Jantung Kalea berdetak cepat ketika Aslan menutup pintu kamar dengan cara dibanting. Ia tidak tau apa yang sedang terjadi sekarang. Apa kesalahannya hingga Aslan bersikap seperti ini. "Mas ada apa?" tanya Kalea dengan suara lembutnya. Langkah lebar Aslan mendekatinya. Wajah Aslan ya g terlihat sangat dingin serta amarahnya bisa Kalea rasakan. Aslan memegang beberapa foto yang tidak Kalea ketahui apa isi foto-foto itu. Tetapi dari raut amarah Aslan, sepertinya itu foto yang penting sehingga ia bisa bersikap seperti ini. Tangan Aslan meraih tangan Kalea. Ia memberikan foto-foto yang ia pegang sedari tadi kepada Kalea. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Kalea melihat foto itu. Matanya seketika melebar ketika melihat foto dirinya yang sedang bersama dengan Nathan. Tapi wajah Nathan sama sekali tidak terlihat. Hanya wajah Kalea yang terlihat dengan jelas. Foto dimana Kalea sedang bersama dengan Nathan di rumah Nathan yang ada di Jerman. Lengan Nat
Pelukan hangat di dapat oleh Kalea ketika ia menginjakkan kakinya kembali ke rumah om dan tantenya. Tante Kalea tanpa bertanya apapun langsung memeluk keponakannya itu yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Tepukkan pelan dan menenangkan yang diberikan oleh tantenya di punggung Kalea membuat dirinya kembali meneteskan air matanya. Melihat air mata Kalea, seolah mengerti om Kalea berjalan mendekat kearah Kalea dan mengelus lembut puncak kepala Kalea. Kalea sangat beruntung memiliki om dan tante sebagai pengganti kedua orang tuanya."Mau istirahat dulu atau mau tante masakin makanan kesukaan kamu?" tanya tante Kalea ketika ia sudah melepaskan pelukan mereka. Kalea menghapus air matanya dan menatap tantenya dengan senyuman. "Kalea mau istirahat dulu tante," jawab Kalea. Tante menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Ya udah kamu istirahat aja dulu. Nanti malam kita makan sama-sama ya." Kalea menganggukkan kepala kepada tante. Setelah itu,
Kalea menghela napas panjang ketika melihat Riska yang sudah berdiri tepat di pintu kamarnya. Kalea pun merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Sedangkan Riska, dia menatap Kalea dengan pandangan yang sulit diartikan. "Lo berantakkan," ucap Riska pada Kalea.Mata sembab, wajah sayu dan rambut berantakan Kalea membuat Riska berkata demikian. Kalea tidak membalas ucapan Riska Ia hanya tersenyum tipis. "Lo tahu dari mana gue ada di sini?" tanya Kalea. Pasalnya Kalea tidak pernah membetahu kepada Riska tentang kondisinya saat ini.Riska berjalan mendekat kearah Kalea. Ia duduk di pinggir ranjang tepat di samping Kalea. "Tante yang ngasih tahu tentang keadaan lo. Tante pikir dengan kedatangan gue, keadaan lo akan menjadi lebih baik. Walaupun gue sedikit tidak yakin tentang hal itu," jelas Riska. Mendengar itu Kalea hanya bisa menganggukkan kepalanya."Lo gimana sekarang? baik-baik aja?" tanya Riska sembari mengenggam tangan Kalea. Kalea tersenyum pada Riska, ia juga membalas genggaman
