Jihan tidak ke kamar anak-anak. Ia justru bersembunyi di sudut ruangan lantai atas rumahnya. Di sana ia menangis pilu.Tubuhnya bergetar hebat, mulutnya ia bekap dengan telapak tangannya. Ia merasa takdir sedang mempermainkan dirinya. Mempertemukan kembali dengan Danu membuat luka lama lima tahun lalu kembali menyeruak.Dan kini... Danu seolah-olah ingin kembali mengusik kehidupannya. Setelah apa yang dia lakukan di masa lalu sudah cukup membuat hidup Jihan hancur.Tanpa Jihan sadari si sulung Raisa melihat umma-nya sedang menangis. Hati Raisa ikut merasa ngilu. Rasanya... Hatinya begitu terasa sakit jika melihat umma-nya menangis. Dia tahu bagaimana perjuangan umma-nya hingga ada di titik sekarang ini. Penuh dengan drama dan lika-liku.Dengan hati-hati Raisa mencoba untuk mendekati umma-nya, berusaha untuk memberikan ketenangan. Raisa langsung memeluk Jihan dari belakang. Sontak membuat Jihan terperanjat kaget. Jihan langsung membalikkan tubuhnya dan ia kaget ternyata si sulung Rai
Mario sengaja datang pagi-pagi sekali ingin mengajak kedua anak Jihan pergi sekolah bersama. Menurutnya ia harus bisa lebih pintar dari Danu--mantan suami Jihan. Mario tidak akan memberikan barang sedikit pun waktu untuk Danu agar bisa bersama Raisa dan Reno apalagi dengan Jihan.Sekitar lima belas menit perjalanan. Akhirnya mereka tiba di sekolah Raisa dan Reno. Jika Reno langsung lari keluar setelah mengucapkan salam dan salim. Sedangkan Raisa ia malah tampak diam di tempat duduknya. Ia seperti tidak memiliki niat untuk beranjak barang sedikit pun.Tentu saja hal ini mengundang penasaran Mario untuk bertanya kenapa Raisa terus diam."Gak mau turun?" Tanya Mario pada Raisa yang saat ini diam tertunduk. Raisa masih asyik tertunduk membuat, Mario mengembuskan napas panjang. Mario memang belum menjadi seorang ayah. Namun, ia tahu diamnya Raisa pasti ada suatu masalah yang ingin Raisa katakan.Mario pun melepaskan seatbelt lalu keluar. Ia hendak pindah duduk jadi berdampingan dengan Rai
Danu saat ini tengah bersama istri barunya. Istri yang baru satu minggu lalu ia nikahi. Semenjak tahu Firna tidak bisa mmebwrik dia ketuein lagi membuat Danu menikah lagi. Dia memang bilang ikhlas pada Firna jika mereka tidak dikaruniai anak. Tapi, kenyataannya ia malah menikah lagi. Dan ia melakukannya tanpa sepengetahuan Firna. Sama persis yang dulu pernah ia lakukan pada Jihan. Tawa Danu dan istri barunya begitu pecah. Mereka tengah saling bercanda dan diselingi suap-menyuap. Layaknya pengantin baru yang memang sedang indah-indahnya. Bahkan mungkin saja di dunia ini hanya ada mereka berdua saja. Dunia bagaikan milik mereka seorang."Sudah, Mas kenyang." Ujar Danu menolak suapan terakhir dari sang istri."Satu kali lagi, Mas. Sayang, ih!" tutur Sang istri Viona namanya."Baiklah."Viona tersenyum saat Danu mau nurut dan manghans bekal yang sengaja ia bawa untuk Danu. Bahka itu adalah hasil masakannya.Usai makan, Danu kembali bekerja sedangkan Viona ia terus saja nempel kaya prang
