Share

Pernikahan di Balik Layar
Pernikahan di Balik Layar
Author: euremius

Sebuah Penawaran

Author: euremius
last update Last Updated: 2023-10-01 09:15:29

"Apapun alasannya aku tidak akan mengambil projek ini.” 

Perempuan bergaun merah padam itu duduh angkuh dengan kaki kanan yang bertumpu di atas kaki kiri menatap dengan percaya diri ke arah sang manajer yang hanya bisa menghela napas lelah.

"Aku tahu kau akan melakukan ini, tapi Rachel," Hera sang manager menghela napas sembari memperlihatkan ponsel pintarnya pada perempuan itu. “Di antara aktor dan aktris di negara ini tidak ada yang mau menjadi temanmu dan publik juga tidak menyukaimu.”

Rachel yang awalnya menatap kukunya yang mengkilap sehabis pulang dari rentetan perawatan mahalnya lantas mendongak dan mengerutkan kening pada sahabat sekaligus managernya itu. "Memangnya mereka penting untuk karirku?”

"Tentu saja, bagaimana kau bisa sukses kalau tidak disukai? Kau ini seorang public figure, Chel."

Kedua perempuan itu saling menatap, dan Rachel memecah kesunyian terlebih dahulu. "Omong kosong," katanya blak-blakan sambil mengalihkan perhatiannya kembali ke arah jemari indahnya. Hera menghela nafas dan bersandar ke kursinya.

"Direktur bilang kalau kau tidak menerima projek ini dia tak ingin kau berada di agensi lagi," tukasnya sembari mencondongkan tubuh ke depan. “Ayolah, projek ini tidak ada bedanya dengan berakting dalam film atau sinetron biasa kan? Bedanya hanya mereka mempoles acara ini agar seperti nyata."

Projek yang dimaksud oleh manajernya adalah acara televisi realitas di mana ia harus menampilkan kehidupan rumah tangga dengan lelaki yang bahkan ia tak kenal, bagaimana acara seperti itu bisa membuat Rachel dicintai publik? Konyol, pikir perempuan cantik bergaun merah itu.

"Aku seperti ini karena aku ingin membantu, aku sahabatmu, masalahnya tidak ada orang yang peduli dan akan mengajakmu dalam projek film mereka karena citramu yang buruk, Chel—” 

"Citra buruk yang dimaksud adalah perempuan percaya diri yang menuntut seorang penguntit di depan umum? Aku hanya melakukan hal yang harus aku lakukan," ketus Rachel jengah.

Hera tidak menyerah, perempuan itu meraih tangan Rachel, "Jika kau masih ingin berakting kau harus melakukan ini, mau tidak mau," desak Hera sambil menatap lurus pada iris cokelat Rachel.

“Ayolah, kau dan Karen seumuran. Kau lihat bukan bagaimana karirnya naik setelah datang ke acara itu?"

Rachel mendengus lelah. Dia menggelengkan kepalanya dan menatap tajam Hera, berusaha menjaga luapan emosinya seminimal mungkin, tetapi gagal total.

“Aku masih ingin bertahan sebagai aktris, tapi apa yang kau ingin aku lakukan? Aku tidak bisa mengubah diriku dalam semalam menjadi gadis lemah lembut palsu yang publik elu-elukan,” ketus Rachel sambil membuang salah satu foto pemotretan majalah di mejanya ke keranjang sampah.

"Aku tidak ingin tampil sebagai wanita polos yang penuh kepalsuan seperti keinginan orang orang."

"Itu sebabnya kau harus mengikuti projek ini, kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri."

"Dan Gideon akan membantumu," sela Hera sambil mengeluarkan ponsel pintar dari saku jasnya. Dia terlihat mengotak-atiknya sembari terus berbicara pada Rachel, "Dia tampan, ramah dan publik menyukainya, hanya saja ia menikah di awal karirnya dan membuat karirnya redup—" Hera menjeda ucapannya sembari berdeham pelan. "Tentu saja dia sudah bercerai, dan ia mengikuti projek ini dengan tujuan yang sama sepertimu."

