***Mata Helmi terbelalak saat melihat layar ponselnya. Dia sungguh tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Siapa yang mengirimkan ini padanya?"Apa apaan ini?"Naima tidak peduli dengan apa yang Helmk lihat, dia memalingkan wajahnya. Hatinya sudah terlalu panas, marah dengan apa yang suaminya katakan tadi."Naima, Apa ini?" Helmi menunjukan layar ponselnya menghadap pada Naima.Sebuah foto Naima dan Sakti saat berada di rumah sakit tempo hari. Dari pandangan Naima tidak ada masalah dengan foto itu. Pasalnya saat kejadian, dia dan Sakti hanya berinteraksi seperti biasanya. Namun, sudut pengambilan foto itu terlihat aneh. Sakti terlihat sedang mendekat pada Naima dengan posisi menunduk. Sehingga terlihat seperti mereka sedang berciuman. Dan hal itu yang membuat Helmi menjadi salah paham.Naima pun terbelalak. "Apa maksudnya? Siapa yang mengambil foto itu?""Gak penting siapa yang mengambil. Yang Abang tanyakan, apa yang kalian lakukan?" Kemarahan Helmi semakin menguasai dirinya."Kami
***Malam harinya Naima memutuskan untuk tinggal di rumah sakit, menemani sang putra yang masih belum ada perkembangan. Dengan ditemani Nara, Naima menginap di kamar VVIP khusus untuk keluarga pasien. Sementara Sakti pergi untuk mengurus urusan lain. Selang beberapa lama, Radit dan Rinjani datang melihat keadaan Arthur. Naima menceritakan bagaimana tadi Helmi menuduhnya dan Sakti yang tidak-tidak.Radit dan Jani tampak sangat marah. Semua yang terjadi hari ini juga disampaikan pada besan mereka. Helmi sudah sangat keterlaluan, terpengaruh dengan perkataan Sherra pasti. Semenjak Bara dan Andita mengusir Helmi dari rumahnya, Helmi bahkan tidak menghubungi sepasang suami-istri itu lagi.Di sini lain, Helmi yang masih dikuasai emosi mengamuk begitu sampai di rumah. Sherra bertanya apa yang terjadi, tapi dia tak menjawab pertanyaan apa pun. Yang Helmi lakukan adalah masuk ke kamar dan melampiaskan kemarahannya pada benda-benda di sekitar."Aaaarrggg …!" Dia marah entah karena kebodohannya
***Seorang Helmi Antaraksa, putra tunggal Bara Antaraksa, pemilik Antaraksa property Group. Menyerahkan dirinya ke kehidupan yang serba kacau. Diawali dari ketidak jujurannya, terlalu percaya kepada seorang wanita, dan mudah tertarik dengan sesuatu yang membuatnya penasaran. Saat ini telah pun merasakan bagaimana akibat dari kesalahannya.Siapa yang peduli padanya sekarang? Pekerja tidak punya, keluarga tidak ada. Semua orang sudah meninggalkannya. Terlihat sangat dia sedang tidak bersemangat untuk hidup. Helmi membiarkan dirinya dikuasai rasa bersalah. Helmi tak sadarkan diri, sudah terlalu mabuk.Dua orang pria datang menghampiri Helmi. Mereka membawa Helmi keluar dari klub malam itu. Helmi dibopong keluar menuju parkiran. Dua pria tak dikenal tersebut akan mengantarkannya pulang ke rumah."Kalian siapa?" Dalam keadaan setengah sadar, Helmi menatap nanar pria yang berada di sampingnya, lalu beralih pada pria yang sedang menyetir."Kami ...."Belum sempat pria di sampingnya menjawab
***Keesokan harinya, Naima dikejutkan oleh semua orang yang berkumpul di ruang keluarga. Dia yang baru pulang dari rumah sakit, diminta untuk ikut duduk bersama mereka. Radit, Rinjani serta Sakti, memintanya untuk membuat keputusan, antara melaporkan perselingkuhan sang suami atau melaporkan sherra yang mencoba mencelakainya.Itu sebuah pilihan yang berat bagi Naima. Dia memang berniat melapor