Firna terdiam saat kedua matanya menyaksikan suami tercinta tengah memadu kasih dengan wanita lain. Wanita yang sama sekali tidak ia kenali. Air matanya jatuh tanpa permisi. Hatinya terasa dikoyak-koyak, dicabik-cabik. Ini seperti mimpi buruk bagi Firna. Jauh-jauh dari Jakarta ke Ciamis hanya untuk memberikan kejutan pada sang suami. Ini justru dirinya yang mendapatkan kejutan tak terduga ini.Sungguh Firna enggan untuk menggangu kemesraan dua insan itu. apakah ini alasan suaminya selalu menunda-nunda kepulangannya? Karena ada wanita lain di samping suaminya.Tega! Hanya kata itu yang bisa Firna ucapkan. Tidak ingin kehadirannya diketahui oleh Danu, Firna memilih untuk pergi secara perlahan. Ia menggunakan pintu belakang untuk pergi.Saat dirinya sudah di luar rumah sang suami. Ia menangis, ia tidak bisa menahan rasa sedihnya ini. Ini terlalu sakit. "Mas, kamu kenapa tega?" Gumam Firna lalu memilih segera pergi.Untuk saat ini dirinya tidak tahu arah tujuan. Tidak tahu akan pergi ke
Untuk sementara waktu, sepertinya Firna tidak bisa untuk diajak bicara. Ia masih saja diam dengan sorot mata yang kosong. Jihan hanya bisa menduga jika sebenarnya Firna sudah mengetahui masalah Danu yang kembali menikah. Jihan yakin hal itu.Jihan semakin dibuat tidak suka pada Danu. Baginya Danu adalah pria tak bertanggung jawab. Pria serakah dan pria yang tidak tahu diri. Entah apa yang sebenarnya ada dipikiran Danu. Kenapa menikah, menikah dan menikah yang ada di pikiran Danu. Jihan menarik napas dalam, ia tengah mengumpulkan keberanian untuk menghampiri Firna. Ia harus bisa menghiburnya jika memang masalah yang terjadi saat ini erat hubungannya dengan Danu.Dengan pelan Jihan berjalan menghampiri Firna. Saking tengah melamun, Firna sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Alhasil ia pun langsung duduk di samping Firna.Tangan Jihan terangkat hendak menyentuh pundak Firna. Namun terhenti di udara. Ia seperti ragu untuk mengganggu Firna. Mungkin saja untuk saat ini Firna ingin se
Tubuh Viona langsung terasa lemas, saat mendengar dari mulut Danu jika dirinya memiliki istri selain dirinya. Ya, Viona akui ia memang bukanlah wanita baik. Tapi, sungguh tahu jika dirinya bukanlah wanita pertama untuk suaminya hatinya terasa begitu sesak. Sakit namun tidak berdarah.Perlahan tubuh Viona ambruk dengan derai air mata yang sudah menganak sungai. Danu ikut berjongkok ia berusaha untuk meluluhkan hati Viona. Danu tak mau pernikahan yang baru saja satu minggu itu kandas begitu saja. "Vio sayang, tolong dengarkan dulu alasannya. Kenapa mas melakukan hal ini," ujar Danu berusaha mengambil hati Viona.Viona sama sekali tidak ingin mendengar apa pun dari Danu. Ia sudah teramat kecewa. Hatinya sakit dan tentunya malu sendiri. Bagaimana kata orang jika mereka tahu nasib rumah tangganya hancur hanya karena tahu dirinya adalah wanita kedua.Padahal usia pernikahannya saja entah pantas disebut apa, seumur jagung? Bukan karena ini baru berlangsung satu minggu."Viona, tolong jangan
Pagi-pagi sekali sekitar pukul enam pagi. Firna sudah pergi dari rumah Jihan. Dan sekarang dia ada di depan rumah minimalis milik Danu. Tiba-tiba air matanya luruh tatakla ia mengingat kejadian di mana Danu begitu mesra dengan wanita lain yang ternyata istri barunya.Hatinya terasa begitu sesak, bagaikan dilongsori ribuan batu kerikil yang semakin lama semakin terasa sakit dan sesak. Dulu ia sama sekali tidak terpikirkan akan ada di posisi ini. Mungkin karena ia berpikir dan bertindak tidak menggunakan hati nuraninya tapi mengikuti hawa nafsunya saja. Hanya karena Danu cinta pertamanya sehingga ketika bertemu kembali dengan Danu cinta yang dulu mulai bersemi lagi.Bodohnya lagi, saat dulu dirinya tahu ternyata Danu sudah beristri harusnya ia yang mengalah karena secara tidak langsung dirinya telah menjadi duri dalam rumah tangga Jihan dan Danu kala itu. Namun apa yang dia lakukan? Dia terus bertahan, dirinya tidak mau mengalah hanya karena rasa yang bernama cinta.Firna mencoba untuk
