Mario sampai di rumah neneknya tepat pukul sebelas malam. Kedatangannya disambut oleh Bu Widia di depan pintu.Dari kejauhan Mario sudah mencium gelagat aneh neneknya itu. Apalagi coba kalau bukan kepo? Ya, memang seperti itulah Bu Widia. Ibaratnya ia adalah seorang Mak comblang untuk siapa saja orang yang ia sayangi. Dua bulan lalu misalnya, ia berhasil menyatukan cucu dari kakaknya Bu Widia dengan seorang pengusaha di bidang kuliner. Dan sekarang sepertinya Mario target berikutnya. "Gimana?" tanya Bu Widia penasaran.Mario hanya bisa mengerutkan keningnya. "Gimana apanya, Nek?"Bu Widia mencebik. Dia mengira jika cucu lacnatnya ini hanya pura-pura tidak mengerti akan maksud dari perkataannya. Itu sudah terlihat jelas dari air mukanya yang menahan senyum."Jangan pura-pura gak ngerti, Mario. Jadi gimana pilihan Nenek? Oke, kan?"Bukannya menjawab, Mario malah melengos meninggalkan sang nenek yang m
Dengan adanya Mario ternyata sangat membantu Jihan. Selain itu kedua anaknya pun turut ikut meringankan pekerjaannya. Sesekali Jihan melirik ke arah Mario dan kedua anaknya yang semakin akrab saja. Jihan takut, kedekatan mereka justru akan membuat kedua anaknya rindu akan sosok ayahnya. Namun mau melarang Mario untuk menjauh pun sesuatu yang tidak mungkin. Sebab Mario begitu baik ia terlihat sangat tulus, pikir Jihan.Jihan menghela napas dalam. Tetiba saja ia terpikir pada mantan suaminya serta istri barunya. Dalam benak Jihan mereka pasti hidup bahagia, hidup bahagia di atas penderitaannya.Namun ia selalu meyakinkan dirinya jika Tuhan selalu punya caranya untuk membuat umat-Nya bahagia. Pernikahannya boleh gagal, tapi mendidik kedua anaknya jangan sampai gagal. Karena anak kelak akan menjadi tabungan kita diakhirat.Lamunan Jihan buyar saat Mario menghampirinya dan memanggil-manggil namanya. Mario memang sengaja m
Semenjak pertemuannya dengan Danu. Jihan hanya diam. Bahkan acara makan bersama mereka terasa hambar. Mario tahu apa penyebabnya namun kedua anaknya tidak tahu hingga mereka pun bertanya-tanya kenapa sebenarnya dengan sang Umma. Semenjak keluar dari gedung pernikahan itu, Jihan mendadak jadi diam seribu bahasa. Setelah acara makan selesai Mario sengaja mengulur waktu agar ia mempunyai kesempatan untuk bisa bicara dengan Jihan. Mario mengajak mereka ke arena bermain yang ada di mall tempat mereka makan. Sembari menunggu anak-anak Jihan bermain, Mario mencoba untuk bicara dengan Jihan. Sungguh melihat Jihan terus diam membuat Mario ikut bersedih.."Apakah kamu masih mencintainya?" tanya Mario langsung pada intinya.Jihan menoleh lalu mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" "Kamu masih mencintai mantan suamimu 'kan?" Jihan bergeming lalu didetik berikutnya menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Mario.
