Perjalanan pulang terasa lebih lama dari biasanya karena macet yang terjadi di mana-mana, tapi baik Kaira dan Sunny mereka berdua tidak sabar untuk sampai ke rumah, karena setelah di mobil mereka justru semakin dingin. Tidak bicara sama sekali dan saling mendiamkan. Kaira bahkan lebih memilih untuk bermain dengan hape dari pada berbicara dengan suaminya.
Setelah hampir sejam lebih berada dalam perjalanan yang dingin tanpa kata, mereka akhirnya tiba di depan pintu rumah mereka. Kaira baru saja memasukkan password untuk membuka pintu, pintu tempat tinggal mereka justru terbuka dari dalam rumah.
Seorang perempuan yang memiliki tubuh ramping dan sangat terawat berdiri tepat di depan Kaira. Rambutnya di potong pendek sebahu, berwarna hitam pekat karena terus dicat untuk menutupi uban yang tumbuh di kepalanya. Wajahnya kaku tanpa ada kerutan sama sekali hingga wajahnya yang keras terlihat mengerikan apalagi dengan make up menor yang dia pakai plus alis runcing, tinggi di atas matanya membuat Kaira langsung merasa terintimidasi.
Tapi Kaira mau tidak mau tersenyum padanya, karena perempuan itu adalah ibu mertuanya. Kaira menunduk, mencoba untuk salim, tapi tangannya langsung di tarik saat Kaira baru saja merunduk sebelum sempat mencium tangannya. Tapi sikapnya itu langsung berubah pada Sunny dan langsung mencium pipi kiri kanan, juga dahinya lalu memeluk Sunny dengan erat.
“Anak ibu, kamu baru pulang, Sun?”
“Iya bu, ibu kapan sampai dari Bali? Kok ngga ngabarin aku dulu?” tanya Sunny sambil membalas pelukan ibunya. “Kalau aku tahu ibu mau kesini, aku pasti langsung jemput ibu di bandara.”
“Kalau ibu telpon dan bilang mau kesini pasti istrimu ngga akan suka! Jadi ibu datang aja tanpa pengumuman. Ayo masuk, nak. Ada banyak hal yang ingin ibu bicarakan!”
Ibu mertua Kaira langsung menggandeng Sunny dan mengajaknya untuk masuk ke tempat tinggal mereka tanpa Kaira, dia bahkan langsung menutup pintu dengan kakinya sambil tersenyum sinis pada Kaira.
Kaira mendengus kesal, terpaksa dia memasukkan kembali password. Begitu pintu kembali terbuka, dia melihat Sunny dan ibunya tengah duduk di ruang tamu. Ibu mertuanya bahkan masih memeluk Sunny dengan erat, seakan tidak ingin melepaskan Sunny. Melihat adegan itu, Kaira hampir saja berdecih kesal. Dan karena merasa diabaikan, Kaira yang kesal langsung berjalan melewati mereka.
“Babe, duduk dulu sebentar!” panggil Sunny.
Kaira terpaksa duduk di samping Sunny. Ibu mertuanya masih saja menatap Kaira dengan tatapan tidak suka.
“Mulai sekarang, ibu akan tinggal di sini, bersama kita,” ujar Sunny sambil tersenyum lebar.
“Hah, kenapa?” tanya Kaira kaget.
“Karena ibu harus memastikan kalian berdua punya anak tahun ini!” jawab ibu mertuanya tetap dengan nada ketus. “Kalau kamu tidak mau punya anak bilang saja, karena ibu tidak sabar memperkenalkan Sunny dengan anak dari teman-teman ibu.”
“Ibu, ibu ngga boleh ngomong kayak gitu!” ucap Sunny tegas.
“Ya, mau gimana lagi Sun,” jawab ibu Rina dengan lembut. “Kamu tahu kan kalau lelaki boleh punya dua hingga empat istri? Jadi, kalau istrimu mandul alias ngga mampu punya anak, ya udah ikhlasin Sunny nikah lagi. Gitu aja kok repot!”
Kaira berusaha menahan geramnya. Dia mendelik ke arah Sunny, meminta pembelaan. Tapi Sunny justru hanya mengeleng, meminta Kaira untuk tidak menjawab ibunya lagi. Sayangnya, Kaira tidak bisa menahan emosinya. Dan Kaira bertekat jika Sunny berani menikah lagi maka itu berarti cerai.