Viona marah saat tahu dirinya adalah istri ketiga. Meksipun istri pertama sudah resmi bercerai namun tetap saja dirinya adalah sebagai istri ketiga. Saking marahnya, ia melupakan niatnya untuk membawa baju kerja milik Danu. Ia memilih pergi meninggalkan Firna yang tersenyum puas, puas karena bisa membuat Viona dan Danu akan melakukan perang dunia.Langkah Viona begitu lebar saat dirinya sudah tiba di kediamannya. Bahkan mobilnya saja ia parkir sembarangan karena ingin secepat mungkin bertemu dengan Danu. Pintu ia buka dengan kerasnya, saking keras sampai-sampai terdengar bunyi nyaring yang ditimbulkan dari peraduan gagang pintu depan dinding.Langkahnya kembali ia percepat saat menaiki anak tangga. Dan tepat di depan pintu kamar, kamar dirinya dan Danu ia berhenti sejenak. Menarik napas banyak-banyak mengumpulkan tenaga untuk memaki-maki pada Danu. Karena sudah berbohong. Sungguh ia tidak suka jika harus dibohongin Seperti ini.Brak!!!Pintu dibuka dengan lebar oleh Viona. Sontek me
Keesokan paginya, Mario begitu ingin bertemu dengan Jihan. Ia ingin membuat Jihan tidak untuk memikirkan kejadian tersebut. Apa lagi sekarang sudah dipastikan Danu tidak akan pernah bisa mengganggu Jihan. Danu sudah mendapatkan balasannya. Adam berhasil menjebloskan Danu ke penjara. Bukan di penjara di Ciamis atau di Jakarta. Tapi di Bogor, sengaja agar jaraknya benar-benar jauh. Ceklek.... Suara pintu terbuka... Mario melihat Jihan berdiri di dekat jendela, dengan tubuhnya ia senderkan pada sisi jendela. Melihat pemandangan seperti itu membuat Mario menghela napas panjang . Secara perlahan Mario pun masuk dan berdiri tepat di belakang tubuh Jihan. "Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku harap jauh lebih baik." Ujar Mario. Mendengar suara seseorang, Jihan pun menoleh lalu kembali melihat ke arah jendela. "Tidak baik-baik saja," Jawab Jihan singkat. "Apa yang membuat kamu merasakan hal demikian? Padahal, sekarang sudah tidak ada lagi yang akan mengganggumu. Orang itu sudah dipenj
Firna begitu sedih melihat keadaan Jihan yang kacau. Ia turut merasakan apa yang Jihan rasakan. Tanpa terasa pula air matanya menetes. Sungguh membayangkan berada diposisi Jihan rasanya ia tak sanggup.Firna semakin tidak suka dengan Danu. Ia tidak menyangka ada sosok pria di dunia ini seperti Danu. "Mas Danu, kamu sudah keterlaluan! Kamu bertindak diluar batas kewajaran! Sebenarnya apa lagi mau kamu? Dulu kau membuang mbak Jihan dan sekarang apa coba yang kamu lakukan. Sungguh semakin ke sini kau tidak layak disebut manusia." Gumam Firna. Tak lama Raisya da Reno tiba-tiba datang. Padahal ia yakin kedua bocah ini sudah terlelap tidur. Cepat-cepat Firna mendorong pelan tubuh mereka untuk sedikit menjauh. Mereka tidak boleh tahu keadaan Umma-nya."Mama, Umma sudah pulang? Aku mau ketemu Umma," ujar Raisya pada Firna. Lalu disusul oleh Reno yang sama-sama merengek ingin bertemu Jihan."Besok, ya. Sekarang Umma harus istirahat. Dia kecapean. Kalian sayang kan sama Umma? Kalau iya, Mama