Mario juga Reno berdiri di depan Danu dan Raisa yang tengah melepas rasa rindu mereka. Terlihat jelas meskipun tidak diucapkan namun dapat terlihat jika dua orang di hadapan Mario ini sedang berbahagia. Mario menatap ke arah Reno yang tiba-tiba menggenggam erat tangannya. Tidak ada yang Mario katakan selain seulas senyum tulusnya. Raisa melepaskan pelukannya dengan derai air mata, ia merajuk pada sang ayah karena sekian lama tidak pernah menemuinya. Bukan tidak pernah namun memang ia melupakan mereka. Padahal anak-anaknya selalu menanyakan dirinya pada Jihan."Ayah tidak tahu keberadaan kalian. Ayah senang bisa bertemu dengan Raisa, Ayah kangen, kangen!" Danu menciumi pipi Raisa.Lalu mata Danu menangkap sosok anak kecil berdiri di depannya. Sementara pria dewasa satu lagi ia mengenalinya, pria yang mengaku suami dari Jihan.Awalnya Danu kira itu adalah anak Jihan dengan suami barunya. Namun entah kenapa semakin ia
Setelah Danu tahu jika ia masih memiliki anak laki-laki membuat ia senang. Karena pada dasarnya anak hasil pernikahannya dengan Firna harus rela dipanggil oleh sang Kuasa. Mungkin ini karma untuk dirinya karena sudah menyakiti perasaan Jihan.Namun, meskipun ia menyadari telah menyakiti perasaan Jihan ia tetap saja bertingkah. Kini ia kembali mengulang apa yang terjadi di masa lalu. Apakah baginya sebuah pernikahan tersembunyi adalah jalan keluar yang baik? Tentu saja tidak. Karena ini sangat menyakitkan bagi istri sebelumnya. Lagi pula tidak dibenar pula dalam agama seorang suami menikah tanpa dapat izin terlebih dahulu. Memang dalam agama diperbolehkan suami memiliki istri lebih dari satu tapi...apa harus seperti ini sembunyi-sembunyi? Tidak tentunya.Danu duduk di sofa bersebelahan dengan Jihan. Jihan hanya tertunduk sementara Danu menatap intens mantan istrinya itu."Kenapa kamu menyembunyikannya?" tanya Danu saat kehening tercipta.
Pertemuan kembali antara Jihan serta kedua anaknya dengan Danu. Membuat Mario khawatir, khawatir kalau-kalau Jihan justru akan kembali pada Danu. Ditambah saat kedua matanya melihat kedua anak Jihan begitu terlihat akrab. Wajar... Karena mereka memiliki ikatan darah yang membuat mereka langsung bisa membaur.Rasa takut kehilang serta rasa takut penantian panjangnya akan berakhir sia-sia, membuat Mario ingin secepatnya mengutarakan apa yang memang ingin ia lakukan dari dulu. Widia yang sengaja menemui Mario merasa heran melihat tingkah cucu tengilnya mendadak diam dan terus melamun. Ini membuat Widia merasa geli sendiri ingin menanyakan langsung ada apakah dengan dirinya itu.Saking larut dalam lamunan, Mario sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Ada mungkin Widia menatap Mario selama kurang lebih sepuluh menit. Dan selama itu pula Mario tidak menyadari."Ada apa dengan cucu tengilku ini? Gak biasanya melamun kek gitu, kerasukan baru tahu rasa!" seloroh Widia dan Mario pun tersada
Usai sarapan Jihan bermaksud untuk mengantar kedua anaknya ke sekolah. Semua sudah siap dan bergegas pergi. Namun, baru saja mereka sampai di depan pintu sesosok pria yang sangat dirindukan anak-anak hadir. Berbarengan dengan pria yang selama ini dekat dengan anak-anaknya.Baik Raisa maupun Reno tidak langsung menyambut kedatangan Danu dan Mario. Sepertinya mereka merasa bingung, siapa orang yang lebih dulu harus mereka sambut. Ayahnya atau Mario yang notabene-nya baru ia kenali namun sudah membuat mereka nyaman."Pagi anak-anak Ayah." Danu berjongkok seraya merentangkan kedua tangannya bermaksud agar Raisa dan Reno berhambur ke dalam pelukannya. Sejenak Raisa dan Reno mentap ke arah Mario. Tatapan mereka seperti tatapan yang mengartikan jika mereka sedang meminta izin, bolehkan berhamburan ke dalam pelukan Danu--ayahnya?Danu kesal saat kedua anaknya sama sekali tidak langsung menanggapi rentangan tangan Danu. "Nak, Ayah ini Ayah kalian. Kenapa perkara berpelukan saja harus meminta
