Mario juga Reno berdiri di depan Danu dan Raisa yang tengah melepas rasa rindu mereka. Terlihat jelas meskipun tidak diucapkan namun dapat terlihat jika dua orang di hadapan Mario ini sedang berbahagia.
Mario menatap ke arah Reno yang tiba-tiba menggenggam erat tangannya. Tidak ada yang Mario katakan selain seulas senyum tulusnya.Raisa melepaskan pelukannya dengan derai air mata, ia merajuk pada sang ayah karena sekian lama tidak pernah menemuinya. Bukan tidak pernah namun memang ia melupakan mereka. Padahal anak-anaknya selalu menanyakan dirinya pada Jihan."Ayah tidak tahu keberadaan kalian. Ayah senang bisa bertemu dengan Raisa, Ayah kangen, kangen!" Danu menciumi pipi Raisa.Lalu mata Danu menangkap sosok anak kecil berdiri di depannya. Sementara pria dewasa satu lagi ia mengenalinya, pria yang mengaku suami dari Jihan.Awalnya Danu kira itu adalah anak Jihan dengan suami barunya. Namun entah kenapa semakin iaSetelah Danu tahu jika ia masih memiliki anak laki-laki membuat ia senang. Karena pada dasarnya anak hasil pernikahannya dengan Firna harus rela dipanggil oleh sang Kuasa. Mungkin ini karma untuk dirinya karena sudah menyakiti perasaan Jihan.Namun, meskipun ia menyadari telah menyakiti perasaan Jihan ia tetap saja bertingkah. Kini ia kembali mengulang apa yang terjadi di masa lalu. Apakah baginya sebuah pernikahan tersembunyi adalah jalan keluar yang baik? Tentu saja tidak. Karena ini sangat menyakitkan bagi istri sebelumnya. Lagi pula tidak dibenar pula dalam agama seorang suami menikah tanpa dapat izin terlebih dahulu. Memang dalam agama diperbolehkan suami memiliki istri lebih dari satu tapi...apa harus seperti ini sembunyi-sembunyi? Tidak tentunya.Danu duduk di sofa bersebelahan dengan Jihan. Jihan hanya tertunduk sementara Danu menatap intens mantan istrinya itu."Kenapa kamu menyembunyikannya?" tanya Danu saat kehening tercipta.
Pertemuan kembali antara Jihan serta kedua anaknya dengan Danu. Membuat Mario khawatir, khawatir kalau-kalau Jihan justru akan kembali pada Danu. Ditambah saat kedua matanya melihat kedua anak Jihan begitu terlihat akrab. Wajar... Karena mereka memiliki ikatan darah yang membuat mereka langsung bisa membaur.Rasa takut kehilang serta rasa takut penantian panjangnya akan berakhir sia-sia, membuat Mario ingin secepatnya mengutarakan apa yang memang ingin ia lakukan dari dulu. Widia yang sengaja menemui Mario merasa heran melihat tingkah cucu tengilnya mendadak diam dan terus melamun. Ini membuat Widia merasa geli sendiri ingin menanyakan langsung ada apakah dengan dirinya itu.Saking larut dalam lamunan, Mario sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Ada mungkin Widia menatap Mario selama kurang lebih sepuluh menit. Dan selama itu pula Mario tidak menyadari."Ada apa dengan cucu tengilku ini? Gak biasanya melamun kek gitu, kerasukan baru tahu rasa!" seloroh Widia dan Mario pun tersada
Usai sarapan Jihan bermaksud untuk mengantar kedua anaknya ke sekolah. Semua sudah siap dan bergegas pergi. Namun, baru saja mereka sampai di depan pintu sesosok pria yang sangat dirindukan anak-anak hadir. Berbarengan dengan pria yang selama ini dekat dengan anak-anaknya.Baik Raisa maupun Reno tidak langsung menyambut kedatangan Danu dan Mario. Sepertinya mereka merasa bingung, siapa orang yang lebih dulu harus mereka sambut. Ayahnya atau Mario yang notabene-nya baru ia kenali namun sudah membuat mereka nyaman."Pagi anak-anak Ayah." Danu berjongkok seraya merentangkan kedua tangannya bermaksud agar Raisa dan Reno berhambur ke dalam pelukannya. Sejenak Raisa dan Reno mentap ke arah Mario. Tatapan mereka seperti tatapan yang mengartikan jika mereka sedang meminta izin, bolehkan berhamburan ke dalam pelukan Danu--ayahnya?Danu kesal saat kedua anaknya sama sekali tidak langsung menanggapi rentangan tangan Danu. "Nak, Ayah ini Ayah kalian. Kenapa perkara berpelukan saja harus meminta
Sekitar ba'da zuhur Mario pulang. Jihan termenung memikirkan perkataan Mario yang mengatakan jika Mario ingin menikahi dirinya.Bukan perkara mudah untuk mengambilkeputusan besar ini. Hatinya memang berusaha untuk menutup hatii untuk siapapun. Namun jika ia harus dihadapi dangan seorang pria seperti Mario ia harus apa?Seorang pria yang usianya saja terpaut jauh dengannya. Ia terlalu tua untuk seorang Mario yang usianya belum memasuki usia 30 tahun. Seketika bayangan saat Mario meminta izin untuk menjadikan dirinya istri terlintas.“Aku serius ingin menikahi kamu Jihan. Aku tidak peduli walau kamu janda ataupun gadis tidak masalah. Jika kamu mempermasalahkan usia bukankah hanya terpaut delapan tahun saja. Bukankah Nabi kita saja menikah dan usia mereka terpaut 15 tahun.”“Itu beda cerita, Mas.”“Sama saja. Justru itu menunjukan usia bukanlah patokan untuk seseorang menikah. Bukan karena usia berbeda jauh jadi penghalang untuk menikah. "“Kita baru kenal.”“Kamu sudah mengenalku lama,
