daniel dan Janet mulai menyadari betapa seriusnya masalah ini. Mereka langsung datang ke kantorku.Janet bahkan membuat keributan.Dia bertindak seperti seorang wanita kasar dan duduk di lobi kantor, bahkan memarahiku sebagai orang licik serta memaparkan kesalahanku satu per satu.Dia mengatakan bahwa aku tidak pernah peduli pada istri dan anak, tidak menghormati orang tua. Bahkan juga menyalahkanku karena menyebabkan keretakan dalam keluarga adik ipar.Saat itu adalah jam istirahat, jadi banyak karyawan yang berkumpul di depan kantor untuk menonton keributan tersebut.Setelah merasa simpati pada Janet yang menangis dengan pilu, mereka mulai mengkritikku dengan ekspresi menghina."Ternyata dia orang seperti ini""Sungguh tidak kelihatan.""Orang yang begitu kejam terhadap istri dan anak
Aku tidak takut orang lain menertawakanku karena istriku berselingkuh dengan orang lain. Orang yang bersalah bukanlah diriku sendiri, sehingga aku tidak perlu merasa malu pada mereka. Akan tetapi, semua orang sudah membicarakan hal ini, sebaiknya aku menjelaskannya dengan jelas.Sebab itu, aku pun berkata lagi,"Omong-omong, Pak Zafran, tolong segera jemput putramu."Elina terlalu sibuk mengurus dirinya sendiri belakangan ini, jadi dia membiarkan anaknya tinggal di Keluarga Pratya. Tanpa bantuan dari pria bodoh seperti aku, dia sama sekali tidak ingin menghabiskan uangnya untuk Keluarga Pratya.Janet masih belum tahu bahwa Rizky bukan anak kandungku. Jadi, dia selalu meneleponku untuk menjemput Rizky.Tidak mungkin kalau aku tidak memiliki perasaan kasih sayang terhadap Rizky, sebenarnya aku juga merasa sedikit enggan untuk membiarkannya pergi. Akan tetapi, kami berdua ditakdirkan untuk tidak bisa memiliki ikatan ayah dan anak. Sebab itu, selesaikan masalahnya dengan cepat daripada men
Setelah menyerahkan Rizky ke pelukanku, Janet pun berkata,"Anak ini tumbuh besar di depan matamu. Elina benar-benar sangat kejam, dia sama sekali tidak memedulikan anak ini. Rizky sungguh kasihan, setiap harinya menangis dan ingin mencari ayah."Aku melihat anak yang sedang menangis di pelukanku, sekarang seharusnya memanggilnya dengan sebutan Rizky Qinladi. Tanpa disadar, aku mulai menenangkannya.Dalam waktu singkat, anak ini menjadi sangat kurus. Hal itu membuatku merasa iba.Namun, aku bukan orang bodoh yang akan membesarkan anak mereka tanpa alasan.Melihat anak itu sudah digendong olehku, Janet segera berbalik dan hendak berjalan pergi.Melihat situasi itu, Rekan bisnisku, Edy Susanto yang tahu segala hal tentang hubunganku dengan Elina malah segera maju dan menghalangi Janet.Setelah membujuk Rizky, aku mengembalikannya ke pelukan Janet. Kemudian, aku berkata dengan ekspresi acuh tak acuh,"Anak ini tidak ada hubungan darah denganku, jadi aku tidak akan membesarkannya. Tolong j
Akhirnya, aku naik jabatan.Setelah bekerja keras selama bertahun-tahun, aku pun berhasil dipromosikan menjadi supervisor hari ini.Kini, pekerjaan yang rumit dan melelahkan tidak perlu lagi ditangani olehku.Aku pun bisa mempunyai lebih banyak waktu untuk menemani putraku, serta meringankan beban istriku dalam mengurus rumah tangga.Setelah menyelesaikan serah terima pekerjaan sebelumnya, aku bisa pulang lebih awal dari biasanya.Teringat istriku yang menjaga anak di rumah sendirian, senyuman bahagia pun terlukis di sudut bibirku.Sebelum pulang ke rumah, aku sengaja pergi ke toko bunga untuk membeli sebuket bunga kesukaan istriku. Aku ingin berbagi kebahagiaan atas promosiku dengannya.Sesampainya di rumah, aku menyadari bahwa istriku tertidur di tepi ranjang bayi. Wajah istriku penuh dengan keletihan.Sementara itu, anakku duduk di dalam stroller sambil memainkan mainan mobilnya dengan anteng.Aku langsung meletakkan bunga di meja.Aku berjalan menghampiri istriku dan hendak mengulu