Kalea menyantap sarapannya sendirian pagi ini. Om dan tante sudah pergi bekerja sedari tadi, karena kebetulan ia hari ini telat bangun. Kali ini Kalea tidak terlalu banyak mengambil sarapan. Ia hanya mengisi perutnya sedikit, setelah itu ia akan kembali menuju kamar dan memikirkan nasibnya. Sebenarnya Kalea sangat ingin bertemu dengan Zura. Ia sudah sangat merindukan Zura. Ingin sekali ia bertemu dengan Zura dan memeluk tubuh kecil putrinya itu. Tetapi Kalea tidak berani untuk bertemu dengan Zura. Ia takut Aslan akan semakin marah padanya jika ia bertemu dengan Zura tanpa sepengetahuan Aslan."Selamat pagi!"Lamunan Kalea terbuyarkan ketika melihat sosok Rizky yang sudah berada di depannya. Rizky berjalan mendekati Kalea dan duduk di kursi yang berada di depan Kalea. "Lo ngapain di sini?" tanya Kalea langsung ketika melihat wajah Rizky di depannya. "Sapa dulu kenapa sih? Pagi Kalea!" sapa ulang Rizky. "Pagi. Lo kenapa bisa
Kalea tertawa melihat kelakuan Nathan yang sedang berjoget dengan pengamen jalanan. Kalea tidak pernah kehabisan tawa jika berada di dekat pria ini.Nathan menghentikan kegiatannya dan kembali berjalan mendekati pacarnya. Ia merangkul bahu Kalea dengan hangat dan mengecup kening wanitanya."Aku tuh multitalenta, Lea."Kalea menganggukkan kepalanya. Mengiyakan perkataan dari Nathan. Nathan emang serba bisa. Mungkin karena itu ia mencintai pria ini.Mereka menyusuri jalan yang sudah sangat sering mereka lalui. Langkah mereka berhenti ketika berada di sebuah rumah yang ada di depan mereka. Nathan membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Kalea untuk masuk terlebih dahulu.Kalea duduk di sofa ruang tamu. Ia sudah sering berada di rumah ini dan tetap saja, ia selalu mengagumi rumah yang ditempati oleh Nathan."Keluarga kamu pasti kaya banget ya.. rumah di Jerman itu kan gak murah," tutur Kalea kepada Nathan yang sudah duduk di sebelahnya."Rumah ini kan kecil, Lea. Jadi lebih murah," jawab
Panggilan dari om dan tante Kaela tadi pagi membuat dirinya tidak dapat berpikir jernih. Kaela tidak tau bagaimana cara ia menjali semua ini kedepannya.Ia sangat berhutang Budi dengan kedua orang itu, setelah kepergian mama dan papanya, hanya om dan tantenya lah yang merawat dan menyekolahkan Kaela sampai seperti sekarang. Kaela memang dari dulu sangat ingin membalas semua kebaikan om dan tantenya. Tapi ia sama sekali tidak terpikirkan akan membalasnya dengan cara seperti ini.Mengorbankan perasaannya dan mungkin akan mengorbankan masa depannya juga. Kaela sangat ingin menolak permintaan dari kedua orang yang ia sayangi itu, tetapi ia tidak tega untuk melakukan hal itu. Ia tidak tega melihat raut wajah kecewa dari mereka.FlashbackKaela yang sedang memainkan laptop miliknya seketika tersenyum lebar melihat nomor handphone dari orang yang ia sayangi menghubunginya. Tapi perasaan Kaela seketika merasa ada yang aneh. Tidak biasanya tantenya menghubungi dirinya pagi-pagi seperti ini."H
Nathan tertawa mendengar perkataan Kalea yang menurutnya itu hanyalah candaan semata. Nathan memegang kedua pipi Kalea yang memerah akibat udara dingin yang masuk ke tubuhnya."Apaan sih sayang.. aku gak lagi ulang tahun loh," ucap Nathan mencoba untuk menyadarkan apa yang Kalea ucapkan. Kalea menggelengkan kepalanya sambil menurunkan tangan Nathan dari kedua pipinya. Ia mencoba untuk menahan air matanya yang sangat ingin keluar dari kelopak matanya."Aku serius, Nathan. Aku tau aku jahat banget sama ku saat ini, tapi aku enggak bisa nerusin hubungan ini. Aku harap kamu ngerti.."Kalea menundukkan kepalanya, ia tidak tahan untuk melihat wajah Nathan yang masih belum mengerti apapun."Aku gak ngerti dan gak aka