Orang yang Adam hubungi adalah polisi, ia meminta untuk berjaga-jaga apabila nantinya Danu memberontak. Sementara itu Mario dan Adam bersembunyi. Dua orang berpakaian koko terkejut saat melihat polisi datang. Namun Adam meminta mereka tenang. Bahkan meminta mereka untuk kembali pulang. Mario yang sudah tidak sabar segera berlari ke lantai atas. Ia membuka satu-satu ruangan yang ada di sana. Hingga tinggal satu ruangan yang belum ia lihat.Sebelumnya, Mario ingin memastikan apakah Jihan benar ada di kamar itu atau tidak.Mario menempelkan telinganya ke daun pintu dan ia benar-benar mendengar sesuatu yang membuat amarahnya semakin diubun-ubun. Ia melihat Jihan menangis sambil berancau agar dilepaskan. Tanpa berpikir lama Mario langsung membuka pintu kamar yang ternyata tidak terkunci itu.Brak..."Jihan!" Teriak Mario.Jihan dan Danu langsung menoleh. Mario berjalan cepat ke arah Danu yang ternyata tengah melecehkan Jihan. Ia tidak menerima Jihan diperlukan seperti itu.."kurang ajar
Mario dan Adam sudah berada di depan sebuah villa megah berlantai dua. Adam tahu siapa pemiliknya, sebab pemiliknya termasuk orang berpengaruh di sana. "Adam apa kau yakin di sini tempatnya?" Tanya Mario seraya menatap ke sekeliling rumah tersebut."Aku yakin." Ucap Adam.Kemudian terlihat sebuah mobil hitam melaju menuju villa. Buru-buru Mario dan Adam langsung bersembunyi. Mereka berdua bersembunyi di balik pohon besar yang ada di samping villa tersebut. Terlihat dua orang yang berpakaian seperti ustaz dan satunya berpakaian biasa yang tak lain adalah Danu. Mario semakin kuat dugaannya jika Jihan memang ada di sini di vila berlantai dua itu. "Kenapa perasaanku mendadak tidak enak seperti ini? Dam, ayo kita masuk saja, kita selamatkan kekasihku." tutur Mario pada Adam."Jangan gegabah, kita tidak tahu ada acara apa. sebaiknya kita cari tahu dulu. Sekarang ikut aku."Adam berjalan ke bagian belaang vila, berharap ada sesatu yang mereka ketahui. sementara itu Danu yang membawa dua
Firna melihat Mario berlari, padahal beberapa menit lalu Mario mengatakan jika dirinya ingin beristirahat. Lalu sekarang kenapa malah berlari dengan raut wajah seulas senyuman."Mario kamu mau ke mana? Bukankah kau bilang mau beristirahat? Lalu kenapa malah ke luar?" Tanya Firna pada Mario.Dengan tidak hentinya melukiskan senyuman, Mario menceritakan apa yang baru saja ia dapat. Firna mendengar dengan seksama hingga Firna pun ikut tersenyum senang. Berharap ini adalah jalan untuk menemukan keberadaan Jihan."Tapi, apa kamu yakin itu Jihan? Bukan Danu yang sengaja menjebakmu?" Terka Firna dan sukses membuat senyum di bibir Mario kembali sirna.Apa yang dikatakan Firna benar, kenapa dirinya tidak berpikir sampai sana? Bisa saja orang yang menghubungi Nayla adalah Danu. Tapi, jika dipikir ulang meskipun ini adalah jebakan Danu. Setidaknya ia akan tahu di mana keberadaan Nayla. Ya, itu benar. "Aku tidak peduli jika pun ini adalah jebakan Danu. Jika jebakan ini malah akan mempertemukan a
Satu hari Mario tidak pulang ke rumah Jihan, anak-anak ia titipkan pada Firna. Sungguh selama dua hari itu ia berusaha untuk mencari keberadaan Jihan. Meskipun hasilnya tidak ada.Sekitar pukul enam pagi, Mario tiba di rumah Jihan. Dengan lemah Mario mengucapkan salam, kedatangan Mario disambut oleh Raisya dan Reno. Mereka berdua langsung berlari ke arah Mario dengan pertanyaan seputar Umma-nya.Bukan hanya Mario yang merasa hidupnya hilang separuh. Tapi, Raisya dan Reno juga merasakan hal yang sama. "Om, Umma udah ketemu? Di mana sekarang? Raisya sama Reno udah kangen," cerocos Raisya si sulung.Raisya tahu, belum ada kabar tentang umma-nya. Ini terlihat jelas dari raut wajah Mario yang terlihat muram, tak ada sedikit pun senyum walau seulas.Mario kemudian tersenyum, sebisanya ia berusaha untuk tidak memperlihatkan wajah sedihnya. Jika seperti itu, maka siapa yang akan menguatkan anak-anak Jihan? Begitu pikir Mario.Mario mengusap kepala Raisya, kemudian kepala Reno. "Sepertinya Al