“Kamu kenapa ngga jawab, pertanyaan saya? Kamu benaran mandul, makanya sepuluh tahun ini, kamu ngga bisa ngasih anak satupun keanak saya?”
Kaira benar-benar malas untuk menjawab. Dia memutuskan untuk untuk langsung pergi kekamarnya dari pada berbicara dengan ibu mertuanya. Namun satu hal yang jelas, ini ini adalah malam tahun baru terburuk yang pernah dia alami.
“Eh, mau pergi kemana kamu?”
“Ke kamar. Saya permisi!”
“Eh, enak saja! Kamu siapin dulu kamar tidur untuk saya! Saya mau beristirahat.”
“Ada si mbak yang bisa bantu membereskan kamar.”
“Kamu itu ya, benar-benar keterlaluan! Dikit-dikit pembantu, dikit-dikit pembantu, nanti suami kamu diambil pembantu baru tahu rasa!” jawab ibu Rina.
“Kalau begitu, ibu bisa minta tolong pada Sunny. Aku mau ganti pakaian dan langsung tidur, karena ada banyak deadline yang menunggu.”
Kamu nyuruh anak saya beresin kamar tidur?” ibu Rina bangun dari duduknya. “Kamu fikir anak saya ini pembantu, huh?”
“Ibu, udah. Ngga usah dibesar-besarin!” ucap Sunny. “Biar si mbak yang beresin kamar ibu, ok? Dan kamu babe, kamu langsung aja kekamar sekarang, please!”
Kaira tersenyum kesal, dia menatap Sunny tajam sebagai tanda protesnya tapi Sunny hanya mengelus punggung Kaira. dan meminta ibunya untuk kembali duduk di sofa.
“Sorry, babe. Kamu harus maafin ibu lagi dan lagi ya. Sebagai permintaan maaf dariku nanti aku yang masak makanan yang enak untukmu,” bisiknya lembut di telinga Kaira dan mengecup lembut bibirnya.
Kaira tersenyum, dia sedikit luluh dalam pelukan dan ciuman lembut dari Sunny. Setelah mencium pipi suaminya, dia memutuskan untuk segera pergi dari hadapan ibu mertuanya agar dia seluruh energinya tidak terkuras ke hal-hal yang lebih buruk.
Melihat mereka berciuman, ibu Sunny langsung berdecih sinis. Apalagi saat Kaira melewatinya.
“Kaira,” ibu mertuanya menegur Kaira sebelum dia berjalan menuju tangga setengah lingkaran menuju kamarnya.
Kaira menoleh. “Apa lagi?”
Mertuanya tersenyum sinis. “Asal kamu tahu, semua kondom dan alat kontrasepsi kalian sudah saya buang!”
“Ibu masuk ke kamarku dan memeriksa seisi kamar?” tanya Kaira dengan suara bergetar menahan amarah. Dia kembali berbalik, menuju sofa dan ingin melabrak mertuanya tapi Sunny dengan cepat berdiri di tengah kedua perempuan yang tengah berapi itu
“Ya, kenapa? Kamu tidak suka?” tanya ibu Rina dengan wajah meremehkan.
“Ya! Itu kamarku, tidak ada seorangpun yang berhk masuk ke sana tanpa izinku. Apalagi memeriksa seperti itu, itu ruang pribadi!”
“Kai, sayang, please….” Sunny menggeleng. Dia benar-benar tidak ingin ada keributan di malam ini. “Ibu bukan orang lain, ok? Tapi ibu juga, tidak boleh masuk ke kamar kami tanpa izin!.”
“Kenapa tidak boleh? Ibu jadi penasaran, apa yang sebenarnya istri kamu sembunyikan, apa hanya kondom dan pil kontrasepsi atau hal lainnya.”
“Hal lainnya apa bu?” tanya Sunny sebelum Kaira menjawab.
“Ya, misalnya kemandulan itu benar adanya. Makanya, istri kamu tidak mau ibu memeriksa kamar kalian!”
“Bu, sudah! Ibu istirahat dulu,” lerai Sunny sebelum istri dan ibunya bertengkar lebih lanjut. “Kai, kamu juga mau ganti pakaian, kan? Ayo!” ucap Sunny sambil memeluk Kaira, mengajaknya meninggalkan ibunya seorang diri di ruang tamu.