Rumah besar yang ada di depannya membuat Kalea tidak bisa berhenti tersenyum. Ia sangat merindukan kehangatan rumah yang ada di depannya ini. Sekarang ia akan kembali mendapatkan kehangatan itu. Langkah kaki Kalea mulai memasuki rumah ini. baru beberapa langkah ia berjalan, Kalea berhenti ketika melihat kedua orang yang ia rindukan sudah berdiri tepat di hadapannya.Kalea tersenyum lebar dan berlari menuju kedua orang yang sangat ia rindukan. Pelukan hangat langsung tercipta diantara mereka."Aku kangen banget sama om dan Tante," tutur Kalea disela pelukannya."Siapa suruh ngambil kuliah jauh-jauh. Padahal di Indonesia juga banyak kampus yang bagus," jawab tantenya.Kalea melepaskan pelukannya dan menatap tantenya d
Kalea menyantap sarapannya sendirian pagi ini. Om dan tante sudah pergi bekerja sedari tadi, karena kebetulan ia hari ini telat bangun. Kali ini Kalea tidak terlalu banyak mengambil sarapan. Ia hanya mengisi perutnya sedikit, setelah itu ia akan kembali menuju kamar dan memikirkan nasibnya. Sebenarnya Kalea sangat ingin bertemu dengan Zura. Ia sudah sangat merindukan Zura. Ingin sekali ia bertemu dengan Zura dan memeluk tubuh kecil putrinya itu. Tetapi Kalea tidak berani untuk bertemu dengan Zura. Ia takut Aslan akan semakin marah padanya jika ia bertemu dengan Zura tanpa sepengetahuan Aslan."Selamat pagi!"Lamunan Kalea terbuyarkan ketika melihat sosok Rizky yang sudah berada di depannya. Rizky berjalan mendekati Kalea dan duduk di kursi yang berada di depan Kalea. "Lo ngapain di sini?" tanya Kalea langsung ketika melihat wajah Rizky di depannya. "Sapa dulu kenapa sih? Pagi Kalea!" sapa ulang Rizky. "Pagi. Lo kenapa bisa
Kalea menghela napas panjang ketika melihat Riska yang sudah berdiri tepat di pintu kamarnya. Kalea pun merubah posisinya dari tidur menjadi duduk. Sedangkan Riska, dia menatap Kalea dengan pandangan yang sulit diartikan. "Lo berantakkan," ucap Riska pada Kalea.Mata sembab, wajah sayu dan rambut berantakan Kalea membuat Riska berkata demikian. Kalea tidak membalas ucapan Riska Ia hanya tersenyum tipis. "Lo tahu dari mana gue ada di sini?" tanya Kalea. Pasalnya Kalea tidak pernah membetahu kepada Riska tentang kondisinya saat ini.Riska berjalan mendekat kearah Kalea. Ia duduk di pinggir ranjang tepat di samping Kalea. "Tante yang ngasih tahu tentang keadaan lo. Tante pikir dengan kedatangan gue, keadaan lo akan menjadi lebih baik. Walaupun gue sedikit tidak yakin tentang hal itu," jelas Riska. Mendengar itu Kalea hanya bisa menganggukkan kepalanya."Lo gimana sekarang? baik-baik aja?" tanya Riska sembari mengenggam tangan Kalea. Kalea tersenyum pada Riska, ia juga membalas genggaman