"Aku mohon padamu untuk memikirkan ini baik-baik, kau tahu bukan produser acara ini memiliki banyak koneksi di dunia perfilman, kau bisa kembali berakting kalau projek ini sukses."

Rachel terdiam, memproses setiap informasi yang diberikan oleh sahabat sekaligus manajernya itu. 

"Bagaimana bisa Gideon disukai publik aku bahkan belum pernah mendengar namanya," ketus Rachel.

"Tentu saja kau tidak tahu. Kau tidak pernah peduli dengan sekitarmu," balas Hera tak kalah ketus.

Benar juga, batin Rachel. Ia hanya peduli dan fokus pada dirinya sendiri selama ini.

“Gideon bahkan tidak pernah menjadi pemeran utama, di film yang ia bintangi,” gumam Rachel setelah mencari informasi terkait lelaki itu. 

“Bagaimana dia bisa membantuku jika dia bahkan tak lebih terkenal dariku? Bukankah seharusnya aku dipasangkan dengan seseorang yang setingkat denganku?”

“Rachel,” ketus Hao sambil mendongak dari ponselnya, “Biar aku jelaskan lagi, Gideon sangat disukai publik sedangkan kau tidak. Jika dia mulai dipasangkan denganmu, orang akan mulai bertanya-tanya dan berspekulasi hal-hal seperti– 'bagaimana bisa mereka berpasangan? Mereka sangat berlawanan?' Mereka akan tertarik untuk menonton projek ini percayalah.”

Rachel mengerutkan kening. "Bagaimana bisa kau begitu percaya diri ini akan berhasil?" Perempuan itu mendesis, “Lagipula, aku–” 

“Jangan membantah lagi," bentak Hera. “Kamu seharusnya berterima kasih padaku karena mencoba membantumu. Kau harus tahu ketika kau berpartisipasi dalam beberapa acara fashion yang diperuntukan untuk dana amal bulan lalu, aku mendengar bahwa banyak orang berpikir kamu datang hanya untuk memamerkan kekayaanmu.”

"Aku tidak peduli salah mereka sendiri berspekulasi," balas Rachel ketus.

Publik itu bermuka dua, apapun yang dilakukannya selalu salah di mata mereka, menyebalkan dan penuh standar ganda. Kalau saja Rachel tidak mencintai dunia akting ia akan berhenti sejak lama.

"Kau mungkin dibesarkan untuk tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain, tapi sebagai public figure untuk bertahan kau perlu mempedulikannya, Chel."

Hera menggelengkan kepalanya pelan menatap Rachel dan ponselnya bergantian sembari berdecak, "terkadang aku bertanya-tanya mengapa aku repot-repot membantumu," sarkas perempuan berambut pendek itu pelan.

Rachel terdiam, perempuan itu menatap Hera sebelum mengembalikan ponselnya tanpa suara. Perempuan bersurai cokelat itu memutar bola matanya jengah sebelum melipat tangannya di depan rusuknya. "Beri tahu aku info lain, aku perlu mencari tahu tentang lelaki bernama Gideon itu, tidak ada hal menarik yang muncul di G****e karena betapa tidak populernya dia.”

Hera mengulas seringai kecil sebelum balas memutar matanya dan menyerahkan ponselnya kepada Rachel. Dia tersenyum miring saat Rachel memeriksa foto-foto Gideon, lalu setelah beberapa detik, dia angkat bicara, “Jadi bagaimana? Kau setuju dan bersedia untuk berpura-pura jatuh cinta dengan Gideon?"

Rachel tidak menjawab, masih sibuk menatap ponsel, menggulirnya untuk melihat foto-foto itu. Sesekali memperbesar tampilan gambar dengan raut serius. "Rachel, kau tidak akan menjawab pertanyaanku?"