Tapi ibu Sunny belum puas. “Mana bisa ibu istirahat Sun, ibu sebenarnya ingin ngomel dengan istri kamu. Mantan-mantan kamu dulu sudah ada yang punya anak bahkan ada yang anaknya tiga, ada juga yang sudah sekolah dan kamu kamu jangankan menyekolahkan anak, punya anak juga ngga karena ketidak mampuan istrimu berkedok prinsip ingin ngga mau punya anak!”
18+++++ Kaira berjalan ke kamar dengan di gandeng oleh Sunny tapi pelukan dan sentuhan Sunny sama sekali tidak bisa menahan amarah Kaira. Dia benar-benar kesal pada mertuanya. Sejak awal menikah, ibu Sunny selalu menatapnya dengan pandangan yang jijik. Karenanya hubungan mereka persis seperti hubungan ibu merua dan menantu yang ada dalam sinetron-sinetron alias penuh dengan drama. Mereka membenci satu sama lain. Itu semua bermula saat Kaira dan Sunny sepakat tidak akan punya anak. “Heh kamu!” suara ibu mertuanya kembali terdengar. “Sadar diri dong! Kamu sudah mau tiga puluh tahun, saya sangat berharap, kalau kamu mau jujur jika kamu memang mandul! Supaya anak saya bisa menceraikan kamu dan mengusir kamu dari rumah ini, supaya kamu bisa jadi gelandangan dan anak saya bisa menikah lagi!” Deg! “Sabar sayang, please!” Sunny memohon. **** Mereka masuk ke dalam kamar. Kaira buru-buru melepaskan pelukan Sunny darinya. “Ibu kamu sudah sangat keterlaluan, Sun! aku bisa gila, kalau dia le
Kaira yang baru selesai menyeduh kopi dan mengoles nutela ke atas rotinya hanya bisa tersenyum tipis saat dia melihat ibu mertuanya masuk ke dapur dan duduk disampingnya lalu mengambil sepotong roti yang baru dia oles dengan nutela dan memakan roti dengan lahap. “Kamu hanya membuat kopi dan roti, tidak ada makanan untuk saya dan suamimu apa?” tanyanya sambil mengunyah. “Sunny bisa bikin makanannya sendiri dan kalau mau makanan yang lain biar Sunny yang buatkan!” jawab Kala kesal dan memakan sepotong besar roti tawarnya tanpa nutela. “Lagi pula, ibu sudah memakan roti punyaku!” ujarnya lalu menyodorkan roti dan juga nutela ke depan ibu mertuanya, “Roti ngga mengenyangkan!” “Kalau begitu ibu harus bersabar, tunggu Sunny bangun dan minta dia buatkan makanan untuk ibu, atau tunggu si bibi datang bekerja.” “Kamu itu benar-benar istri yang tidak tahu diri ya! Tidak mau masak dan ngurus suami, mandul pula! Hebat kamu bikin anak saya bertahan selama sepuluh tahun dengan perempuan seperti
Sepeninggal Kaira, ibu Rina menatap Sunny dengan tatapan tajam dan meminta kejelasan. “Istrimu itu benar-benar kurang ajar, Sun. Masa dia ngusir ibu? Seharusnya perempuan mandul itu yang pergi dari rumah ini, bukan ibu!” ujarnya penuh dengan amarah. “Kalau saja kamu ngga menghalangi, ibu pasti sudah menyeret dia, dan meminta dia merangkak dan memohon!” “Kaira ngga akan melakukan itu bu!” “Kenapa ngga? Kamu benaran takut sama dia?” “Dia istriku, dan aku tidak takut dengannya.” “Bagus, kalau begitu!” ujar Bu Rina, lalu bergegas keluar dari dapur. Sunny mengejar ibunya. “Ibu mau kemana?” “Mengepak pakaian istrimu, jadi saat dia pulang nanti dari keluyuran, dia akan benar-benar keluyuran jadi gelandangan diluar rumah!” “Maksud ibu, ibu mau mengusir Kaira?” tanya Sunny sambil tertawa. “Iya, memangnya kenapa, ada masalah?” Iya, bu. Masalahnya adalah, yang keluar dari rumah ini bukan Kaira. Tapi ibu, maaf ibu. Tapi dia benar, ibu harus pulang hari ini. Dan soal uang, ibu tenang saja