Pelukan hangat di dapat oleh Kalea ketika ia menginjakkan kakinya kembali ke rumah om dan tantenya. Tante Kalea tanpa bertanya apapun langsung memeluk keponakannya itu yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. Tepukkan pelan dan menenangkan yang diberikan oleh tantenya di punggung Kalea membuat dirinya kembali meneteskan air matanya. Melihat air mata Kalea, seolah mengerti om Kalea berjalan mendekat kearah Kalea dan mengelus lembut puncak kepala Kalea. Kalea sangat beruntung memiliki om dan tante sebagai pengganti kedua orang tuanya."Mau istirahat dulu atau mau tante masakin makanan kesukaan kamu?" tanya tante Kalea ketika ia sudah melepaskan pelukan mereka. Kalea menghapus air matanya dan menatap tantenya dengan senyuman. "Kalea mau istirahat dulu tante," jawab Kalea. Tante menganggukkan kepalanya tanda mengerti. "Ya udah kamu istirahat aja dulu. Nanti malam kita makan sama-sama ya." Kalea menganggukkan kepala kepada tante. Setelah itu,
Jantung Kalea berdetak cepat ketika Aslan menutup pintu kamar dengan cara dibanting. Ia tidak tau apa yang sedang terjadi sekarang. Apa kesalahannya hingga Aslan bersikap seperti ini. "Mas ada apa?" tanya Kalea dengan suara lembutnya. Langkah lebar Aslan mendekatinya. Wajah Aslan ya g terlihat sangat dingin serta amarahnya bisa Kalea rasakan. Aslan memegang beberapa foto yang tidak Kalea ketahui apa isi foto-foto itu. Tetapi dari raut amarah Aslan, sepertinya itu foto yang penting sehingga ia bisa bersikap seperti ini. Tangan Aslan meraih tangan Kalea. Ia memberikan foto-foto yang ia pegang sedari tadi kepada Kalea. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Kalea melihat foto itu. Matanya seketika melebar ketika melihat foto dirinya yang sedang bersama dengan Nathan. Tapi wajah Nathan sama sekali tidak terlihat. Hanya wajah Kalea yang terlihat dengan jelas. Foto dimana Kalea sedang bersama dengan Nathan di rumah Nathan yang ada di Jerman. Lengan Nat
Suasana meja makan sama seperti biasanya. Hanya saja kehadiran Nathan yang merubah sedikit suasana. Kalea menikmati makanannya dengan santai. Hingga mama mertuanya memberikan sebuah paper bag yang Kalea sendiri tidak tau apa itu. "Ini untuk kamu, sayang." Kalea menerima paper bag tersebut dengan senyuman tipisnya. "Ini apa, ma?" tanya nya. "Obat sayang. Kemarin ada teman mama dari luar negeri. Katanya obat itu manjur untuk cepat dapat anak. Kamu cuman perlu minum satu hari satu aja. Tapi harus rutin," jelasnya penuh semangat. Kalea tersenyum kikuk ketika mendengarnya. Ia menoleh ke arah Aslan. Tetapi Aslan terlihat sangat santai dan seperti tidak perduli. "Iya ma nanti aku minum. Terimakasih," jawab Kalea. Tidak mungkin dia menolak pemberian mamanya itu. "Ya.. sebenarnya mama sama papa ini udah gak sabar nunggu cucu dari kamu dan Aslan. Kalau ada satu lagi kan rumah ini jadi ramai. Zura juga ada temannya nanti. Zura mau adik kan?" Sang mama beralih bertanya kepada
Aslan menatap Kalea datar. Tidak ada ekspresi apapun di wajahnya saat ini. Hal ini tentu membuat Kalea merasa sangat terintimidasi. Kalea hanya sesekali menatap wajah Aslan, selebihnya ia membuang pandangannya kearah mana pun di dalam ruangan ini. "Seharusnya kamu minta izin terlebih dahulu dengan saya sebelum kamu pergi dengan Nathan, Kalea." Akhirnya Aslan mengeluarkan suaranya setelah lima belas menit dia diam. Kalea memberanikan diri menatap wajah Aslan. Sangat tidak mungkin dia menceritakan yang sebenarnya kepada Aslan. "Maaf.. aku bosan di rumah makannya aku belanja beberapa barang," jawab Kalea. Akan lebih baik dia meminta maaf kepada Aslan. Kalea sedang tidak ingin berdebat terlalu panjang. "Saya tidak masalah kalau kamu belanja di temani Nathan. Tetapi seharunya kamu minta izin terlebih dahulu dengan saya. Dan juga kamu seharunya menjaga jarak dengannya. Bagaimana pun dia adik ipar kamu kan?" "Iya.. aku akan minta izin sama kamu kalau aku mau keluar rumah. Tapi a
