Christa memakan makanan seafood itu dengan lahap dan Hafens menatapinya dengan datar bersama Gerson dan Dave. Seolah tak mempedulikan siapapun yang ada dihadapannya. Dia hanya makan untuk memenuhi kebutuhan perutnya yang lapar dan kebetulan dia tidak muntah saat ini hingga dia bisa makan dengan tenang."Kalian tidak makan?" tanyanya menatap Hafens yang diam saja seperti tak mendengar apapun.Sementara Gerson dan Dave saat ditatapnya hanya menampilkan ekspresi yang sama. Dia tidak salah, dia hanya sudah menawarkan dan kalau mereka tidak mau itu bukan lagi hal yang harus dia pikirkan."Baiklah kalau kalian tidak mau." Christa mematahkan kaki kepiting dan memakannya dengan lahap.Sebelum hamil dia hanya diberikan makanan yang ala kadarnya jadi sekarang dia membalas dendam dengan meminta makanan yang enak. Sekarang bagaimanapun juga dia memang membutuhkan nutrisi untuk keadaan anak yang ada di dalam kandungannya. Selagi dia bisa mengalasankan anak ini maka dia akan menggunakannya agar Haf
Setelah menciumnya, Hafens pergi dan itu membuat Christa tahu kalau pria itu hanya menuruti hasratnya tadi. Dia mencengkeram selimutnya dan menarik napas, sebelum memejamkan matanya tanpa memikirkan apapun.Dia tidak perlu memikirkan apapun, lebih baik dia tidur saja karena jika dia memikirkannya maka itu tidak akan pernah selesai. Hafens tak pernah menginginkannya, tapi disini dia hanya akan menjadi seorang pemuas kebutuhan biologis pria itu sekaligus mengandung anaknya."Ibu berharap, kamu dan adikmu nanti kalau ibu berhasil melahirkan kalian, bisa menjadi anak-anak yang baik." Christa menarik napas dan memejamkan matanya lagi seraya bergumam. "Dan ibu harap, kalian Tidak membenci ibu karena Ibu tidak akan ada di dalam perkembangan pertumbuhan kalian."Memejamkan matanya, Christa benar-benar terlelap. Dia lemas dan ini karena faktor tidak adanya kebaikan sama sekali ditempat ini. Dia juga baru diurus dan diberikan makanan yang bagus sejak dia hamil, itupun karena permintaannya. Haf
Ketika Hafens datang, dia bisa melihat Christa sedang tidur di atas ranjang sambil menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Terdengar isak tangis kecil dari balik selimut itu, membuat Hafens menarik napasnya beberapa kali.Entah mengapa dia malah merasa ragu untuk mendekati wanita ini, karena dia sudah membentaknya dengan kasar barusan. Dia benar-benar kelepasan karena kesal, dia akan meminta maaf setelah ini walaupun egonya terasa begitu besar."Christa ..."Hafens sendiri merasa merinding mendengar suaranya yang memanggil wanita itu dengan lembut. Sungguh tidak pernah dia melakukan ini, baru sekali dan dia sungguh tidak percaya kalau dia bisa melakukannya.Namun bukannya menjawab panggilan yang dia lakukan dengan selembut mungkin, wanita itu malah merapatkan selimutnya dan tak menjawab sama sekali. Dia tahu kalau dia menaikkan egonya maka wanita ini tidak akan makan sampai nanti siang dan bahkan nanti malam. Itu bisa berbahaya, wanita ini bisa lemas dan anaknya akan kenapa-napa