Ibu Sunny menggeleng. Jangan pernah kamu tanyakan hal bodoh itu pada ibu lagi, Sunny! Kalau ibu ngga mencintai kamu, ngga mungkin ibu mengandung kamu selama sembilan bulan, menyusui kamu dan jangan pernah karena istri mandul kamu itu, kamu berubah sikap pada ibu kandungmu!” “Kaira tidak mandul, bu! Jangan pernah, ibu menghina dia lagi! Kecuali, ibu benar-benar ingin kehilangan semuanya!” ancam Sunny lalu pergi meninggalkan ibunya seorang diri. **** “Tequilla? Ini masih ini masih jam delapan, Kaira!” Kaira tersenyum ke arah suara. Disampingnya, sekarang berdiri sosok sahabat, sekaligus sekretaris dan merangkap menjadi bodyguardnya, Shuichi Akai. Akai, begitu dia biasa di panggil lebih lima tahun di bandingkan Kaira. Pria itu sudah menemani selama hampir delapan tahun dan bagi Kaira, Akai jauh lebih mengenalinya di bandingkan suaminya sendiri. “Aku perlu minum!” “Mertua kamu datang lagi?” Kaira mengangguk. “Kelihatan jelas, ya?” “Ya, karena satu-satunya yang bisa melihat kamu ka
Melihat ibunya yang bertingkah aneh seperti itu, Sunny berusaha untuk menenangkan ibunya. Dia menarik tangan ibunya agar tidak lagi menarik-narik rambutnya seperti orang tidak waras. Akai hanya menatap mereka dengan pandangan dingin karena dia telah disibukkan dengan Kaira yang kali ini juga ikut berteriak, meracau karena belum bisa menghilangkan pengaruh alkohol dari dalam dirinya. Dan saat melihat ibu Sunny yang histeris memukul-mukul wajahnya sendiri, Kaira tertawa ngakak dan Akai berusaha menutup mulut Kaira. Tapi rupanya, Sunny tidak bisa menenangkan ibunya, ibu Rina bahkan seolah memiliki kekuatan yang berlebih, dia bisa mendorong tubub Sunny yang kekar hingga dia terjungkal kebelakang, setelah dia berhasil mendorong tubuh Sunny hingga terjatuh ke lantai, ibu Rina langsug membenturkan kepalanya ke dinding. “Ibu!” teriak Sunny sambil berusaha untuk berdiri tapi dia terlambat darah sudah menetes dari kening ibunya dan ibunya terus menerus membenturkan kepalanya. Sunny dengan ce
Aroma roti yang di panggang menguar lembut di indra penciuman Kaira hingga ujung-ujung sarafnya bisa mencium aroma manis, hangat yang keluar dari roti yang dipanggang, hal itu membuat semua indra Kaira terbangun. Manik-manik matanya mulai terbiasa dengan cahaya dari jendela yang terbuka, indra perabanya bisa merasakan kehangatan kulit Sunny yang sudah menghilang dari sisinya namun yang terpenting adalah mulutnya serasa berliur, Kaira menginginkan roti yang sedang di panggang itu. Kaira bangun lalu ngulet cukup lama, setelah semua indranya benar-benar-benar terjaga dia melihat ke sisi kanannya. Tebakan indranya benar adanya, Sunny sudah tidak ada di sampingnya lagi. Tapi Kaira tersenyum lebar, dia yakin jika suaminya yang memasak untuk sarapannya, Kaira bangun dari ranjang dalam keadaan telanjang. Mata Kaira melihat seisi kamar yang sudah rapi, kamar tidak berserakan lagi, sepertinya sebelum memasak Sunny merapikan kamar lebih dulu. Kaira lalu keluar dari kamar menuju walking closet
Ibu Rina memasukkan pakaiannya ke dalam koper dengan menangis karena tidak membayangkan jika keinginannya untuk memaksa Kaira hamil justru berakhir seperti ini. Bukannya berhasil memaksa Kaira untuk hamil setelah membuang semua kondom dan alat kontrasepsi dari kamar menantu kayanya, dia justru harus mendapatkan kenyataan pahit jika putra tertuanya akan berhenti menafkahi dia dan anak-anaknya. Ibu Rina menangis, dia menghapus ingus yang mengalir deras dari hidungnya. Dia merasa telah gagal dalam mendidik anak. Tok… tok… tok… Bunyi pintu kamar terbuka dengan lembut, Bu Rina melihat Sunny masuk ke dalam kamarnya dan begitu melihat putra tertuanya, semakin deras pula dia menangis. Sunny langsung duduk bersimpuh di kaki ibunya dan menghapus air matanya. “Adik-adik dan kakakmu tidak terbiasa bekerja, Sun. Sepuluh tahun mereka mengandalkan kamu, sekarang kamu justru ingin memutuskan rantai kehidupan mereka,” keluhnya dengan berlinang air mata. Sunny memegang kedua tangan ibunya, lalu me