Rachel berdecak sembari melepaskan pandangannya dari ponsel, "Ya, terserah padamu, aku bersedia."

Hera mengangkat alis jahil, "Mengapa tiba-tiba berubah pikiran?"

“Dia cukup tampan,” tukas Rachel singkat sambil kembali menyenderkan punggungnya di sofa. 

Perempuan itu memutar surai cokelatnya yang ditata dengan indah dan bergelombang, menatap kemana pun selain ke arah Hera. Sementara perempuan yang lebih tua tertawa, seolah bisa menebak isi pikiran Rachel, “kau hanya peduli pada penampilannya?"

Rachel mendongak dan berkedip ke arah Hera dengan polos, senyum menggoda dan jahat tersungging di bibirnya. "Yang penting aku setuju bukan?"

Perempuan itu menaikkan sebelah kakinya, menatap lurus ke arah jendela. "Kita lihat sebaik apa lelaki bernama Gideon itu sampai Hera memaksaku seperti ini."

Related chapters

  • Pernikahan di Balik Layar   Lelaki Menyebalkan

    “Kau kelihatan ekstra hari ini? Ada acara fashion week lagi?”Rachel memutar bola matanya malas sebelum membenamkan wajahnya ke lipatan tangan."Jangan ajak aku bicara." Seperti yang perempuan itu harapkan, tidak ada balasan yang datang. Rachel mengangkat kepalanya dan menatap ke sekeliling rupanya wanita yang merupakan staff di perusahaan itu sudah tidak ada di hadapannya. Perempuan itu menghela napas sembari meluruskan punggungnya.Rachel bangkit dari kursinya setelah beberapa saat, berjalan menuju meja rias yang terletak tepat di samping setumpuk pakaian di ruang kerjanya, waktu sudah berlalu entah berapa jam semenjak dia mengunyah tekanan mental untuk memilih pakaian yang tepat. teleponnya sudah mulai berdering sejak tadi. Perempuan itu menatap tubuhnya yang dibalut gaun biru bermanik yang tampak terlalu panjang dari yang ia suka, menghela napas lelah sebelum meraih telepon yang tidak mau diam sejak tadi."Halo?"Rachel berjalan menuju ke arah jendela yang menunjukkan pemandangan

    Last Updated : 2023-10-06
  • Pernikahan di Balik Layar   Permintaan

    "Jadi bagaimana kencannya? Tak seburuk yang kau pikirkan bukan?"Hera menyimpan secangkir kopi di depan meja yang membatasi dua perempuan yang tengah berbincang itu, Rachel dengan cepat meraih cangkir itu dan meminumnya sedikit, mencoba melarikan diri dari pertanyaan sembari mengingat kembali apa yang terjadi kemarin malam. Perempuan bersurai cokelat itu meringis. "Entahlah aku tidak tahu, aku tak ingin membicarakan itu saat ini."Perempuan itu memalingkan wajahnya dari Hera, memilih tenggelam dalam lamunan sembari melihat ke arah televisi yang menayangkan program fashion kesayangannya dimana asisten penata gaya tengah membantu model memasang pernak pernik gaun merah terang yang terbuka di belakang punggungnya, "kupikir ini bukan ide yang bagus—""Aku sudah melihat foto yang dirilis wartawan, itu menjadi topik hangat di internet."Rachel menahan napas sembari memutar bola matanya, oh tentu saja. Netizen akan menelan apapun bulat-bulat, perempuan itu bahkan tidak ingin peduli dengan r