Percintaan itu mereka lakukan selama hampir dua jam. Hafens menatap wajah istrinya yang sudah sesak napas menikmati pelepasan yang mereka dapatkan hingga dia tersenyum miring ketika mendapati raut puas dari wajah istrinya."Apakah kau lapar?"Christa menatap Hafens lalu menarik napas dan diam saja selama beberapa saat. Tentu saja dia tidak mau mengatakan apa yang dia rasakan karena teringat dengan yang terakhir kali mereka debatkan. Dia masih ingat bagaimana pria ini menyebutnya sebagai anak pembunuh dan juga sialan. Dua kata-kata yang tidak bisa dan tidak seharusnya dikatakan oleh Hafens padanya yang bahkan sudah mendapatkan semua kata-kata itu saja dia mengetahui tentang dunia mafia."Christa ... Berhentilah marah atau anakku akan kenapa-napa. Katakan padaku kau mau makan apa maka aku akan mencarikannya saat itu juga. Jangan lagi marah seperti ini karena keadaan dan aku bisa bahagia." Hafens berkata seperti menyesal dan wajahnya tampak menyiratkan semua itu.Yang dipikirkan oleh pri
Christa selesai mandi dan dia bisa melihat Hafens yang sudah ada di dalam kamar dan menatap para pelayannya dalam meletakkan makanan. Dia masih memakai pakaian handuk saat ini dan dia menatap wajah Hafens yang tampak santai di depannya."Makanlah, ini semua makanan yang enak dan sengaja disiapkan untukmu. Jangan sampai tidak makan lagi atau nanti keadaan anakku tidak akan baik-baik saja."Christa tak mau lagi berharap banyak agar pria ini memperhatikannya karena itu semua tidak akan pernah terjadi. Yang menjadi prioritas dari Hafens adalah anaknya, bukan dirinya. Dia tetaplah seorang anak pembunuh yang akan menjadi musuh dan duri di dalam daging pria itu. Tanpa bicara apapun Christa duduk di sofa dan memakan makanan yang diberikan oleh Hafens. Percuma kalau dia banyak bicara kamu lakukan sesuatu yang tidak pernah benar-benar membuatnya bahagia. Karena baru meminta salad buah saja dia sudah dimaki, dia hanya tahu kalau pria mempertahankan dirinya karena ada di dalam perutnya."Kau ha
"Saya belum bisa menemukan keberadaan mereka. Bahkan mereka sama sekali tidak pernah mencari tahu tentang anaknya yang hilang. Padahal tidak mungkin mereka belum tahu sementara anaknya sudah ada bersama kita lebih dari dua bulan."Hafens mengerutkan dahinya mendengar itu, mustahil sekali kalau mereka tidak tahu anaknya hilang kecuali mereka memang tidak menemukan informasi apapun."Beberapa teman-temannya apakah tahu kalau dia hilang?""Tahu, Tuan. Kami mengawasi beberapa lama di universitas dan sempat terjadi kehebohan karena Nona Christa hilang. Selain karena dia termasuk salah satu mahasiswa berprestasi, dia juga cantik dan banyak yang menyukainya jadi beberapa mahasiswa pria berniat untuk melakukan pencarian besar-besaran kala itu dan mereka memang melakukannya tapi tidak menemukan hasil apapun. Hal ini membuat saya yakin kalau orang tuanya juga sudah tahu jika Nona Christa hilang, apalagi bisa dikatakan Dia adalah anak satu-satunya. Tetapi sejauh ini tidak ada reaksi atau tidak a
Christa yang berlari ke atas hampir menabrak tubuh Hafens karena pria itu akan turun menggunakan tangga. Jantungnya seperti akan lepas ketika pria itu memegang lengannya dan membawanya ke arah lantai yang lebih lebar, sebelum menatapnya dengan wajah yang kaku pakai sorot matanya menunjukkan kalau dia cemas."Kenapa kau berlari-lari di atas tangga?" tanyanya marah membuat Christa menelan ludahnya."Aku tadi baru saja dari bawah sebentar, aku sudah akan kembali kok," ujarnya seraya menggeliat agar Hafens mau melepaskannya."Apa yang kau lakukan di bawah?" tanyanya membuat Christa menggeleng pelan. "Katakan padaku!""Aku-""Dia mencari angin dan apakah itu akan menjadi masalah bagimu? Bagaimana anakmu akan tumbuh dengan baik di dalam sana kalau kau selalu membatasi setiap hal yang dia lakukan?" Hafens menatap siapa yang bicara di belakangnya dia bertemu dengan Gerson yang terlihat datar menatapnya. Sementara Christa sudah berusaha untuk berontak karena dia takut pria ini malah mengamuk
