Untuk sementara waktu, sepertinya Firna tidak bisa untuk diajak bicara. Ia masih saja diam dengan sorot mata yang kosong. Jihan hanya bisa menduga jika sebenarnya Firna sudah mengetahui masalah Danu yang kembali menikah. Jihan yakin hal itu.Jihan semakin dibuat tidak suka pada Danu. Baginya Danu adalah pria tak bertanggung jawab. Pria serakah dan pria yang tidak tahu diri. Entah apa yang sebenarnya ada dipikiran Danu. Kenapa menikah, menikah dan menikah yang ada di pikiran Danu. Jihan menarik napas dalam, ia tengah mengumpulkan keberanian untuk menghampiri Firna. Ia harus bisa menghiburnya jika memang masalah yang terjadi saat ini erat hubungannya dengan Danu.Dengan pelan Jihan berjalan menghampiri Firna. Saking tengah melamun, Firna sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Alhasil ia pun langsung duduk di samping Firna.Tangan Jihan terangkat hendak menyentuh pundak Firna. Namun terhenti di udara. Ia seperti ragu untuk mengganggu Firna. Mungkin saja untuk saat ini Firna ingin se
Tubuh Viona langsung terasa lemas, saat mendengar dari mulut Danu jika dirinya memiliki istri selain dirinya. Ya, Viona akui ia memang bukanlah wanita baik. Tapi, sungguh tahu jika dirinya bukanlah wanita pertama untuk suaminya hatinya terasa begitu sesak. Sakit namun tidak berdarah.Perlahan tubuh Viona ambruk dengan derai air mata yang sudah menganak sungai. Danu ikut berjongkok ia berusaha untuk meluluhkan hati Viona. Danu tak mau pernikahan yang baru saja satu minggu itu kandas begitu saja. "Vio sayang, tolong dengarkan dulu alasannya. Kenapa mas melakukan hal ini," ujar Danu berusaha mengambil hati Viona.Viona sama sekali tidak ingin mendengar apa pun dari Danu. Ia sudah teramat kecewa. Hatinya sakit dan tentunya malu sendiri. Bagaimana kata orang jika mereka tahu nasib rumah tangganya hancur hanya karena tahu dirinya adalah wanita kedua.Padahal usia pernikahannya saja entah pantas disebut apa, seumur jagung? Bukan karena ini baru berlangsung satu minggu."Viona, tolong jangan
Pagi-pagi sekali sekitar pukul enam pagi. Firna sudah pergi dari rumah Jihan. Dan sekarang dia ada di depan rumah minimalis milik Danu. Tiba-tiba air matanya luruh tatakla ia mengingat kejadian di mana Danu begitu mesra dengan wanita lain yang ternyata istri barunya.Hatinya terasa begitu sesak, bagaikan dilongsori ribuan batu kerikil yang semakin lama semakin terasa sakit dan sesak. Dulu ia sama sekali tidak terpikirkan akan ada di posisi ini. Mungkin karena ia berpikir dan bertindak tidak menggunakan hati nuraninya tapi mengikuti hawa nafsunya saja. Hanya karena Danu cinta pertamanya sehingga ketika bertemu kembali dengan Danu cinta yang dulu mulai bersemi lagi.Bodohnya lagi, saat dulu dirinya tahu ternyata Danu sudah beristri harusnya ia yang mengalah karena secara tidak langsung dirinya telah menjadi duri dalam rumah tangga Jihan dan Danu kala itu. Namun apa yang dia lakukan? Dia terus bertahan, dirinya tidak mau mengalah hanya karena rasa yang bernama cinta.Firna mencoba untuk