pada polisi mengenai masalah yang ditimpanya, tapi tidak dengan keadaan sekarang. Lagi pula saat ini Naima keberatan dengan pilihan yang pertama. Tidak mungkin dia melaporkan suami sendiri. Ayah dari anak-anaknya. Walaupun rasa sakit yang dirasakan akibat dari perbuatan Helmi masih perih di dadanya. Tapi dia benar-benar tidak tega melihat kedua buah hatinya kehilangan sosok ayah. Baginya ini, masalah rumah tangganya masih bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan.Lalu, bagaimana dengan pilihan yang kedua. Melaporkan Sherra yang mencoba menyakitinya. Tapi dia sangat tidak tega melihat keadaan
***"Sherra sebenarnya adalah pion yang digunakan Liany untuk balas dendam pada kita. Terutama pada keluarga kita. Sebab itulah kamu dan Naima menjadi sasaran utamanya," jelas Bara kemudian."Balas dendam seperti apa?" tanya Helmi yang semakin penasaran. Dia tidak pernah tau tentang semua masalah ini."Rencana untuk memisahkan kalian. Kamu dan Naima, dan sekarang rencana mereka berhasil. Liany adalah ibu kandung Sherra. Dia adalah mantan kekasih Papa dulu. Kalian berpisah gara-gara perbuatannya." Kata-kata Bara terdengar lirih."Tidak mungkin, Sherra punya orang tua." Helmi mulai emosi."Mereka hanya orang tua angkat Helmi. Mereka masih ada hubungan keluarga." Kali ini Andita menjawab, dia sudah marah dengan sang putra."Helmi, apa kamu tidak sadar kalau semua ini juga adalah kesalahanmu? Lihat, bagaimana dengan rumah tanggamu sekarang!" Bara juga mulai emosi.Helmi terdiam, di saat seperti ini dia seharusnya memikirkan masa depan rumah tangganya. Tapi, Kasih sayang yang dia berikan p
*** Kejadian yang tiba-tiba ....Wanita itu tergeletak di lantai. Sontak membuat Helmi berjongkok merangkulnya.Helmi menepuk pelan pipi wanita itu. "Sherra, bangun!" Kepanikan langsung terjadi, dia segera berteriak meminta bantuan. "Tolong! Pak … tolong!" Bagaimanapun juga, Sherra adalah wanita yang pernah membuatnya jatuh hati. Semarah apapun Helmi saat ini, masih saja ada rasa kepeduliannya. Namun, apakah rasa cinta masih dia rasakan?Sesaat kemudian, seorang petugas yang berjaga di depan pintu ruang interogasi itu masuk. "Ada apa, Pak!" "Istri saya pingsan. Tahan pintunya, saya akan bawa dia ke rumah sakit!" Helmi pun bangkit dengan tubuh Sherra di gendongan. Tanpa pikir panjang dia keluar bergegas keluar dari ruangan. "Ba–baik, Pak!" Saat berada di luar, seorang petugas menghampirinya. “Ada apa, Pak Helmi?” “Saya harus segera ke rumah sakit, dia tiba-tiba pingsan.” Sambil terus berjalan dengan cepat Helmi menjawab. “Tapi Pak, harus lakukan prosedur keluar dulu.” Langkah k
***Rinjani langsung merasa ada yang salah. "Sakti, ada apa? Kenapa kamu seperti ini?"Dia ingat kebiasaan sang putra yang langsung meminta maaf jika melakukan kesalahan. Dan benar …."Ma, maaf … maafkan aku. Naima hilang …," ucap Sakti tertunduk di bahu Rinjani.Lengan Sakti lantas di dorongnya. "Hilang? Hilang bagaimana?"Sakti terdiam sejenak. "Papa pingsan di gerbang depan. Kata satpam, Papa jatuh setelah mengejar mobil dari arah dalam.""Lalu?""Aku rasa ... itu kerena Papa berusaha ngejar Naima."Degh … Rinjani mulai panik. "Ma-maksud kamu, Naima ... dibawa orang?""Iya, Ma. Pak Ahmad juga sedang diobati di dalam. Beliau terluka karena nyoba nolongin Naima tadi," lirih Sakti.Seketika itu Rinjani limbung, kakinya terasa lemas. "Ya ... Tuhan …."Dengan sigap Sakti menopang bahu mamanya. "Ma, Mama …." Lalu menuntun wanita itu duduk di kursi koridor.Sungguh pukulan berat bagi seorang ibu jika mendengar kabar buruk seperti ini. Rinjani tak berpikir, firasatnya buruknya akan menjadi
***Setelah melihat rekaman CCTV itu. Sakti keluar dari ruangan kontrol dengan amarah yang tertahan. Di tangannya sudah menggenggam hasil rekaman CCTV. Tapi sayang wajah pelaku tidak terlihat. Hanya nomor plat kendaraan yang mereka dapat.Di tempat parkir, mereka mulai mengatur strategi. Kali ini jangan sampai ada yang salah."Daff, hubungi Komandan Irwan sekarang. Minta tolong lacak nomor plat mobilnya!" perintah Sakti setelah menyerahkan Flashdisk di tangannya pada Daffa."Baik, Bos. Kira-kira siapa pelakunya?"Wajah Sakti sudah merah padam. "Hanya satu orang yang kita curigai, tidak ada orang lain yang punya dendam dengan keluarga Helmi. Sekarang malah Naima yang jadi korban. Sial!"Braakk!!Satu pukulan ringan Sakti berhasil membuat kap mesin mobil berbunyi keras. Kepalanya tertunduk dan matanya terpejam. Pukulan itu lumayan keras, sehingga Daffa pun tersentak mendengarnya. Itu baru sebagian kecil kemarahan yang dia luapkan.Daffa terdiam sejenak, lalu memberanikan diri untuk berb
*** "Kamu meragukan dirimu sekarang, Fian? Apakah tekadmu hanya akan sampai di sini?" Naima bertanya melengkungkan alisnya. Tatapannya mengharapkan jawaban yang tak ingin ada keraguan. Bukankah hatinya kini bisa terbuka karena kegigihan pria dihadapannya."Tidak, bukan begitu, Ima. Apa aku tidak terlalu jahat jika nantinya memisahkan kebersamaan ayah dan anak? Aku tidak akan mundur, aku sungguh ingin hubungan kita berhasil, dan kamu akan aku jadikan wanita paling bahagia di dunia ini." Alfian tak ingin Naima salah sangka dengan perkataannya.Naima tersenyum simpul menanggapi hal ini. "Dokter Alfian, kamu meragukan keberhasilan hubungan kita karena Helmi?""Aku memikirkan anak-anak, Sayang." Dia mengungkapkan isi hatinya.Naima menghela napasnya sejenak, dia mengerti jalan pikiran kekasihnya saat ini. "Fian, nggak ada yang perlu kamu khawatirkan. Anak-anak tidak akan kekurangan kasih sayang dari ayahnya. Malahan mereka akan sangat beruntung mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari s
***Sementara itu di rumah sakit.Bara dan Andita masih berusaha mayakinkan Helmi untuk mendapatkan pengobatan secara intensif. Setelah dokter menyampaikan hasil tes hari ini. Helmi menjadi keras kepala. Dokter mengatakan bahwa Helmi terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, ditambah lagi dengan pola makannya yang tidak teratur dan istirahat yang sangat sedikit. Sehingga kini dia mengalamai perlemakan pada hati. Helmi masih harus melakukan beberapa tes lagi setelah ini, untuk mendeteksi apakah ada gejala lain lagi pada hatinya. Perlemakan pada hati akan semakin parah jika tidak mendapatkan penanganan yang benar. Andita juga meminta Helmi untuk tinggal lagi bersamanya. Tinggal sendirian di rumah itu hanya akan memperparah kondisi Helmi. Tidak ada yang memperhatikannya secara intens."Helmi baik-baik saja, Ma. Ayolah ... Helmi hanya mau tinggal sendiri saja." Pria itu memohon lagi. Wanita kesayangannya itu masih memaksanya untuk pindah kembali ke rumah utama."Setelah apa yang terjadi sama
***Kembali dari rumah sakit Naima langsung bersih-bersih dan merebahkan diri di kasur. Efek lelah karena begadang semalaman, Naima ingin istirahat dengan tenang. Setelah kondisi