Selama berjalan pergi dari Gerson, Hafens berpikir beberapa hal yang mungkin bisa dilakukan untuk membuat wanita itu mendapatkan sebuah perhatiannya. Perhatian yang mungkin bisa membuatnya merasa lebih baik daripada tertekan dan membahayakan kandungannya.Tidak bisa, Hafens sepertinya tidak bisa memberikan sebuah perhatian murni untuk wanita itu tanpa adanya campur baur antar anaknya. Baginya anaknya adalah seorang yang sangat penting dan jauh lebih berharga kehidupannya daripada Christa, wanita itu hanyalah seorang anak pembunuh dan bisa dia katakan sampah yang akan dia buang. Dia tidak akan pernah mengistimewakannya karena baginya wanita itu tetaplah seorang rahim yang akan melahirkan anaknya lalu pergi setelah menyelesaikan tugasnya."Bukankah dia menjadi mata-mata selama beberapa tahun di klan Mogera, aku mungkin bisa bertanya padanya tentang apa makanan kesukaan wanita itu. Jika aku melakukannya maka akan lebih mudah untuk membuatnya merasa tersentuh dan perhatian yang kuberikan
Setelah pulang dari menjenguk Albene dan Alex, Christa merasa kehidupannya sudah sangat lengkap dan tidak ada lagi yang harus dia khawatirkan. Ayah angkatnya yang selama ini dia pikirkan dalam diam nyatanya hidup dengan baik walau harus menjadi petani anggur dan bisa dikatakan juga menjadi anak buah dari Hafens."Mau makan apa malam ini? Aku akan buatkan."Hafens menatap wajah Christa yang sedang bertanya padanya sambil membantu melepaskan jas yang dia pakai. Hari ini pelayan semua cuti dan memang sedang memasuki sebuah hari perayaan, dalam satu tahun memang biasanya Hafens akan memberikan para pelayan untuk libur, jadi sekarang yang akan memasak adalah Christa sampai dua hari lagi pelayan akan kembali ke rumah mereka untuk bekerja."Aku sudah meminta anak buah untuk membawa beberapa bahan makanan. Hari ini kita bakar-bakar daging dan beberapa makanan di luar nanti, ini malam pergantian tahun jadi akan sangat bagus kalau berbaquean, Sayang," ucap Hafens membuat Christa tersenyum."Bai
Hafens berhenti melangkah dan menunjuk arah sebuah tempat di mana mereka bisa melihat dua orang pria sedang asyik berkebun. Keduanya terlihat seperti ayah dan anak yang begitu akrab, di bawah pohon anggur keduanya sedang memetik hasil panen dan tertawa satu sama lain seperti membicarakan sesuatu hal yang lucu."Itu mereka? Ayah dan Alex?" tanya Christa tak percaya membuat Hafens bergumam sebagai jawaban.Christa masih tercengang tak percaya Karena ayahnya dan Alex benar-benar mendapatkan perlakuan yang baik dan bahkan menjadi petani anggur di sebuah lahan yang besar. Ada sebuah rumah tadinya yang sepertinya adalah tempat tinggal ayahnya dan Alex, lalu kini dia malah melihat ayahnya dan Alex yang sedang memetik anggur dan bercanda satu sama lain.Dia sempat mengira kalau Ayahnya mungkin berada di sebuah kurungan yang merupakan pembalasan dari Hafens. Tetapi nyatanya ayahnya hidup dengan begitu baik dan bahkan jauh lebih baik dibanding yang dia kira, karena malah menjadi petani anggur wa