    Last Updated : 2023-10-09
  • Pernikahan di Balik Layar   Perasaan Terbantu

    "Jadi bagaimana dengan kencanmu kemarin?"Rachel mendelik ke arah Hera ketus, hampir saja make up artist yang sedang mendandaninya salah mencoret eyeliner-nya melebar ke samping kalau ia tak memiliki refleks yang bagus. Jangan salahkan ia soal ini, salahkan saja Rachel yang bertanya padanya tanpa tedeng aling-aling."Apakah kau tidak memiliki pertanyaan lain untuk ditanyakan padaku selain tentang Gideon?" ketus perempuan itu, kembali duduk tenang menyelesaikan riasannya untuk pemotretan majalah sementara Hera hanya terkikik di sampingnya."Well, tidak ada hal yang seru untuk ditanyakan padamu selain soal Gideon," godanya sembari menarik turunkan alis."Lagipula entah sudah berapa abad aku tidak melihatmu berkencan," lanjut manajernya itu hiperbolis.Rachel baru saja akan mengelak dan berteriak 'kami tidak berkencan, ini hanya pura-pura' kalau saja ia tidak ingat kalau ia berada di tempat pemotretan dan ada banyak kru dari majalah yang ia tidak kenal. Ia tidak bisa menghancurkan karirn

    Last Updated : 2023-10-10
  • Pernikahan di Balik Layar   Tak Disangka

    Rachel menatap layar komputernya sembari mengusap dahinya yang berkerut tak nyaman sementara Hera menyikunya dari samping, membuyarkan lamunannya."Apa yang kau pikirkan? Kerutanmu akan semakin dalam kalau kau terus memasang raut jelek seperti itu.""Diam." Rachel menyandarkan punggungnya pada kursi sembari mengembuskan napas."Kenapa kau masih di sini? Bukankah kau akan bertemu dengan Gideon?" tanya Hera santai sembari meminum kopinya, Rachel melirik perempuan itu melalui ekor matanya."Janjinya rabu depan, aku tak ingin terlalu sering bertemu dengannya.""Bukankah itu terlalu lama?" tanya Hera lagi."Tidak. Aku tidak ingin kami terlihat seperti pasangan yang terlalu clingy karena setiap hari bertemu," keluh Rachel sembari merebut kopi dingin dari tangan Hera dan meminumnya, seharusnya ia juga membelinya sebelum datang ke kantor tadi."Memangnya kenapa kalau terlihat clingy? Bukankah itu bagus?" seru Hera jahil sembari merebut kembali kopinya yang sudah hampir habis, Rachel merengut.

    Last Updated : 2023-10-11
  • Pernikahan di Balik Layar   Tak Seburuk Itu

    "Kalian saling mengenal?" Rachel tersadar dari keterkejutannya ketika Gideon menginterupsi ia dan Angie yang terlihat sama-sama kebingungungan dengan pertanyaan lelaki itu."Ya, begitulah ceritanya panjang," tukas Rachel pendek sementara Angie tidak mengucapkan apa-apa, ia terlihat berinteraksi dengan Luna.Mereka terlihat akrab, pikir Rachel. Dalam benaknya ia menebak apa hubungan Angie dengan Gideon? Apakah ia mantan istri Gideon? Seingatnya mantan istri lelaki itu aktris juga? Berarti bukan, lantas di mana mereka saling mengenal dan bagaimana bisa ia bertemu dengan perempuan itu sekarang dalam situasi seperti ini? Dunia memang sempit."Luna, main sama tante Angienya nanti lagi ya? Hari ini kita pergi sama tante Rachel dulu, Luna mau kan?" Lamunan Rachel terhenti ketika tatapan anak perempuan kecil itu terarah padanya, ia tersenyum kaku sembari merendahkan tubuhnya untuk menyapa anak itu. Tak seburuk dugannya Luna balas tersenyum dan mengangguk."Pinter, ya udah pamit dulu sama ta