"Iya sayang.. pacar om sama mama Zura kan sama-sama cantik," sambung Nathan memperjelas perkataannya. "Tidak.. mama pasti lebih cantik dari pacar om."Aslan mendekat kearah Kalea dan mengecup pipi Kalea. "Tentu aja, mama Kalea lebih cantik."Nathan yang menyaksikan semua itu merasa sangat geram. Ia mencoba untuk menahan amarahnya. Melihat Kalea mendapatkan ciuman dari Aslan membuat darah Nathan mendidih. "Mama.. sini duduk dekat Zura," ucap Zura. Kalea dan Aslan pun berjalan mendekati meja makan. Raut wajah Nathan terlihat jauh berbeda dari sebelumnya. Sepertinya suasana hatinya sudah berubah total ketika melihat kemesraan Kalea dan Aslan. "Mama sama papa kemana?" tanya Aslan. "Dari pagi udah pergi. Katanya ada urusan mendesak," jawab Nathan. Kalea mulai mengambil makanan makanan dan meletakkannya di piring Aslan. "Terimakasih sayang," tutur Aslan kepada Kalea. Kalea tersenyum tipis membalas ucapan Aslan. Sekali lagi Nathan mencoba untuk menahan amarah dan rasa cemburunya. Ia
Saat ini Kalea sama sekali tidak berani untuk menatap wajah Nathan. Ia berusaha keras mengalihkan perhatiannya kepada yang lain. Suasana di meja makan membuat Kalea merasa tidak nyaman. Bagaimana ia bisa terus seperti ini nantinya. "Kamu nanti kerja di perusahaan papa kan?" tanya Sinta kepada Nathan. "Belum tau ma. Tapi sepertinya Nathan mau di rumah aja dulu. Istirahat dan menenangkan pikiran," jawab Nathan sembari melirik kearah Kalea."Menenangkan pikiran? Emangnya pikiran kamu lagi gak tenang? Pacar kamu itu udah gak mau lagi sama kamu?" Kali ini Aslan membuka suara. Kalea menoleh kearah Aslan. Kenapa Aslan menanyakan perihal itu. "Iya.. kamu bilang mau mengenalkan wanita itu sama mama. Mana dia?" sambung Sinta dengan wajah penasarannya."Udah nikah ma."Kalea yang mendengar itu seketika tersedak. Dengan sigap Aslan memberikan air putih kepada Kalea. Ia pun meminumnya dan mencoba untuk menangkan dirinya. Kalea ti
Kalea tidak tau mengapa Aslan membawanya kesebuah restoran yang cukup mewah. Pakaian Kalea kali ini tidak sesuai dengan tempat ini. Tapi Kalea tidak terlalu memikirkan hal itu. Setelah kejadian tadi, Kalea hanya diam di dalam mobil. Ia tidak membalas maupun membantah ucapan Aslan. Ia sangat malas untuk berdebat dengan Aslan lagi. Hari ini benar-benar melelahkan.Mereka berdua duduk di meja yang terdapat lilin serta bunga mawar di tengahnya. Sangat indah. Kalea sangat menyukai tempat seperti ini. Hal-hal romantis merupakan salah satu kesukaan Kalea. "Siapa pria itu?" Aslan akhirnya mengeluarkan suaranya. Kalea pikir mereka tidak akan membahas masalah Rizky lagi. Tapi sepertinya Aslan sangat ingin melanjutkan masalah ini. "Rizky," jawab Kalea singkat. Pria itu memang Rizky, ia tidak salah bukan?"Saya tau namanya Rizky. Sekarang saya ingin tau siapa dia? Apa hubungan kamu dengan dia, Kalea?" tanya Aslan lagi. Kali ini pertanyaan lebih je