“Bukan aku, Kim!” “Aku juga bukan!” “Bukan aku, brother. Aku tidak berani membangunkanmu seperti itu” “Lalu siapa?” tanya Kim. Ketiga brother menunjuk ke arahku, lalu mereka berucap. “She!” “She” “She!” Kim segera menoleh ke arahku yang terbaring di sampingnya, aku telah melihatnya dengan wajah kesal. “An, kamu sudah bangun!” ucapnya dengan senang dan ingin memelukku. Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah lain, “Tidak boleh memelukku, bukankah kamu sedang marah padaku? Kamu tega sekali! Membiarkanku seperti ini” kesalku. Dengan wajah ramah dan tersenyum, he menjawab “Tidak, aku tidak bermaksud begitu. Aku sangat senang kamu membangunkanku. Apakah ada sesuatu yang aku lewatkan?” Aku melihat ke depan, melihat wajah Kim. Seketika itu aku memasang wajah sedih dan menangis. Air mataku jatuh membasahi pipi dan membuat Kim yang tidak mengetahui apapun jadi panik. “Ada apa dengan An?” tanya Kim. “An tidak bisa bangun, tubuhnya terasa sakit sekali. Aku rasa itu karena she di
Gua wanita terkutuk, lembah kematian. Tidak ada cara turun dari gua wanita terkutuk ini, Kim pun menggendong diriku dan he mulai terbang dengan kemampuan magisnya. Membawaku menghampiri ketiga brother. Meski hanya sebentar menggendong diriku, pria ini mencuri perhatianku. He menatapku penuh dengan cinta yang membuat wajahku memerah. Aku dan Kim tiba di tempat ketiga brother. “Kalian lama sekali, kita harus segera kembali ke istana!” ucap Kazame sembari memberikan kuda milik Kim pada Kim. “Oh, maaf. Baiklah, mari kita kembali!” jawab Kim mengambil kudanya dari Kazame. Aku mendengar apa yang dikatakan pria ini menatapnya dengan wajah kesal, ya bagaimana tidak. Mereka seakan-akan lupa dengan janji mereka. “Jadi, kita akan segera pulang? Kalian tidak melupakan sesuatu kan?” tanyaku. “Tidak, kami tidak lupa!” jawab Kazexian. Aku tersenyum sinis sembari melipat-lipat tanganku yang berbunyi “Prokkk!” aku mendekati Kazexian lalu berucap “Kamu yakin? Aku sudah sejauh ini loh mengikuti p
Kim mempererat peganganku, he hanya tersenyum manis yang tidak lama kemudian naga ini mulai terbang ke angkasa. Sekarang kami berempat berada di ketinggian, dan dapat melihat desa yang diserang oleh naga. Penduduk desa yang melihat naga terbang itu segera berlari bersembunyi, namun ketika melihat siapa yang menunggangi naga itu membuat mereka berhenti. Ya mereka melihat ke empat pangeran. Ketua desa pun tersenyum, he senang akhirnya naga legenda itu berada di tangan manusia yang baik hati. Aku melihat pemandangan indah dari sini, aku tersenyum manis. Terbang bersama naga dan pria ini sama seperti naik pesawat hanya saja jika di pesawat hanya bisa melihat pemandangan dari satu arah, yakni duduk di dekat jendela tetapi jika dengan naga ini, aku bisa melihat kanan dan kiriku pemandangan yang indah. Aku berpegangan pada pinggang Kim, Kim memegang erat tanganku dengan senyum seraya berucap “Jangan melepaskan pegangan, meski ini pemandangan yang indah. Kamu bisa terjatuh dari ketinggian in
Tanpa disadari kelelawar vampire terbang dan hinggap tepat di belakang diriku, di kasur. Lalu kelelawar vampire berubah menjadi manusia. Tiba-tiba aku merasakan ada seseorang di belakangku. “Syeett!!” seseorang secepat kilat meletakan kedua tangannya di pundakku yang membuatku terkejut dan tidak bergerak. Perlahan-lahan tanganku meraih kayu balok yang kuletakan di dekatku, di samping tempat tidur ini. Aku merasakan orang ini mengeluarkan suara mengerikan, “Hhhh!” Aku panik dan segera mengambil kayu balok lalu memukulnya. “Buukkk!!” aku memukul orang ini berulang kali hingga orang ini bicara padaku. "An, hentikan! Ini aku, Akira!” ucapnya. Aku mengenal suaranya, aku pun segera berhenti memukulnya. Akira yang kupukul menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, aku tidak bisa melihat wajah Akira pun mendekatinya. Aku mendekatinya perlahan-lahan, kucoba tanganku meraih dirinya. Namun sebelum diriku meraih tangannya, Akira memegang erat tangan dan menyerang diriku. “Aaaaaa.....!!”teria