    Last Updated : 2023-11-05
  • Pernikahan di Balik Layar   Tidak Baik

    Rachel menjauhkan ponselnya ketika mendengar teriakan Hera, manajer sekaligus sahabatnya itu lantas berujar maaf."Dia tidak melakukan apa-apa padamu kan?""Atau jangan-jangan dia merencanakan sesuatu yang buruk lagi?"Rachel menggelengkan kepalanya, meskipun ia tahu Hera tak bisa melihatnya di seberang sana. Perempuan itu mengembuskan napas lelah."Kurasa tidak, lagi pula kita sudah tidak bertemu selama lebih dari lima tahun ... pertemuan kami kemarin pun hanya kebetulan saja," tukas Rachel pelan yang lantas disetujui oleh manajernya."Benar juga, tapi aku tidak menyangka kalau Gideon mengenal Angie," gumam Hera pelan."Kau yang mengenalkanku padanya kenapa kau tidak mengetahui dengan siapa ia berteman?""Hei, aku tidak sebegitu dalam memperhatikannya Chel ..."Rachel terdiam, sebenarnya ia juga mempertanyakan bagaimana Angie dan Gideon bisa saling mengenal? Dan sedang apa perempuan itu di playgroup? Menjemput anaknya? Setahunya Angie juga belum menikah, atau mungkin sudah tanpa sepe

    Last Updated : 2023-11-09
  • Pernikahan di Balik Layar   Pernyataan

    Gideon memutuskan untuk secara pribadi menemui Rachel untuk membahas terkait pemotretan sekaligus jadwal promosi pertama mereka. Sebenarnya ini sudah pertemuan ketiga mereka yang terkait pekerjaan tapi tidak seperti pekerjaan karena mereka bertemu tanpa diantar oleh manajer mereka masing-masing —tapi sejujurnya Gideon masih belum tahu apa-apa tentang perempuan itu, begitupun sebaliknya. Beberapa detik sebelum lelaki itu menghubungi nomor Rachel, ia melihat kalau perempuan itu sudah menelepon lebih dahulu. Ia menjawabnya pada dering kedua.Dua aktor itu memutuskan untuk pergi ke kafe yang tidak terlalu strategis lokasinya untuk menghindari keramaian, meskipun publik sudah mengetahui tentang hubungan mereka ia masih menginginkan privasinya terjaga. Gideon sedang duduk di bangku terdekat dari tempat parkir ketika ia mengirim pesan pada Rachel kalau dia pergi ke tempat pertemuan lebih dulu. Sekarang sudah jam dua siang, seharusnya Rachel akan segera sampai beberapa menit lagi menurut per

    Last Updated : 2023-11-11
  • Pernikahan di Balik Layar   Khawatir

    Pertemuan terkait projek pertama sebelum acara televisi itu dimulai ternyata hanya dihadiri oleh Rachel hari itu. Gideon absen dengan alasan yang Rachel tidak ketahui, perempuan itu tidak berpikir terlalu panjang karena ia bisa menanyakannya nanti atau mungkin Hera lebih tahu tentang itu mengingat manajernya selalu tahu dengan gosip-gosip selebritas."Semenjak menandatangi kontrak kenapa jarang menghubungiku, apa kau sudah melupakanku?" Rachel mengalihkan perhatiannya pada pria berkaca mata yang duduk di meja kerjanya, tak lain dan tak bukan adalah direktur agensinya."menghindariku termasuk resumemu untuk bersiap-siap dalam acara realitas itu?” tanyanya lagi."Tidak ada yang perlu aku ucapkan mengingat Hera pasti memberitahumu semuanya pak tua, lagipula bukannya kau sempat mengancam akan menendangku dari agensi kalau aku tidak mengikuti acara ini,” sinis Rachel yang mengundang tawa sang direktur."Ayolah, Chel. Kau tahu kalau kau satu-satunya yang bisa aku harapkan."Ya, Rachel tahu