Mario berusaha ke sana ke mari untuk menemukan jejak Danu yang membawa Jihan pergi. Termasuk ke rumah sakit jiwa, ia ingin bertemu Viona. Dia tahu Viona kemungkinan tidak akan bisa menjawab setiap pertanyaan yang ia tanyakan. Tapi barang kali malah akan dapat petunjuk dari Viona.Dan di sinilah sekarang Mario, di depan pintu kamar rumah sakit jiwa milik Viona. Sebelum masuk, Mario melihat terlebih dahulu dari balik kaca pintu. Sungguh keadaan Viona begitu sangat kacau, ia hanya diam dengan tatapan kosong bak mayat hidup, dia hidup tapi diam layaknya mayat.Dengan keyakinan, Mario membuka pintu kamar tersebut lalu masuk. Ia berjalan perlahan sangat perlahan.Dia ingat pesan dokter, jika ingin menemui Viona jangan terlalu gaduh, karena ia tidak menyukai kegaduhan, jika seperti itu maka ia akan mengamuk."Halo Viona selamat siang." Sapa Mario lalu ia duduk di kursi kayu yang ada di sana. Posisi Viona tengah duduk melamun."Apakah kau ingat padaku? Aku Mario calon suami Jihan." Ujar Mari
Mario frustrasi, ia tidak tahu harus cari ke mana lagi Nayla. Raisya dan Reno mereka terus saja menanyakan di mana Umma, di mana Umma. Bagaimana ia mau menjawab, dirinya saja tidak tahu di mana keberadaan Jihan. "Firna barang kali kamu tahu tempat tinggal Danu selain di perumahan graha, karena aku yakin Danu membawanya ke sana." Ucap Mario pada Firna."Mas Danu tidak pernah memberi tahu apa pun selain rumah itu." Jelas Firna.Mario benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Mau lapor polisi pun percuma karena hilangnya Jihan belum ada dua puluh empat jam. Ia pun tidak tahu sebenarnya apa motif Danu membawa kabur Jihan. Yang Mario tahu Danu sudah menikah lagi lalu apa hubungannya dengan membawa Jihan? Lalu seketika ia teringat pada sosok istri Danu, Mario yakin dia pasti mengetahui sesuatu."Firna aku mau tanya, apa kamu tahu di mana rumah istri Danu?" Tanya Mario."Iya, aku tahu. Kenapa?""Kita harus ke sana. Aku yakin dia pasti tahu sesuatu.""Kau benar. Kalau begitu ayo biar aku ant
Rombongan mempelai pria sudah datang, Mario terlihat pangling dengan stelan baju pengantin serba putih. Kedatangan Mario disambut oleh Raisya dan Reno. Mereka berdiri disisi kanan dan kiri memegangi tangan Mario.Terlihat dengan jelas, raut kebahagiaan di wajah-wajah mereka. Bahkan Mario dan kedua anak Jihan terus saja saling menebar senyum kebahagian. Saat Mario dituntun untuk duduk di kursi pelaminan, kedua anak Jihan membisikkan sesuatu di telinga Mario. Sesuatu yang membuat Mario menganggukkan dan mengelus kepala mereka bergantian."Om, pasti akan jadi suami terbaik untuk Umma kalian. Dan om akan menyayangi kalian. Pegang janji om, ya, kalau om langgar om siap mendapatkan hukuman dari kalian." Tutur Mario sukses membuat Raisya dan Reno tersenyum.Acara akad pun akan segera dilaksanakan. Pengantin wanita sengaja tidak dipertemukan terlebih dahulu dengan pengantin pria, sebelum kata sah terucap. Dengan suasana khidmat dan khusu Mario siap untuk mengucapkan ijab Kabul sebagai tanda