Jihan tidak ke kamar anak-anak. Ia justru bersembunyi di sudut ruangan lantai atas rumahnya. Di sana ia menangis pilu.Tubuhnya bergetar hebat, mulutnya ia bekap dengan telapak tangannya. Ia merasa takdir sedang mempermainkan dirinya. Mempertemukan kembali dengan Danu membuat luka lama lima tahun lalu kembali menyeruak.Dan kini... Danu seolah-olah ingin kembali mengusik kehidupannya. Setelah apa yang dia lakukan di masa lalu sudah cukup membuat hidup Jihan hancur.Tanpa Jihan sadari si sulung Raisa melihat umma-nya sedang menangis. Hati Raisa ikut merasa ngilu. Rasanya... Hatinya begitu terasa sakit jika melihat umma-nya menangis. Dia tahu bagaimana perjuangan umma-nya hingga ada di titik sekarang ini. Penuh dengan drama dan lika-liku.Dengan hati-hati Raisa mencoba untuk mendekati umma-nya, berusaha untuk memberikan ketenangan. Raisa langsung memeluk Jihan dari belakang. Sontak membuat Jihan terperanjat kaget. Jihan langsung membalikkan tubuhnya dan ia kaget ternyata si sulung Rai
Mario sengaja datang pagi-pagi sekali ingin mengajak kedua anak Jihan pergi sekolah bersama. Menurutnya ia harus bisa lebih pintar dari Danu--mantan suami Jihan. Mario tidak akan memberikan barang sedikit pun waktu untuk Danu agar bisa bersama Raisa dan Reno apalagi dengan Jihan.Sekitar lima belas menit perjalanan. Akhirnya mereka tiba di sekolah Raisa dan Reno. Jika Reno langsung lari keluar setelah mengucapkan salam dan salim. Sedangkan Raisa ia malah tampak diam di tempat duduknya. Ia seperti tidak memiliki niat untuk beranjak barang sedikit pun.Tentu saja hal ini mengundang penasaran Mario untuk bertanya kenapa Raisa terus diam."Gak mau turun?" Tanya Mario pada Raisa yang saat ini diam tertunduk. Raisa masih asyik tertunduk membuat, Mario mengembuskan napas panjang. Mario memang belum menjadi seorang ayah. Namun, ia tahu diamnya Raisa pasti ada suatu masalah yang ingin Raisa katakan.Mario pun melepaskan seatbelt lalu keluar. Ia hendak pindah duduk jadi berdampingan dengan Rai
Danu saat ini tengah bersama istri barunya. Istri yang baru satu minggu lalu ia nikahi. Semenjak tahu Firna tidak bisa mmebwrik dia ketuein lagi membuat Danu menikah lagi. Dia memang bilang ikhlas pada Firna jika mereka tidak dikaruniai anak. Tapi, kenyataannya ia malah menikah lagi. Dan ia melakukannya tanpa sepengetahuan Firna. Sama persis yang dulu pernah ia lakukan pada Jihan. Tawa Danu dan istri barunya begitu pecah. Mereka tengah saling bercanda dan diselingi suap-menyuap. Layaknya pengantin baru yang memang sedang indah-indahnya. Bahkan mungkin saja di dunia ini hanya ada mereka berdua saja. Dunia bagaikan milik mereka seorang."Sudah, Mas kenyang." Ujar Danu menolak suapan terakhir dari sang istri."Satu kali lagi, Mas. Sayang, ih!" tutur Sang istri Viona namanya."Baiklah."Viona tersenyum saat Danu mau nurut dan manghans bekal yang sengaja ia bawa untuk Danu. Bahka itu adalah hasil masakannya.Usai makan, Danu kembali bekerja sedangkan Viona ia terus saja nempel kaya prang
Firna terdiam saat kedua matanya menyaksikan suami tercinta tengah memadu kasih dengan wanita lain. Wanita yang sama sekali tidak ia kenali. Air matanya jatuh tanpa permisi. Hatinya terasa dikoyak-koyak, dicabik-cabik. Ini seperti mimpi buruk bagi Firna. Jauh-jauh dari Jakarta ke Ciamis hanya untuk memberikan kejutan pada sang suami. Ini justru dirinya yang mendapatkan kejutan tak terduga ini.Sungguh Firna enggan untuk menggangu kemesraan dua insan itu. apakah ini alasan suaminya selalu menunda-nunda kepulangannya? Karena ada wanita lain di samping suaminya.Tega! Hanya kata itu yang bisa Firna ucapkan. Tidak ingin kehadirannya diketahui oleh Danu, Firna memilih untuk pergi secara perlahan. Ia menggunakan pintu belakang untuk pergi.Saat dirinya sudah di luar rumah sang suami. Ia menangis, ia tidak bisa menahan rasa sedihnya ini. Ini terlalu sakit. "Mas, kamu kenapa tega?" Gumam Firna lalu memilih segera pergi.Untuk saat ini dirinya tidak tahu arah tujuan. Tidak tahu akan pergi ke