Setelah menyerahkan Rizky ke pelukanku, Janet pun berkata,"Anak ini tumbuh besar di depan matamu. Elina benar-benar sangat kejam, dia sama sekali tidak memedulikan anak ini. Rizky sungguh kasihan, setiap harinya menangis dan ingin mencari ayah."Aku melihat anak yang sedang menangis di pelukanku, sekarang seharusnya memanggilnya dengan sebutan Rizky Qinladi. Tanpa disadar, aku mulai menenangkannya.Dalam waktu singkat, anak ini menjadi sangat kurus. Hal itu membuatku merasa iba.Namun, aku bukan orang bodoh yang akan membesarkan anak mereka tanpa alasan.Melihat anak itu sudah digendong olehku, Janet segera berbalik dan hendak berjalan pergi.Melihat situasi itu, Rekan bisnisku, Edy Susanto yang tahu segala hal tentang hubunganku dengan Elina malah segera maju dan menghalangi Janet.Setelah membujuk Rizky, aku mengembalikannya ke pelukan Janet. Kemudian, aku berkata dengan ekspresi acuh tak acuh,"Anak ini tidak ada hubungan darah denganku, jadi aku tidak akan membesarkannya. Tolong j
Aku tidak takut orang lain menertawakanku karena istriku berselingkuh dengan orang lain. Orang yang bersalah bukanlah diriku sendiri, sehingga aku tidak perlu merasa malu pada mereka. Akan tetapi, semua orang sudah membicarakan hal ini, sebaiknya aku menjelaskannya dengan jelas.Sebab itu, aku pun berkata lagi,"Omong-omong, Pak Zafran, tolong segera jemput putramu."Elina terlalu sibuk mengurus dirinya sendiri belakangan ini, jadi dia membiarkan anaknya tinggal di Keluarga Pratya. Tanpa bantuan dari pria bodoh seperti aku, dia sama sekali tidak ingin menghabiskan uangnya untuk Keluarga Pratya.Janet masih belum tahu bahwa Rizky bukan anak kandungku. Jadi, dia selalu meneleponku untuk menjemput Rizky.Tidak mungkin kalau aku tidak memiliki perasaan kasih sayang terhadap Rizky, sebenarnya aku juga merasa sedikit enggan untuk membiarkannya pergi. Akan tetapi, kami berdua ditakdirkan untuk tidak bisa memiliki ikatan ayah dan anak. Sebab itu, selesaikan masalahnya dengan cepat daripada men
Tanpa bantuan dari orang bodoh seperti aku, Elina tidak akan ikut campur. Begitu Elvin tidak bisa membayar kembali uangku, pihak pengadilan pasti akan menyita rumah yang terdaftar atas namanya.Akhirnya Daniel dan Janet mulai menyadari betapa seriusnya masalah ini. Mereka langsung datang ke kantorku.Janet bahkan membuat keributan.Dia bertindak seperti seorang wanita kasar dan duduk di lobi kantor, bahkan memarahiku sebagai orang licik serta memaparkan kesalahanku satu per satu.Dia mengatakan bahwa aku tidak pernah peduli pada istri dan anak, tidak menghormati orang tua. Bahkan juga menyalahkanku karena menyebabkan keretakan dalam keluarga adik ipar.Saat itu adalah jam istirahat, jadi banyak karyawan yang berkumpul di depan kantor untuk menonton keributan tersebut.Setelah merasa simpati pada Janet yang menangis dengan pilu, mereka mulai mengkritikku dengan ekspresi menghina."Ternyata dia orang seperti ini""Sungguh tidak kelihatan.""Orang yang begitu kejam terhadap istri dan anak
Keesokan paginya, aku datang lebih awal untuk menunggu di depan gerbang taman kanak-kanak. Akhirnya, aku melihat seorang wanita yang cukup mirip dengan wanita di foto yang kubawa. Kalau bukan karena gadis kecil yang dia gandeng sangat mirip dengan Rizky, aku bahkan tidak berani memastikannya.Di dalam foto, wanita itu terlihat langsing dan cantik. Akan tetapi, wanita di depanku sekarang ....Bentuk badannya sedikit gemuk dan tidak memperlihatkan kecantikan sebelumnya.Tinggi badannya memang tetap sama, tapi berat badan yang cukup obesitas itu malah membuatnya terlihat lebih gagah.Melihat Lisa mengantar anaknya masuk ke taman kanak-kanak, aku segera berjalan mendekat."Nona Lisa, maaf mengganggu. Aku punya beberapa foto Pak Zafran yang mungkin membuatmu tertarik."Lisa tampak waspada terhadap kemunculanku yang tiba-tiba, tetapi dia juga penasaran dengan apa yang aku katakan.Melihat situasi ini, aku segera memperlihatkan salah satu foto di ponselku.Begitu Lisa melihat foto itu, matany
Namun, siapa ayahnya?Elina sepertinya tidak punya banyak teman, dia jarang berkomunikasi dengan teman-teman kuliahnya.Sejauh yang aku ingat, dia bahkan tidak terlalu suka keluar rumah, kecuali sesekali pulang ke rumah orang tuanya.Ding.Suara notifikasi di ponsel membuyarkan pikiranku.Ternyata itu adalah pesan dari Elina. Wajar juga, Keluarga Pratya pasti sudah panik. Dulu, begitu Elina pulang ke rumah orang tuanya, aku pasti akan membawa hadiah untuk mereka dalam waktu dua hari.Kali ini, aku malah tidak memberi kabar apa pun padahal waktu sudah berlalu lima hari.Rumah Keluarga Pratya cukup luas untuk ditinggali oleh Daniel, Janet dan adiknya.Namun, kalau ditambah Elina dan Rizky pulang, rumah itu akan menjadi sedikit sempit. Bagi Daniel dan Janet, putri mereka sudah menjadi milik orang lain setelah menikah.Kalau pulang untuk membantu keluarga, itu adalah hal yang seharusnya dilakukan. Akan tetapi, kalau pulang untuk tinggal dan makan secara gratis, mereka tidak ingin meneriman