Mendengar Hafens mengatakan semua itu, Christa merasa sangat senang. Dia langsung memeluk tubuh suaminya dan mencium rahang tegas Hafens dengan lembut."Terima kasih, aku senang sekali kau mau menuruti permintaan ini dan mau membawaku ke sana. Setidaknya walaupun hanya sekali kau mengizinkannya aku sangat berharap bisa melihat keadaannya. Dia adalah musuh dan kau membencinya, tapi dia tetap orang yang memiliki jasa padaku karena telah membesarkanku. Jadi sedikit banyak aku tidak bisa melupakan tentang hutang budi ini dan aku merasa harus terus mengingatnya karena dia menyayangiku selama bertahun-tahun seperti anakmu sendiri." Christa berkata seraya menatap Hafens dengan tatapan berkaca-kaca karena terharu.Hafens tersenyum pelan dan mengecup bibir Christa dengan lembut sebelum melumatnya penuh perasaan tanpa ada tuntutan sama sekali. Setelahnya dia kembali memeluk tubuh wanita itu dan mengejamkan matanya karena sebenarnya dia mengantuk, tapi dia tidak mungkin meninggalkan Christa dan
"Sudah semuanya?"Christa mengangguk, meringis melihat banyaknya paper bag yang bersusun di depan dan sedang diangkat oleh pelayan toko pakaian, anak buah dan juga security mall."Sepertinya belanja hari ini terlalu banyak dan aku sedikit kalap karena sudah lama tidak belanja. Beberapa hari ini aku melihat pakaian Cherry sedikit banyak sudah mulai sempit karena dia semakin bertumbuh besar. Dia tidak pernah menuntutku untuk membelikannya pakaian baru karena dia selalu berkata kalau masih bisa digunakan maka dia akan selalu menggunakannya. Apakah aku sudah membuat anak-anak terlalu sederhana, Hafens?" tanya Christa membuat Hafens tersenyum dan mengecup pipinya lagi."Itu sangat penting untuk mereka. Mereka harus tetap menggunakan kesederhanaan walau mereka adalah anak-anak kita yang ke depannya sulit kemungkinan mereka akan hidup susah karena aku sudah membuat deposito yang begitu panjang dan bahkan bisa mempunyai hidup mereka sampai mereka tua. Itu untuk mengontrol sikap dan emosi supa
"Tuan Besar Barack, selamat datang."Langsung pemilik universitasnya yang menyangkut kedatangan Hafens, Christa dan Hansen. Cherry sudah masuk sekolah setelah libur dua minggu lebih jadi dia tidak bisa ikut datang melihat universitas kakaknya. Hafens hanya mengangguk dan menatap putranya. Hansen sudah tersenyum dan mencium tangan ibu dan ayahnya, sengaja melakukan semua itu untuk meminta restu belajar. Beberapa mahasiswi memperhatikannya seraya berbisik-bisik, mereka tak pernah bertemu dengan Hansen secara umum karena pria ini jarang keluar dan hanya di rumah saja setiap hari setelah pulang sekolah, makanya sekarang dia yang muncul di hadapan mereka semua membuat para mahasiswi memperhatikannya dengan kagum.Walau tidak semua orang kenal dengan Hansen karena pria itu selalu menyembunyikan dirinya, tapi dari mulut ke mulut mereka bisa menemukan fakta dan juga beberapa ciri-ciri tentang yang merupakan anak mafia dan juga penguasa terbesar di Klan ini. Bukan sebuah rahasia, karena bagaim
Hari kelulusan tiba dan Hasan berhasil mendapatkan nilai yang baik. Dia libur selama beberapa hari sebelum akhirnya masuk ke dalam universitas, tak ada lagi yang bisa mengganggu seperti dia berada di sekolah menengah ke atas, karena Claudia juga sudah semakin diam dan tidak banyak mengganggu sejak dia terakhir kali mengancamnya. "Kalau nanti sudah di universitas, kau akan sangat sibuk. Tetap yakin mau pulang pergi dan tidak menginap di asrama?" tanya Christa seraya menemani putranya itu memakan potongan buah."Ya, Bu. Aku akan tetap pulang pergi. Ayah sudah memberikan aku satu mobil jadi aku akan menggunakan itu dan tidak mau menginap di asrama. Menginap di asrama terlalu jauh dan juga lama, aku tetap mau pulang melihat Ayah, Ibu dan adik. Bagaimana tidak begitu jauh jaraknya dari rumah kita dan aku akan tetap bisa pulang setiap selesai pembelajaran." Handphone berkata sambil menggeser tabletnya dan belajar kecil-kecil.Christa tersenyum pelan mendengarnya. "Kalau kau punya teman dan