Viona marah saat tahu dirinya adalah istri ketiga. Meksipun istri pertama sudah resmi bercerai namun tetap saja dirinya adalah sebagai istri ketiga. Saking marahnya, ia melupakan niatnya untuk membawa baju kerja milik Danu. Ia memilih pergi meninggalkan Firna yang tersenyum puas, puas karena bisa membuat Viona dan Danu akan melakukan perang dunia.Langkah Viona begitu lebar saat dirinya sudah tiba di kediamannya. Bahkan mobilnya saja ia parkir sembarangan karena ingin secepat mungkin bertemu dengan Danu. Pintu ia buka dengan kerasnya, saking keras sampai-sampai terdengar bunyi nyaring yang ditimbulkan dari peraduan gagang pintu depan dinding.Langkahnya kembali ia percepat saat menaiki anak tangga. Dan tepat di depan pintu kamar, kamar dirinya dan Danu ia berhenti sejenak. Menarik napas banyak-banyak mengumpulkan tenaga untuk memaki-maki pada Danu. Karena sudah berbohong. Sungguh ia tidak suka jika harus dibohongin Seperti ini.Brak!!!Pintu dibuka dengan lebar oleh Viona. Sontek me
Danu memasang wajah marah saat melihat Firna berdiri di depan pintu masuk rumahnya, sekarang dia tahu apa penyebab Viona marah karena mengetahui fakta jika dirinya memiliki istri selain dirinya.Dengan amarah yang tertahan bahkan saking marahnya tangannya sampai terkepal, jalannya begitu cepat dan jangan lupa raut wajahnya berubah jadi merah padam.Dari kejauhan saja Danu sudah melihat senyum mengejek dari Firna, seolah-olah senyum itu mengartikan 'rasain aku sudah membuat rumah tanggamu hancur!'. Pemikiran itu membuat rasa marah pada diri Danu semakin membara.Firna yang memang tengah bersidekap tangan di atas perutnya, seraya menyenderkan punggungnya ke daun pintu menahan langkah Danu. "Kejutan, Mas Danu! Bagaimana kabarnya hari ini? Apakah baik?" tanya Firna, padahal makna dari pertanyaan ini adalah sebuah sindiran, karena dia yakin telah terjadi sesuatu yang besar pada Danu dan Viona.Firna tahu jika saat ini Danu sedang dalam mo
Jihan begitu khawatir saat Firna tidak kunjung kembali. Padahal sudah sejak pagi Firna pergi namun sudah siang seperti ini Jihan belum melihat tanda-tanda Firna pulang.Jihan takut kalau Vina kenapa-napa atau mungkin Danu berbuat macam-macam pada Firna. Jihan terus saja mondar-mandir ia tidak bisa diam, ia tidak bisa tenang sebelum melihat Firna ada di hadapannya.Entah kenapa ia merasa iba saat melihat Firna ada di posisi seperti ini. dia tahu bagaimana rasa sakitnya ada di posisi seperti ini sebab dulu pun dia mengalaminya. Dari kejauhan Mario yang baru saja sampai di rumah Jihan hanya bisa mengerutkan keningnya tatkala melihat Jihan tidak mau diam. Mario menghampiri Jihan lalu memegangi pundaknya hingga Jihan terlonjak kaget."Jihan," panggil Mario seraya memegangi pundaknya."Astaghfirullahaladzim." ucap kaget Jihan seraya memegangi dadanya yang berdegup kencang."Mas Mario, kamu mengagetkanku saja," ungkap Jihan."Maaf, jika kedatangan Mas membuat kamu terkejut. Lagian kamu
JANGAN PERGIJihan menoleh pada sumber suara saat seseprang memanggil dirinya.Jihan tersenyum senang saat orang yang memanggilnya adalah Firna. Wanita yang dulu menjadi madunya.Jihan langsung beranjak dan menghampiri Firna, ia begitu terlihat lega dengan kedatangn Firna kembali.“Firna kamu dari mana saja? Kenapa begitu lama? Aku mengkhawatirkan kamu.”Firna berusaha untuk tersenyum, hatinya memang tengah bersedih, tapi ia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya karena merasa ada yang peduli padanya.“Kau mengkhawatirkan aku Jihan?” tanya Firna pada Jihan.“Tentu saja, aku takut kamu diapa-apain Mas Danu.” terang Jihan jujur.Di detik berikutnya Firna malah menangis tersedu-sedu, ia langsung memeluk tubuh Jihan. Tangisnya begitu terdengar memilukan, Jihan tahu saat ini Firna tengah tidak baik-baik saja. Hatinya terluka dan pastinya kecewa.Cinta dan kesetiaannya harus ternodai oleh kelakuan Danu ynag begitu suka menikah tanpa sepengetahuan istrinya.Jihan terus mengusap punggung Fi