"Aku memang sudah naik jabatan, tapi kenaikan gaji baru berlaku bulan depan," ujarku.Selesai berbicara, aku pun melirik Elina yang sedang menggendong Rizky serta koper yang sudah diletakkan di sebelah kakinya.Aku pun sontak mengerti, inilah trik yang biasanya mereka gunakan.Setiap kali kalau aku tidak setuju dengan hal yang mereka ajukan, Elina akan membawa anak kami pulang ke rumah orang tuanya.Mereka sangat yakin bahwa aku tidak tega meninggalkan Elina dan Rizky, sehingga akan mengalah dan menjemput Elina pulang. Kemudian, aku juga akan menerima segala permintaan mereka yang tidak masuk akal.Seperti dugaan, Janet menghina dan meremehkanku lagi."Soal uang itu, kamu cari solusi lain saja. Kalau kakak membantu adik, itu adalah hal yang sangat wajar! Uang yang sudah diberikan tidak bisa diambil kembali lagi, itu sangat memalukan kalau dibicarakan ke orang lain."Setelah mematikan puntung rokoknya dengan ekspresi tidak senang, Daniel Pratya yang duduk di sebelah pun berkata, "Aku ba
Aku takut akan menunjukkan tanda-tanda kecurigaan, jadi segera masuk ke kamar.Di tengah malam, Elina dan Rizky sudah tertidur, sementara aku masih berbaring di ranjang dan tidak bisa tidur.Mengingat semua kenangan yang telah aku lalui bersama Elina selama bertahun-tahun, aku tidak berani percaya bahwa semua ini hanyalah tindakan palsu.Setelah hidup bersama begitu lama, Elina tidak pernah mengeluh soal aku pulang sangat malam karena lembur atau pun marah akibat banyaknya acara bisnis yang harus aku hadiri.Di saat merasa lelah, aku selalu berpikir bahwa diriku memiliki seorang istri yang sangat perhatian. Jadi, aku harus bekerja lebih keras agar tidak mengecewakannya.Ternyata semua itu karena Elina tidak pernah mencintaiku.Dia tidak pernah mencintaiku sehingga tidak peduli apakah aku sudah pulang dan dengan siapa aku berbisnis.Dia tidak mencintaiku sehingga sengaja mengabaikan bau alkohol yang menyengat saat aku pulang tengah malam, bahkan juga tidak peduli penampilanku yang lemas
Pertama kalinya memanggilku dengan sebutan 'suami' setelah kami bertunangan.Akhirnya aku menabung uang yang cukup banyak, aku berencana membeli rumah di sekitar kantor agar bisa ditinggal setelah menikah.Namun, Elina tidak menyetujuinya. Setelah berdiskusi dengan keluarganya, mereka pun menjelaskan pro dan kontra denganku.Alhasil, aku membeli apartemen bobrok yang sudah ditinggal orang tuanya selama dua puluhan tahun.Begitu mendapatkan uang dari penjualan rumah itu serta mahar yang aku berikan, orang tuanya langsung membeli sebuah apartemen baru yang baru saja dibangun dengan pemandangan menghadap ke sungai.Saat itu, Elina bersandar di pelukanku dan memanggilku suami dengan suara manis.Dia mengatakan bahwa apartemen ini cukup dekat dengan sekolah terbaik, sehingga anak kami bisa mendapatkan pendidikan yang baik di masa depan. Bahkan juga bisa memikirkan dan merencanakan masa depan kami yang cerah.Saat itu, hatiku dipenuhi dengan kebahagiaan. Aku pun sangat menantikan kehidupan d
Akhirnya, aku naik jabatan.Setelah bekerja keras selama bertahun-tahun, aku pun berhasil dipromosikan menjadi supervisor hari ini.Kini, pekerjaan yang rumit dan melelahkan tidak perlu lagi ditangani olehku.Aku pun bisa mempunyai lebih banyak waktu untuk menemani putraku, serta meringankan beban istriku dalam mengurus rumah tangga.Setelah menyelesaikan serah terima pekerjaan sebelumnya, aku bisa pulang lebih awal dari biasanya.Teringat istriku yang menjaga anak di rumah sendirian, senyuman bahagia pun terlukis di sudut bibirku.Sebelum pulang ke rumah, aku sengaja pergi ke toko bunga untuk membeli sebuket bunga kesukaan istriku. Aku ingin berbagi kebahagiaan atas promosiku dengannya.Sesampainya di rumah, aku menyadari bahwa istriku tertidur di tepi ranjang bayi. Wajah istriku penuh dengan keletihan.Sementara itu, anakku duduk di dalam stroller sambil memainkan mainan mobilnya dengan anteng.Aku langsung meletakkan bunga di meja.Aku berjalan menghampiri istriku dan hendak mengulu