Karena Sunny tidak bisa mengantar dan harus segera bertemu produser untuk proses adaptasi novelnya, dengan terpaksa Kaira yang harus mengantar mertuanya ke bandara. Selama perjalanan, mereka berdua tidak bicara sedikitpun. Begitu mereka sampai di bandara Soekarno Hatta, Kaira memberikan tiket yang di beli Sunny pada ibu mertuanya. “Maaf, ibu harus mengalami hari-hari yang buruk saat di rumah kami. Salam untuk Shawn, Zaia dan Harry,” ucap Kaira sambil mengeluarkan semua tas mertuanya dari dalam bagasi mobil. “Hanya menitip salam, huh? Padahal, keponakan dan suamimu juga butuh uang Kaira. Mereka butuh makan, biaya sekolah, pakaian dan rumah yang layak!” Ucap merttuanya masih dengan nada ketus yang menjengkelkan. “Mereka sudah memiliki semuanya, kan? Sunny sudah melakukan yang terbaik, supaya kalian hidup terjamin!” “Melakukan yang terbaik? Lucu sekali!” ujar Bu Rina sambil mendengus. “Saya ngga tahu apa yang kamu bicarakan ke anak saya, sampai-sampai dia berubah dan….” “Bu, Sunny i
Kaira masuk ke dalam rumah dengan menabrak bahu Sunny. Dia tidak memperhatikan ada banyaknya makanan yang tertata rapi di rumahnya. Rumahnya sudah benar-benar rapi dengan pernak pernik pesta yang terlihat menyenangkan.Namun Kaira sama sekali tidak senang. Hatinya di penuhi oleh amarah yang memuncak. Lagi-lagi Akai benar, keputusannya untuk mengangkat Sunny menjadi CEO jelas adalah kesalahan, ide itu seharusnya cukup dia simpan dalam angan. Dia harusnya sadar, jika selama sepuluh tahun saja Sunny tidak ingin membrinya nafkah, maka mana mungkin dia berubah begitu mudah?Kaira melempar tasnya ke atas ranjanng, dia melirik kearah lemarinya pakaian dan perhiasan, tapi dia tidak berminat untuk memeriksa apa ada barangnya yang hilang atau tidak, karena dia tahu dengan pasti barang-barang itu mungkin sudah berpindah tangan, tidak mungkin iparnya membiarkan barang-barangnya begitu saja.Tapi bagaimana dengan….Kaira bergerak menuju ke ruang kerjanya, disana ada brankas yang berisi uang dan su
Rumah Kaira ramai, ada banyak orang yang berlalu lalang di depan teras rumahnya yang luas seolah mempersiapkan sesuatu. Kaira yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa terbelalak begitu dia melihat berapa banyak orang keluar masuk ke halaman rumahnya. Mulai dari kurir, petugas catering, tukang bunga dan masih banyak lagi.Kaira melihatnya dengan pandangan penuh tanya, dia baru saja pulang dari meeting dengan hampir semua komisaris Paper illusion perusahaannya dan mereka tidak terlalu menyukai rencana Kaira untuk mengangkat Sunny sebagai sebagai CEO. Keberatan yang wajar sebenarnya.Orang-orang di perusahaanya menentang karena Sunny orang luar perusahaan dan dia akan mendapatkan jabatan itu karena dia suaminya, tidak lebih.Beberapa hari lalu saat meminta Sunny menjadi CEO menggantikannya, Kaira tidak berfikir panjang, tapi saat Akai menentangnya dia akhirnya menyadari sesuatu, apalagi setelah Paper Ilussion berhasil melantai di bursa saham dua tahun yang lalu. Kaira memang masih memili