Helmi dia sampaikan kepada keluarganya, mereka pun ikut lega mendengar hal itu . Sepuluh menit setelah berbaring, ponselnya berbunyi. Benda itu lupa dia bawa kemarin. Tentu banyak panggilan yang masuk.Semalam ketika Mamanya memberitahu bahwa Helmi berada di UGD, mereka semua bergegas ke rumah sakit. Hingga Naima lupa memberitahu Alfian tentang hal ini. Dia merasa bersalah kepada kekasihnya itu.Permukaan kasur dirabanya. Benar saja, ponsel Naima berbunyi karena panggilan masuk dari Alfian."Halo." Terdengar helaan napas dari pria itu. "Akhirnya kamu jawab juga, Sayang."Naima paham kenapa Alfian berkata seperti itu, dia pun langsung menjelaskan. "Fian? Maaf semalam aku di rumah sakit, lupa bawa ponsel. Aku juga minta maaf lupa kasih tau mama untuk ngabarin kamu." "Iya, aku udah tau kok. Semalam waktu aku
***Beberapa hari kemudian.Ketika jam makan siang, Rafka--sekretaris Helmi merasa sedikit khawatir, melihat sang bos tampak tidak sehat. Meskipun tau sedang tidak baik-baik saja, Helmi tetap memaksakan dirinya untuk pergi rapat dengan klien. Sore harinya, Andita ditelepon oleh sekretaris Rafka untuk mengabarkan tentang kondisi sang putra. Helmi menolak dibawa ke rumah sakit, sehingga sang sekretaris pun terpaksa mengantar pulang ke rumah. Andita dan Bara pun bergegas ke rumah Helmi untuk memastikan keadaannya.Saat masuk ke dalam rumah, Andita di sambut oleh ART. “Helmi udah pulang kan, Bi?”“Iya, Nyonya, Tuan Helmi udah naik ke kamarnya, baru lima belas menit yang lalu,” jawab sang ART menjelaskan. “Tuan Helmi kelihatannya tidak sehat, Nyonya. Tapi saat saya tanya, katanya nggak apa-apa.”“Iya udah, saya langsung naik aja.”“Baik, Nyonya, Tuan.”Pintu kamar Helmi langsung dibuka. Sang putra terlihat tengah berbaring di tempat tidur. Andita dan Bara langsung menghampiri. Saat mereka
Hari ini hari pertama Naima dan Alfian sebagai sepasang kekasih. Berita bahagia ini tak ingin disimpan lebih lama, Alfian bermaksud untuk mengatakan secara langsung kepada kedua orang tua Naima. Alfian pun mengantar Naima pulang kerja, sekalian bertemu dengan orangtua kekasihnya itu.Sebenarnya Naima masih mau merahasiakan ini dulu. Tetapi Alfian membujuknya untuk segera mempublikasikan kepada orang terdekat. Alfian ingin segera membagi kebahagiaannya dengan semua, yang pada akhirnya Naima pun menyetujui. Ketika Naima memasuki rumah, semua orang sedang berkumpul di ruangan keluarga. Mama, Papa, serta anak-anaknya ada di sana. Sedangkan Sakti dan Nara masih belum pulang dari bulan madu. Naima merasa sedikit gugup saat harus mengatakannya secara langsung. Begitupun Alfian, dia juga merasa sedikit gugup. "Naima, ada Alfian di sini, kenapa nggak kamu suruh duduk? Malah berdiri dua-duanya?" tanya Rinjani."Ini, Ma, Pa … Alfian mau ngomong sesuatu." Mata Naima beralih pada Kiran dan Arthu
"Kalau kamu tidak dengar, ya sudah? Bukan aku yang rugi." Naima memanyunkan bibirnya. Mengalihkan pandangannya ke arah lain. Wajahnya telah memerah, sedikit merasa malu dengan ucapannya sendiri."Aku dengar, aku dengar. Kamu nggak usah ulangi. Akhirnya, kamu menyukaiku? Kamu benar-benar menyukaiku?" tanya Alfian penuh semangat, dan menarik Naima hingga berhadapan dengannya. Mereka pun saling pandang, menatap dalam mata masing-masing. Debaran jantung mereka saling berpacu, terbawa suasana hati yang sangat tak bisa dikendalikan. Terukir senyuman bahagia dari wajah mereka. Entah kenapa Naima tiba-tiba mengatakan hal itu. Dia sudah berpikir lama tentang perasaannya. Awalnya Naima tak mau lagi memikirkan kehidupan percintaan. Gagal satu kali sudah cukup, dia tak akan mengulanginya lagi. Namun, seiring berjalannya waktu. Perhatian yang Alfian tunjukkan semakin membuatnya berpikir, kenapa dia tidak mencobanya saja. Perasaan sukanya pada Alfian adalah nyata. Jika Naima menolak, bukannya aka