    Last Updated : 2023-11-15

Latest chapter

  • Pernikahan di Balik Layar   Insiden

    Gideon, yang masih terkejut dan terpaku pada kenyataan bahwa sepupunya mengenal Rachel, menghindari pertanyaan itu. “Kau mengenal pacarku?”“Tentu saja tidak, duh. Tapi kami masuk universitas yang sama, dia satu tahun di atasku. Aku tidak mengenalnya secara pribadi tetapi aku melihatnya di kampus dan di pesta-pesta. Dia sangat populer. Banyak orang yang tertarik padanya, termasuk aku. Bahkan ketika dia belum menjadi seorang aktris. Tak kusangka kau akan berkencan dengannya.”Ekspresi tidak senang pasti terpancar di wajahnya, karena sepupunya itu cepat membela diri. Rafi mengangkat kedua tangannya seolah mencoba menenangkannya, dan tertawa terbahak-bahak."Jangan khawatir! Semua orang naksir dia, oke? dan itu dulu. Ia adalah orang terpintar di Fakultasnya. Ia juga merupakan kapten tim Cheerleaders. Bukankah itu sangat diminati? Tapi aku rasa Kau sudah mengetahui semua ini.”Gideon tentu saja tidak mengetahui semua ini. Perasaan resah menguasainya saat Gideon menyadari bahwa dia tidak t

  • Pernikahan di Balik Layar   Reaksi Keluarga

    Ketika dia yakin keponakan Gideon sedang sibuk dan anak Gideon—Luna masih fokus pada kartu mainannya, Rachel menggunakan kesempatan ini dan menoleh ke Gideon di sofa sambil berbisik dengan marah, “Hei! Kau menyuruhku untuk berpura-pura kalau aku sangat mencintaimu, tapi kau bahkan tidak berpura-pura kalau kau sangat mencintaiku!Gideon mengangkat alisnya, “Apa maksudmu?! Aku memegang tanganmu tadi!” Lelaki yang lebih muda mendesis membela diri.“Lalu perkenalan membosankan apa tadi? Sebenarnya kau ini ingin aku ada di sini atau tidak?”Gideon melirik ke sekeliling ruangan untuk memastikan tidak ada yang bisa mendengarnya dan berbaring ke bantal sofa, seolah menyembunyikan dirinya. “Aku tidak bisa memaksakan diri untuk bersikap mesra. Kupikir aku bisa melakukannya, tapi itu sangat memalukan di depan keluargaku sendiri!”Rachel benar-benar tidak bisa mempercayai lelaki itu. “Hei, berusahalah lebih keras, kau kan aktor!” gertak perempuan itu, “Aku tidak bisa terlihat seperti orang yang l

  • Pernikahan di Balik Layar   Diperkenalkan

    Gideon menuntun mereka menyusuri lorong yang menghubungkan pintu masuk ke area utama rumah tempat pesta diadakan. Ujung lorong terbuka ke dapur, yang terhubung dengan ruang makan dan ruang tamu.Saat mereka mendekati ujung lorong, Rachel mendengar banyak suara yang semakin keras hingga mereka akhirnya memasuki dapur untuk menunjukkan kedatangan mereka yang sangat dinantikan. "Kami tidak terlambat kan?" Gideon menyapa dengan santai. Dan saat mendengar suara Gideon, semua mata di ruangan itu langsung tertuju padanya, disertai senyuman cerah dan seringai jenaka.“Gideon! akhirnya, kau di sini!” Seorang wanita yang lebih tua bergegas menyambut mereka terlebih dahulu, yang Rachel asumsikan adalah ibu Gideon. Gideon melepaskan genggamannya di tangan Rachel untuk memeluk dan mencium pipi ibunya. Setelah dia menarik diri, dia mengalihkan kembali perhatiannya ke arah Rachel. "Dan ini adalah ..." lelaki itu memberinya senyuman penuh pengertian, matanya berbinar. Rachel memperhatikan mata ibu Gi