Satu bulan berlalu begitu cepat. Selama satu bulan itu juga Firna tidak pernah bertemu lagi dengan Danu. Bahkan Danu pun tidak pernah menghubunginya, datang menemui Jihan dan anak-anaknya pun tidak pernah. Danu seolah-olah hilang ditelan bumi.Atas bujukan dari Jihan pula, akhirnya Firna pun bersedia tinggal bersama Jihan. Alasannya karena Firna sudah tidak memiliki siapapun lagi. Jika pun ia harus kembali ke Jakarta dan tinggal di rumah Danu, itu jauh tidak mungkin. Karena ia sudah bukan istri Danu lagi.Firna selalu berusaha kuat menjalani kehidupan barunya. Jika Jihan saja bisa bangkit, kenapa dia tidak bisa? Itulah kalimat-kalimat yang selalu ia jadikan patokan. Kalimat-kalimat yang selalu ia jadikan moodboster dikala teringat akan pengkhianatan Danu.Lima tahun hidup bersama tak ada lagi artinya, kebersamaan mereka selama itu hanya jadi sebuah kenangan yang tidak ingin ia ingat untuk selamanya."Mama,"Seseorang mengagetkan dirinya dari belakang, hingga Firna yang tengah melamun
Keesokan paginya, Mario begitu ingin bertemu dengan Jihan. Ia ingin membuat Jihan tidak untuk memikirkan kejadian tersebut. Apa lagi sekarang sudah dipastikan Danu tidak akan pernah bisa mengganggu Jihan. Danu sudah mendapatkan balasannya. Adam berhasil menjebloskan Danu ke penjara. Bukan di penjara di Ciamis atau di Jakarta. Tapi di Bogor, sengaja agar jaraknya benar-benar jauh. Ceklek.... Suara pintu terbuka... Mario melihat Jihan berdiri di dekat jendela, dengan tubuhnya ia senderkan pada sisi jendela. Melihat pemandangan seperti itu membuat Mario menghela napas panjang . Secara perlahan Mario pun masuk dan berdiri tepat di belakang tubuh Jihan. "Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku harap jauh lebih baik." Ujar Mario. Mendengar suara seseorang, Jihan pun menoleh lalu kembali melihat ke arah jendela. "Tidak baik-baik saja," Jawab Jihan singkat. "Apa yang membuat kamu merasakan hal demikian? Padahal, sekarang sudah tidak ada lagi yang akan mengganggumu. Orang itu sudah dipenj
Firna begitu sedih melihat keadaan Jihan yang kacau. Ia turut merasakan apa yang Jihan rasakan. Tanpa terasa pula air matanya menetes. Sungguh membayangkan berada diposisi Jihan rasanya ia tak sanggup.Firna semakin tidak suka dengan Danu. Ia tidak menyangka ada sosok pria di dunia ini seperti Danu. "Mas Danu, kamu sudah keterlaluan! Kamu bertindak diluar batas kewajaran! Sebenarnya apa lagi mau kamu? Dulu kau membuang mbak Jihan dan sekarang apa coba yang kamu lakukan. Sungguh semakin ke sini kau tidak layak disebut manusia." Gumam Firna. Tak lama Raisya da Reno tiba-tiba datang. Padahal ia yakin kedua bocah ini sudah terlelap tidur. Cepat-cepat Firna mendorong pelan tubuh mereka untuk sedikit menjauh. Mereka tidak boleh tahu keadaan Umma-nya."Mama, Umma sudah pulang? Aku mau ketemu Umma," ujar Raisya pada Firna. Lalu disusul oleh Reno yang sama-sama merengek ingin bertemu Jihan."Besok, ya. Sekarang Umma harus istirahat. Dia kecapean. Kalian sayang kan sama Umma? Kalau iya, Mama