“Kamu gila!” Akai berteriak dengan nada kesal pada Kaira. “CEO, huh? Pada orang seperti dia?”Akai mondar mandir, dia terlihat frustarasi mendengar keputusan tidak masuk akal dari Kaira.“Sunny, suamimu tidak pernah memiliki bisnis apapun, Kaira! Dia hanya seorang penulis yang tidak pernah memimpin perusahaan, bisnis atau apapun! Bagaimana bisa kamu menyerahkan usahamu padanya? Kamu ingin perusahaan yang kamu bangun dari nol hancur berantakan hanya karena cinta?”Kaira tertawa mendengarnya. “Itu bukan hanya karena cinta, Akai.” Ucap Kaira berbohong, karena dia memang melakukannya untuk Sunny, supaya suaminya tidak lagi merasa insecure dan Sunny pasti akan merasa lebih dihargai olehnya, jika dia memiliki posisi dan pekerjaan yang jauh lebih tinggi darinya. Sebagai istri, Kaira merasa dia ikut bertanggung jawab untuk itu. “Jangan konyol Kai!” ucap Akai lagi. “Please gunain logika kamu.”“Ngga konyol, aku sungguh-sungguh. Aku sudah memikirkanya sejak lama, lagi pula tulisan Sunny ngga a
Kaira akhirnya tidak bisa melanjutkan ucapannya lagi karena bibirnya telah dilahap oleh Sunny dengan rakus. Kaira berusaha melepaskan diri tapi suaminya jauh lebih kuat darinya, dia tidak bisa menghindar yang ada hanya nafasnya yang tersengal-sengal tak kuat di buru dan di lumat Sunny dengan memburu.Sunny masih menggendong tubuh Kaira dengan posisi mereka yang masih berciuman, dia menahan Kaira dengan kedua lenganya yang kokoh. Tapi bukan hanya mulutnya yang menguasai Kaira saat ini, tapi juga kedua tangannya yang sibuk memeras bokong Kaira.Mereka berputar, Sunny menahan tubuh Kaira di dinding. Dia menyibak piyama Kaira, membuka sedikit celananya dan tanpa basa basi lagi Sunny memasukkan miliknyaya yang belum membesar secara sempurna ke dalam Kaira.“Aahhh!” Kaira berteriak, dia sedikit kaget dan belum siap tapi hal ini justru jadi sensasi lain. “Kamu…, ahh…, suka kinky sekarang?” tanya Kaira sambil terus menahan tubuhnya supaya tidak jatuh, apalagi saat dia merasakan milik Sunny ya
Ini jelas bukan musim libur, tapi Bali hampir selalu ramai oleh touris yang tak habis-habisnya. Kaira berbaring di bawah payung hijau kebiruan di bawah langit yang super biru. Matanya lurus menatap ke depan bukan melihat hamparan laut biru tapi melihat pria berotot dan berkulit coklat yang seksi dan sedang berselancar itu. Kaira menarik nafas panjang penuh kesenangan karena melihat kebahagiaan di wajah suaminya setelah beberapa pertngkaran kecil mereka waktu Kaira di Paris, tapi sepertinya kepulangannya sudah berhasil mendinginkan suasana hati mereka. meski ini liburan dadakan tapi dia senang melihat suaminya terlihat begitu lepas dan bahagia. Kaira mengoles tubuhnya dengan sun block, seorang pria asing duduk di sebelahnya. “Butuh bantuan?” tanya pria dengan mata biru yang sejak tadi terus memperhatikannya. “Tidak, terima kasih.” “Tapi aku rasa, kamu butuh bantuan untuk mengoles punggungmu dengan sun block,” ujarnya lagi. Kaira hanya tersenyum dan menggeleng, lelaki bermata biru
Bandara Soekarno - Hatta“Tunggu dulu,” Sunny menahan tangan Kaira.“Ada apa babe?”Kita bukan di kelas satu. Sorry,” ucap Sunny dengan nada memohon. “Dan kita hanya naik pesawat kelas ekonomi.”Kaira justru tertawa mendengar ocehan Sunny. “Kita udah terbiasa naik pesawat ekonomi, lagian hanya pesawat ini yang sesuai dengan jadwal penerbangan yang kita mau. Ayo.”Kaira menarik tangan suaminya, setelah melewati semua pemeriksaan mereka menunggu di ruang tunggu. Kaira berbaring di bahu Sunny, dia sebenarnya sudah kelelahan.Sunny mengelus rambut Kaira dan sesekali memainkannya. “Kamu memang harus istirahat babe, kali aja kan kita ada kesempatan untuk gabung 50 high mile club.”“Gila!!!” Kaira berteriak sambil mencubit perut Sunny yang penuh otot tanpa lemak. “Ihhh….” Kaira bergidik.“Apanya yang ihhh, kamu justru akan bilang ahh….”Kaira dengan cepat melompat menutup mulut Sunny dengan kedua tangannya, beberapa orang calon penumpang melihat pertengkaran suami istri itu dengan tatapan he