***Tiga bulan kemudian ….Keadaan pun semakin membaik. Setelah semua hari yang buruk, saat bahagia pun akan datang. Tak selamanya manusia akan tenggelam dalam keterpurukan. Satu waktu ada saatnya dia untuk bangkit dan menjalani hari yang baru. Kehidupan akan terus berjalan dan berputar. Ada kalanya seseorang berada di atas, dan ada kalanya berada di bawah. Biarbagaimanapun tidak ada yang akan baik-baik saja tentang sebuah perpisahan, itu adalah perasaan sedihnya. Yang terpenting bagaimana kita memulai dari awal dan kemudian mengakhirinya ditempat yang sama.Naima, telah melewati banyak hal dalam beberapa bulan ini. Beruntung dia sangat kuat dan tegar. Beruntung dia mempunyai keluarga yang sangat menyayangi dirinya. Beruntung dia mempunyai dua buah hati yang menjadi sumber kekuatannya. Dan dia juga sangat beruntung memiliki orang yang sangat mencintainya. Saat ini ….Di kediaman Sanjaya. Sedang berlangsung perhelatan besar. Di depan rumah terpasang tenda tinggi dari pagar hingga ke
***Dini hari itu, setelah Sherra ditemukan di pinggiran sungai, kehebohan tiba-tiba terjadi di rumah sakit. Wanita itu dibawa tanpa identitas, pihak rumah sakit tak tau harus menghubungi keluarganya kemana. Warga yang membawa wanita itu pun tak tau apa-apa. Rumah sakit pun memutuskan untuk melaporkan ke kantor polisi. Karena mereka menduga pasien itu merupakan korban sebuah tindakan kejahatan.Pihak kepolisian segera turun tangan dan mengusut kasus ini. Wanita itu terbaring lemah di ranjang dengan selang infus, oksigen serta alat pendeteksi detak jantung yang menempel di tubuhnya. Hingga pagi harinya, Bawahan Bara datang dan mengatakan bahwa dia adalah orang yang mereka cari. Sehingga berita itu langsung mereka sampaikan ke atasan mereka. Banyak sekali bekas luka di pergelangan tangan Sherra, sekujur tubuhnya juga dipenuhi luka. Hal itu pun menjadi perbincangan para perawat. Meraka sangat prihatin melihat kondisi wanita itu. "Maya … kira-kira kenapa tubuh pasien wanita di kamar itu
***Pukul 01.00 dini hari, di area gudang tempat Sherra disekap. Tiba-tiba terdengar suara yang sangat keras, seperti ada benda menabrak sesuatu yang keras. Sherra yang berada di dalam kamar, terbangun karena terkejut. Entah keributan apa yang terjadi di luar sana. Tiba-tiba ada seseorang yang menerobos masuk. Sherra berteriak, seorang pria dengan pakaian serba hitam berdiri di hadapannya.Pria itu berdiri tanpa melakukan apa pun. Dia terus menatap pada Sherra yang telah ketakutan. Mata wanita itu melihat pada pintu yang terbuka lebar. Dia pun mengambil kesempatan untuk kabur. Namun, ketika dia berada tepat di depan pintu, satu orang pria lain, menyergap dirinya. Mulut Sherra dibekap dengan tangan kekar pria itu. "Ermmm … ermmm …." Sherra terbelalak, meronta minta dilepaskan. Sesaat kemudian, tubuhnya tiba-tiba diangkat, dia terus berteriak dan meronta. Sherra dibawa pergi dari pintu belakang. Menuju ke sebuah mobil yang telah menunggu mereka. Kemudian dia dilemparkan masuk kedalam