Orang yang Adam hubungi adalah polisi, ia meminta untuk berjaga-jaga apabila nantinya Danu memberontak. Sementara itu Mario dan Adam bersembunyi. Dua orang berpakaian koko terkejut saat melihat polisi datang. Namun Adam meminta mereka tenang. Bahkan meminta mereka untuk kembali pulang. Mario yang sudah tidak sabar segera berlari ke lantai atas. Ia membuka satu-satu ruangan yang ada di sana. Hingga tinggal satu ruangan yang belum ia lihat.Sebelumnya, Mario ingin memastikan apakah Jihan benar ada di kamar itu atau tidak.Mario menempelkan telinganya ke daun pintu dan ia benar-benar mendengar sesuatu yang membuat amarahnya semakin diubun-ubun. Ia melihat Jihan menangis sambil berancau agar dilepaskan. Tanpa berpikir lama Mario langsung membuka pintu kamar yang ternyata tidak terkunci itu.Brak..."Jihan!" Teriak Mario.Jihan dan Danu langsung menoleh. Mario berjalan cepat ke arah Danu yang ternyata tengah melecehkan Jihan. Ia tidak menerima Jihan diperlukan seperti itu.."kurang ajar
Mario dan Adam sudah berada di depan sebuah villa megah berlantai dua. Adam tahu siapa pemiliknya, sebab pemiliknya termasuk orang berpengaruh di sana. "Adam apa kau yakin di sini tempatnya?" Tanya Mario seraya menatap ke sekeliling rumah tersebut."Aku yakin." Ucap Adam.Kemudian terlihat sebuah mobil hitam melaju menuju villa. Buru-buru Mario dan Adam langsung bersembunyi. Mereka berdua bersembunyi di balik pohon besar yang ada di samping villa tersebut. Terlihat dua orang yang berpakaian seperti ustaz dan satunya berpakaian biasa yang tak lain adalah Danu. Mario semakin kuat dugaannya jika Jihan memang ada di sini di vila berlantai dua itu. "Kenapa perasaanku mendadak tidak enak seperti ini? Dam, ayo kita masuk saja, kita selamatkan kekasihku." tutur Mario pada Adam."Jangan gegabah, kita tidak tahu ada acara apa. sebaiknya kita cari tahu dulu. Sekarang ikut aku."Adam berjalan ke bagian belaang vila, berharap ada sesatu yang mereka ketahui. sementara itu Danu yang membawa dua
Firna melihat Mario berlari, padahal beberapa menit lalu Mario mengatakan jika dirinya ingin beristirahat. Lalu sekarang kenapa malah berlari dengan raut wajah seulas senyuman."Mario kamu mau ke mana? Bukankah kau bilang mau beristirahat? Lalu kenapa malah ke luar?" Tanya Firna pada Mario.Dengan tidak hentinya melukiskan senyuman, Mario menceritakan apa yang baru saja ia dapat. Firna mendengar dengan seksama hingga Firna pun ikut tersenyum senang. Berharap ini adalah jalan untuk menemukan keberadaan Jihan."Tapi, apa kamu yakin itu Jihan? Bukan Danu yang sengaja menjebakmu?" Terka Firna dan sukses membuat senyum di bibir Mario kembali sirna.Apa yang dikatakan Firna benar, kenapa dirinya tidak berpikir sampai sana? Bisa saja orang yang menghubungi Nayla adalah Danu. Tapi, jika dipikir ulang meskipun ini adalah jebakan Danu. Setidaknya ia akan tahu di mana keberadaan Nayla. Ya, itu benar. "Aku tidak peduli jika pun ini adalah jebakan Danu. Jika jebakan ini malah akan mempertemukan a
Satu hari Mario tidak pulang ke rumah Jihan, anak-anak ia titipkan pada Firna. Sungguh selama dua hari itu ia berusaha untuk mencari keberadaan Jihan. Meskipun hasilnya tidak ada.Sekitar pukul enam pagi, Mario tiba di rumah Jihan. Dengan lemah Mario mengucapkan salam, kedatangan Mario disambut oleh Raisya dan Reno. Mereka berdua langsung berlari ke arah Mario dengan pertanyaan seputar Umma-nya.Bukan hanya Mario yang merasa hidupnya hilang separuh. Tapi, Raisya dan Reno juga merasakan hal yang sama. "Om, Umma udah ketemu? Di mana sekarang? Raisya sama Reno udah kangen," cerocos Raisya si sulung.Raisya tahu, belum ada kabar tentang umma-nya. Ini terlihat jelas dari raut wajah Mario yang terlihat muram, tak ada sedikit pun senyum walau seulas.Mario kemudian tersenyum, sebisanya ia berusaha untuk tidak memperlihatkan wajah sedihnya. Jika seperti itu, maka siapa yang akan menguatkan anak-anak Jihan? Begitu pikir Mario.Mario mengusap kepala Raisya, kemudian kepala Reno. "Sepertinya Al