Bandara Soetta.Kaira yang baru keluar dari Bandara langsung menghambur ke dalam pelukan Sunny yang sudah membentangkan kedua tangannya. Kaira langsung melompat dalam pelukan Sunny dan membiarkan suaminya membawanya kedalam gendongannya.Dalam gendongan Sunny, Kaira menciumnya, mulai dari bibir kedua pipi, kening dan kembali berakhir di bibir suaminya itu. Sunny membalas ciuman Kaira dengan lembut, bahkan tangannya yang menahan Kaira meremas bokong padat Kaira dengan gemas.Tapi PDA mereka tidak berlangsung lama.“Kita harus pulang dulu sayang,” ucap Sunny sambil menjilati lembut kuping Kaira, lalu menenggelamkan wajahnya di balik leher Kaira dan menciuminya dengan lembut. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Kaira dan tetap dengan nakal mengelus, meremas bokong Kaira.Kruccukkk….Wajah Kaira langsung merunduk tersipu tapi perut laparnya yang berbunyi berhasil membuat wajahnya bersemu merah.“Kamu tidak makan di dalam pesawat?” tanya Sunny menggoda dan mengelus perut Kaira lembut.
Jakarta.Sunny telah berdiri di depan pintu apartemen Diva, tanpa ragu dia mengetuk dan tidak membutuhkan waktu lama, Diva muncul di hadapannya, perempuan itu memakai gaun tidur pendek berwarna merah muda ketat yang menunjukkan lekuk tubuhnya.“Sunny?”“Sorry, aku lagi butuh teman untuk ngomong dan kamu yang ada dalam pikiranku. Boleh aku masuk?”“Sure, masuk Sun.”Sunny masuk ke dalam apartemen Diva, mengekor gadis itu.Apartemen Diva tidak seluas penthouse miliknya dan tidak memiliki banyak interiornya di dalamnya. Sebuah televise berukuran sedang sedang menayangkan serial Bridgerton yang tengah menunjukkan adegan seks antara Daphne Bridgerton dengan The duke Simmon Basset.“Sorry,” ucap Diva dan mematikan televisinya.“Its okay, kita bisa nonton bareng.”“Kamu yakin, Sun?”“Ya.”Diva tersenyum dan kembali menyalakan televise. “Mau minum apa?”“Apa aja.”Diva tersenyum dan meninggalkan Sunny yang tengah menonton di ruang tamu, cukup lama Diva memandang lelaki itu dari belakang, dia
Seine River.Kaira berlari di sepanjang pinggiran sungai seine, telinganya di sumpal dengan earphone dengan lagu Sia chandelier terdengar.“Shitt!!!” Kaira berteriak dan langsung berbalik memukul orang yang berani melepas earphone langsung dari telinganya.“Aww! Kamu ingin membunuhku?” teriak si pria yang melepas earphone Kaira sambil melindungi wajah dan tubuhnya dari pukulan bertubi-tubi Kaira.“Antoine!!! Are you crazy?“No, hanya ingin menggodamu sedikit tapi kamu tidak menyenangkan Kaira.“Jangan terlalu sering meggodaku.”“Karena kamu punya suami?”“Itu salah satu alasannnya.”“Alasan kedua?”Kamu akan jatuh cinta padaku tapi cintamu tidak akan terbalas.”Antoine tertawa dan mulai berlari dengan diikuti oleh Kaira. “Aku tahu kalau kamu tidak menyenangkan, jadi aku tidak tertarik untuk jatuh cinta denganmu.”“Tapi sebagai istri, aku sangat menyenangkan.”“Iya kamu istri yang setia dengan suami Indonesiamu itu, kalau saja kamu mau mencari kekasih Prancis kehidupanmu di sini pasti