Perlahan-lahan matahari mulai tenggelam, burung-burung berkicau dan terbang ke arah matahari yang tenggelam. Langit mulai berubah warnanya menjadi gelap. Bintang- dan bulan kembali bersinar. Angin berhembus sejuk bersamaan dengan datangnya kegelapan. Akira masih bersamaku, dan kini kami duduk di beranda rumah dengan api unggun untuk menghangatkan badan. “Akira, selama aku pergi kamu baik-baik saja kan?” “Ya, aku sangat baik. Apakah kamu mengkhawatirkanku kalau aku menghisap darah gadis lainnya?” “Tidak, aku tidak mengkhawatirkan itu.” “Lalu apa?” “Aku khawatir kehilanganmu, hanya kamu yang mengetahui diriku” Akira tersenyum manis, he pun memeluk diriku dengan satu tangannya. Aku membaringkan kepalaku di pundaknya sembari melihat bintang dan bulan yang indah. Dari kejauhan, seseorang telah memberi sinyal pada Akira untuk segera pergi. Akira tersenyum ke arah orang tersebut. “An, aku harus pergi. Maaf, malam ini kamu akan sendirian”ucapnya. Aku pun segera menjauh dari Akira, “K
“Kamu hebat sekali tadi! Dari mana kamu bela seni bela ini?” sapa Kanzuka. “Terima kasih, pangeran. Saya hanya membantu, saya hanya pengelana yang kebetulan melintas disini dan terjebak di kota ini” jawab Tuan Ederra yang menyamar. “Senang bisa bertarung bersamamu, tuan penggelana!” “Ya, saya juga merasa terhormat dapat bertarung dengan keempat pangeran!” “Sebenarnya vampire-vampire ini berasal dari mana?” tanya Kazame. “Pangeran, saya rasa vampire-vampire ini berasal dari perbatasan. Wilayah kita berbatasan dengan vampire. Kemungkinan sekarang vampire-vampire sedang haus darah” jawab Tuan Ederra. “Perbatasan?” tanya Kim. “Ya, pangeran Kim. Perbatasan wilayah manusia dan vampire untuk saat ini tidaklah aman. Sangat berbahaya, bahkan saya pun tidak bisa pergi ke wilayah itu sekarang. Saya tidak bisa pergi ke desa-desa, karena desa di perbatasan sangat kacau” jelas tuan Ederra. Keempat pangeran hanya memberi bahasa isyarat, lalu mereka pergi meninggal kan tempat ini kembali ke is
Pagi hari yang cerah dan udara sejuk di hutan ini, burung-burung berkicau menyambut pagi yang indah. Binatang liar di hutan ini mulai mencari makan, dan kegelapan tidak lagi menguasai tempat ini. Aku bersama Kim pulang ke rumah sembari menggandeng tangan di sepanjang perjalanan. “Aku sangat senang bisa bersamamu pagi ini, bagaimana denganmu?” ucapku. “Ya, aku pun juga. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Apakah rumahmu saat ini aman? Beberapa hari ini vampire telah menyerang perbatasan. Aku takut terjadi sesuatu padamu, karena itu lah aku datang kemari. Aku tidak mau sesuatu terjadi padamu.” “Rumahku aman, dan aku baik-baik saja. Para vampire menyerang perbatasan, tapi aku sama sekali tidak melihat ada vampire yang menyerang di tempat ini atau vampire berkeliaran.” “Karena itu lah aku ingin kamu berhati-hati!” Hingga kami tiba di rumahku, aku dan Kim duduk di beranda rumah sembari menikmati panasnya cahaya matahari yang bagus untuk kulit. Kim duduk di belakangku, he memelukku d
Setelah beristirahat perjalanan kembali dilanjutkan, aku merasakan kereta kuda ini berjalan kembali. Aku tidak tahu ini akan pergi kemana. Di samping diriku pun telah duduk seorang pria. Mereka yang ada di kereta ini tidak membicarakan sesuatu sedikit pun. Hanya suara hening dan suara langkah kaki kuda yang terdengar olehku. Hingga aku mendengar seseorang bicara pada orang lain dan suara keramaian. “Apa yang kamu bawa?” tanya seorang pria pada kusir. “Sesuatu yang istimewa” jawab kusir dengan singkat. “Jika begitu saya harus memeriksanya!” “Hai, tunggulah! Aku kan bicara dengan tuanku!” ucapnya mencegah pria memeriksa bagian belakang. “Ya baiklah, aku akan menunggu!” jawabnya. Kemudian kusir pun melihat ke belakang, membuka tirai yang menutupinya. “Tuan Ederra, kamu harus menemui orang ini!” ucapnya. Tuan Ederra pun segera keluar dari kereta kuda, he menemui penjaga. Tidak jauh dari sini adalah tempat keramaian, tempat berkumpulnya pria-pria dari berbagai profesi seperti bandi