Mario berusaha ke sana ke mari untuk menemukan jejak Danu yang membawa Jihan pergi. Termasuk ke rumah sakit jiwa, ia ingin bertemu Viona. Dia tahu Viona kemungkinan tidak akan bisa menjawab setiap pertanyaan yang ia tanyakan. Tapi barang kali malah akan dapat petunjuk dari Viona.Dan di sinilah sekarang Mario, di depan pintu kamar rumah sakit jiwa milik Viona. Sebelum masuk, Mario melihat terlebih dahulu dari balik kaca pintu. Sungguh keadaan Viona begitu sangat kacau, ia hanya diam dengan tatapan kosong bak mayat hidup, dia hidup tapi diam layaknya mayat.Dengan keyakinan, Mario membuka pintu kamar tersebut lalu masuk. Ia berjalan perlahan sangat perlahan.Dia ingat pesan dokter, jika ingin menemui Viona jangan terlalu gaduh, karena ia tidak menyukai kegaduhan, jika seperti itu maka ia akan mengamuk."Halo Viona selamat siang." Sapa Mario lalu ia duduk di kursi kayu yang ada di sana. Posisi Viona tengah duduk melamun."Apakah kau ingat padaku? Aku Mario calon suami Jihan." Ujar Mari
Mario frustrasi, ia tidak tahu harus cari ke mana lagi Nayla. Raisya dan Reno mereka terus saja menanyakan di mana Umma, di mana Umma. Bagaimana ia mau menjawab, dirinya saja tidak tahu di mana keberadaan Jihan. "Firna barang kali kamu tahu tempat tinggal Danu selain di perumahan graha, karena aku yakin Danu membawanya ke sana." Ucap Mario pada Firna."Mas Danu tidak pernah memberi tahu apa pun selain rumah itu." Jelas Firna.Mario benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Mau lapor polisi pun percuma karena hilangnya Jihan belum ada dua puluh empat jam. Ia pun tidak tahu sebenarnya apa motif Danu membawa kabur Jihan. Yang Mario tahu Danu sudah menikah lagi lalu apa hubungannya dengan membawa Jihan? Lalu seketika ia teringat pada sosok istri Danu, Mario yakin dia pasti mengetahui sesuatu."Firna aku mau tanya, apa kamu tahu di mana rumah istri Danu?" Tanya Mario."Iya, aku tahu. Kenapa?""Kita harus ke sana. Aku yakin dia pasti tahu sesuatu.""Kau benar. Kalau begitu ayo biar aku ant
Rombongan mempelai pria sudah datang, Mario terlihat pangling dengan stelan baju pengantin serba putih. Kedatangan Mario disambut oleh Raisya dan Reno. Mereka berdiri disisi kanan dan kiri memegangi tangan Mario.Terlihat dengan jelas, raut kebahagiaan di wajah-wajah mereka. Bahkan Mario dan kedua anak Jihan terus saja saling menebar senyum kebahagian. Saat Mario dituntun untuk duduk di kursi pelaminan, kedua anak Jihan membisikkan sesuatu di telinga Mario. Sesuatu yang membuat Mario menganggukkan dan mengelus kepala mereka bergantian."Om, pasti akan jadi suami terbaik untuk Umma kalian. Dan om akan menyayangi kalian. Pegang janji om, ya, kalau om langgar om siap mendapatkan hukuman dari kalian." Tutur Mario sukses membuat Raisya dan Reno tersenyum.Acara akad pun akan segera dilaksanakan. Pengantin wanita sengaja tidak dipertemukan terlebih dahulu dengan pengantin pria, sebelum kata sah terucap. Dengan suasana khidmat dan khusu Mario siap untuk mengucapkan ijab Kabul sebagai tanda