  • Pernikahan di Balik Layar   Tangan Berkeringat

    Gideon datang menjemput Rachel pada Sabtu pagi. Hari di mana pesta ulang tahun keponakan Gideon yang diadakan di rumah kakak perempuannya yang terletak di luar kota tapi tak terlalu jauh, sekitar setengah jam perjalanan dari tempat tinggal mereka. Ketika Rachel memasuki mobil Gideon, lelaki yang lebih muda melihat buket bunga yang ada di tangan Rachel dengan raut bingung penuh rasa ingin tahu.“Itu untuk ibumu. Jangan salah paham.”Rachel menatap kembali ke jalan raya, dan dia sadar bahwa dia tidak tahu persis siapa yang dia temui. Apakah hanya keluarga dekat Gideon saja? Atau sepupunya juga? Seberapa besar keluarganya? “Ngomong-ngomong, kau bilang keluargamu ingin bertemu denganku, tapi siapa yang bilang sebenarnya? Siapa saja yang akan hadir di pesta itu?” tanya Rachel pelan.Gideon melirik sebentar ke sampingnya dan seringai kecil mulai terbentuk di bibirnya, “Kenapa? Kau merasa gugup? Kau tidak bisa mundur sekarang.”“Bisakah kau diam dan jawab saja pertanyaannya.”“Oke maaf, tent

  • Pernikahan di Balik Layar   Hadiah

    Rachel menapaki perjalanan kembali ke perusahaan setelah makan siang yang sama sekali tidak memenuhi asupan energi hariannya melainkan dipenuhi gangguan Gideon seperti sebelumnya. “Berapa umur keponakanmu? Bukankah seharusnya kita membelikannya hadiah?”“Ayi berusia enam tahun. Biar aku saja yang akan membeli sesuatu untuknya dan mencantumkan nama kita berdua di sana.” Gideon menekan tombol di penyeberangan, simbol tangan merah masih menyala."Apa? Tidak mungkin, Aku yakin kau akan memilih hadiah yang membosankan seperti buku tulis atau semacamnya. Biar aku saja membelinya, aku cukup pintar memilih hadiah untuk Luna kan?” sungut Rachel sembari mengerutkan kening.Gideon menyipitkan matanya ke arahnya. “Tidak, kau bahkan tidak mengenal Ayi. Aku yang akan membelinya."“Jika namaku akan tercantum di sana, lebih baik itu menjadi hadiah terbaik di pesta. Pokoknya aku yang harus membelinya.”“Hei! Aku pamannya! Kenapa jadi kau yang harus membelinya?!”“Hei tuan kalau kau lupa, aku pacar (pa

  • Pernikahan di Balik Layar   Ajakan

    Pagi-pagi sekali Rachel Harus terbangun karena suara lengkingan dering ponsel yang mengganggu tidur pulasnya, ia bahkan baru saja tidur setelah overthinking semalaman. Perempuan itu menghela napas sembari meraba-raba nakas, menempelkan ponsel ke telinganya tanpa melihat dulu siapa penelepon yang berani mengganggu tidurnya, matanya bahkan masih tertutup."Aku akan membelikanmu makan siang, sebagai permintaan maaf, kau mau?"Jadi di sinilah dirinya—ralat ia dan Gideon. Mereka berjalan tanpa suara ke Cherryberry Bakery & Cafe, toko roti lokal kecil yang hanya berjarak tujuh menit dari gedung agensi tempat kerja mereka. Rachel melirik sekilas ke arah lelaki bertubuh jangkung itu, yang anehnya tampak tegang. Lonceng di pintu berbunyi ketika mereka membukanya untuk masuk ke dalam kafe roti di lingkungan kuno, aroma kopi dan makanan panggang menyambut mereka saat mereka masuk. Mereka berjalan melewati meja dan kursi kayu, dan mendekati konter yang terletak di belakang untuk memesan. Pajangan