Hafens melihat halaman belakang dimana istrinya sedang duduk di atas matras dan melakukan senam yoga. Dia mengakui Christa pasti akan selalu melakukan kegiatan dan gaya hidup sehat yang biasa dilakukan oleh wanita yang menginginkan bentuk tubuhnya bagus dan sempurna.Christa juga biasa gym dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk kesehatan tubuhnya, membuat Hafens kadang suka memperhatikannya dari jauh."Wanita yang dulu hampir putus asa itu, sudah bisa melihat dan menyaksikan masa depannya yang dulu suram. Aku berharap bisa terus menjadi bagian dari masa depanmu, Christa."Ini bukan hanya soal kisah dendam antara mafia, juga ada kisah cinta dan pelajaran hidup. Semuanya lengkap dan Hafens merasa semua yang dia rasakan lebih baik dan tidak ada yang harus diubah. Wanita itu dengan segala macam hal yang dia punya membuat Hafens merasa jatuh cinta tanpa paksaan, hingga tak terasa nyatanya sudah hampir delapan belas tahun mereka bersama."Tuan butuh sesuatu?"Hafens menatap pelayan itu dan me
Hafens menatap putranya yang baru kembali, hingga dia menaikkan alisnya dan mengajak Hansen duduk di kursi sebelah taman dan agak menjauh dari rumah."Kau baru dari satu tempat?"Hansen mengangguk dan menatap ayahnya. "Menemui pria tua bangka yang tidak pernah mau mati itu. Aku kesal karena anak perempuannya suka mengganggu Cherry dan terang-terangan melakukan aksi pengejaran karena dia suka padaku. Hanya dengan melihat dia mati maka keluarga itu akan berhenti untuk melakukan hal yang menyebalkan," ujarnya datar membuat Hafens tersenyum kecil."Ayah sudah mendengar apa yang dikatakan oleh Cherry tadi, dia mengadukan hal itu pada ibu kalian. Sepertinya keputusan Ayah untuk memindahkannya sekalian adalah hal yang baik, tapi kemudian Ayah berpikir untuk memindahkan anak itu saja kalau misalnya tidak memungkinkan. Bagaimanapun satu tahun lagi Cherry akan segera lulus dan dia membutuhkan tempat yang sama untuk mendapatkan nilai yang baik sesuai dengan harapannya. Kalau pindah sekolah maka
Beberapa tahun kemudian ...Hansen menatap wajah adiknya yang tampak merah padam dengan tatapan kesal."Bisa-bisanya Claudia mengatakan semua itu! Aku kesal padanya, dia sudah keterlaluan!"Hansen tersenyum pelan, mengacak rambut adiknya itu dengan gemas. "Sudah kukatakan abaikan saja dia," ucapnya santai. "Kita akan segera lulus dari sekolah ini, kenapa harus peduli dengannya? Aku dan kau akan pergi ke universitas yang tidak semua orang bisa memasukinya. Kau dan dia tidak akan pernah bertemu lagi."Cherry menarik napasnya beberapa kali dengan tak beraturan hingga membuat Hansen tersenyum dan membawanya ke arah kantin. Dia tahu apa yang terjadi pada Cherry makanya tidak mengatakan banyak hal. "Makanlah, aku akan membayarnya." Hansen berkata seraya mendudukkan diri dihadapan adiknya yang sudah duduk di kursi seberang. "Kau mau makan apa, katakan saja."Cherry menghela napas, merasa lebih baik karena kakaknya selalu tahu kalau dia marah maka akan memberikannya makanan yang banyak untuk