  • Pernikahan di Balik Layar   Batal

    Rachel menyamankan tubuhnya di atas ranjang, perempuan itu sudah mengganti pakaiannya ke setelan piyama merah muda kesayangannya. Rambut pirangnya tampak tertata bergelombang dan hiasan wajahnya tampak elegan malam itu, jelas saja ia hendak keluar untuk bertemu Gideon. Kalau saja lelaki itu tidak membatalkannya secara tiba-tiba."Setidaknya kalau memang mau membatalkannya lakukan itu dari kemarin! sia-sia aku berdandan seperti ini," keluh Rachel sembari mengunyah popcorn di tangannya kesal. Perempuan itu mengambil laptopnya untuk memutar tayangan episode pertama marriage life simulation yang sebentar lagi akan tayang, perempuan bersurai pirang itu menghela napasnya keras."Lagipula siapa yang mau menonton dengannya! Cih! Aku sudah cukup muak bertemu dengannya hampir setiap hari."Meski begitu Rachel berkali-kali melirik ponselnya yang tergeletak di atas tempat tidur, menunggu penjelasan dan permintaan maaf dari lelaki yang lebih muda. Perempuan itu sebenarnya menebak mungkin karena L

  • Pernikahan di Balik Layar   Marriage Life Simulation (1) Bagian dua

    [REKAMAN_DIMULAI_02]Direktor : "Adegan pertama pengambilan gambar kalian pertama kali pindah ke apartemen, lakukan saja secara natural hal-hal yang biasa kalian lakukan saat pertama kali datang ke apartemen."Aktor 1 : "Aku biasanya langsung tidur lalu esok harinya baru berbenah."Direktor : "Jangan bawa kebiasaan burukmu ke depan kamera Gideon, apa kau tidak mendengar tentang kata 'acting' tentu saja maksudku kau harus memolesnya semenarik mungkin!"Aktor 1 : "Kau tidak bilang begitu tadi— baiklah, baiklah! Aku hanya bercanda."Aktor 2 : "Bagaimana kalau kita merencanakannya dari sekarang."Aktor 1 : "Apa yang perlu direncanakan? Bukankah lebih baik kita melakukannya secara spontan agar terlihat lebih meyakinkan?"Aktor 2 : "Aku juga berpikir begitu tapi mengingat aku mengambil gambar denganmu aku tak yakin kita bisa melakukannya dalam satu atau dua kali take, kita bisa saja tidak pulang sampai sore!"Aktor 1 : "Apa maksudmu? Kau lah yang sering membuat kesalahan setiap mengambil ga

  • Pernikahan di Balik Layar   Marriage Life Simulation (1) bagian satu

    [REKAMAN_DIMULAI_01]Direktor : "Camera ... Rolling ... Action!"Aktor 1 : "Sudah dimulai? Apa yang harus aku katakan?"Direktor : "Kamera sudah bergulir sejak tadi."Aktor 1 : "Kau tidak memberi aba-aba! Aku bahkan belum siap!."Direktor : "Tak masalah Gideon. Kita bisa mulai lagi. Kau sudah siap bukan sekarang?"Aktor 1 : "Sebentar, biarkan aku menarik napas ... baiklah aku siap."Direktor : "Oke. Kita ulang, satu dua tiga ... Act—"Aktor 1 : "Aku lebih suka jika kau menghitungnya terbalik pak sutradara."Direktor : "Maaf, apa?"Aktor 1 : "Aku pikir itu akan lebih baik jika hitungannya tiga, dua, satu."Direktor : "Kenapa itu penting, Tuan Gideon yang terhormat?"Aktor 1 : "Itu berpengaruh performaku, kau membuatku kebingungan."Direktor : "Baiklah... Kalau begitu, mari kita mulai dengan hitungan terbalik. Tiga. Dua. Satu. Action!"Aktor 1 : "Hai semua, aku Gideon, dan umurku dua puluh lima-"Direktor : "Berhenti. Berhenti. Bisakah kau membuka perkenalan dengan lebih menawan dan me

DMCA.com Protection Status