Sekitar ba'da zuhur Mario pulang. Jihan termenung memikirkan perkataan Mario yang mengatakan jika Mario ingin menikahi dirinya.Bukan perkara mudah untuk mengambilkeputusan besar ini. Hatinya memang berusaha untuk menutup hatii untuk siapapun. Namun jika ia harus dihadapi dangan seorang pria seperti Mario ia harus apa?Seorang pria yang usianya saja terpaut jauh dengannya. Ia terlalu tua untuk seorang Mario yang usianya belum memasuki usia 30 tahun. Seketika bayangan saat Mario meminta izin untuk menjadikan dirinya istri terlintas.“Aku serius ingin menikahi kamu Jihan. Aku tidak peduli walau kamu janda ataupun gadis tidak masalah. Jika kamu mempermasalahkan usia bukankah hanya terpaut delapan tahun saja. Bukankah Nabi kita saja menikah dan usia mereka terpaut 15 tahun.”“Itu beda cerita, Mas.”“Sama saja. Justru itu menunjukan usia bukanlah patokan untuk seseorang menikah. Bukan karena usia berbeda jauh jadi penghalang untuk menikah. "“Kita baru kenal.”“Kamu sudah mengenalku lama,
Keesokan paginya, Mario begitu ingin bertemu dengan Jihan. Ia ingin membuat Jihan tidak untuk memikirkan kejadian tersebut. Apa lagi sekarang sudah dipastikan Danu tidak akan pernah bisa mengganggu Jihan. Danu sudah mendapatkan balasannya. Adam berhasil menjebloskan Danu ke penjara. Bukan di penjara di Ciamis atau di Jakarta. Tapi di Bogor, sengaja agar jaraknya benar-benar jauh. Ceklek.... Suara pintu terbuka... Mario melihat Jihan berdiri di dekat jendela, dengan tubuhnya ia senderkan pada sisi jendela. Melihat pemandangan seperti itu membuat Mario menghela napas panjang . Secara perlahan Mario pun masuk dan berdiri tepat di belakang tubuh Jihan. "Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku harap jauh lebih baik." Ujar Mario. Mendengar suara seseorang, Jihan pun menoleh lalu kembali melihat ke arah jendela. "Tidak baik-baik saja," Jawab Jihan singkat. "Apa yang membuat kamu merasakan hal demikian? Padahal, sekarang sudah tidak ada lagi yang akan mengganggumu. Orang itu sudah dipenj
Firna begitu sedih melihat keadaan Jihan yang kacau. Ia turut merasakan apa yang Jihan rasakan. Tanpa terasa pula air matanya menetes. Sungguh membayangkan berada diposisi Jihan rasanya ia tak sanggup.Firna semakin tidak suka dengan Danu. Ia tidak menyangka ada sosok pria di dunia ini seperti Danu. "Mas Danu, kamu sudah keterlaluan! Kamu bertindak diluar batas kewajaran! Sebenarnya apa lagi mau kamu? Dulu kau membuang mbak Jihan dan sekarang apa coba yang kamu lakukan. Sungguh semakin ke sini kau tidak layak disebut manusia." Gumam Firna. Tak lama Raisya da Reno tiba-tiba datang. Padahal ia yakin kedua bocah ini sudah terlelap tidur. Cepat-cepat Firna mendorong pelan tubuh mereka untuk sedikit menjauh. Mereka tidak boleh tahu keadaan Umma-nya."Mama, Umma sudah pulang? Aku mau ketemu Umma," ujar Raisya pada Firna. Lalu disusul oleh Reno yang sama-sama merengek ingin bertemu Jihan."Besok, ya. Sekarang Umma harus istirahat. Dia kecapean. Kalian sayang kan sama Umma? Kalau iya, Mama
Orang yang Adam hubungi adalah polisi, ia meminta untuk berjaga-jaga apabila nantinya Danu memberontak. Sementara itu Mario dan Adam bersembunyi. Dua orang berpakaian koko terkejut saat melihat polisi datang. Namun Adam meminta mereka tenang. Bahkan meminta mereka untuk kembali pulang. Mario yang sudah tidak sabar segera berlari ke lantai atas. Ia membuka satu-satu ruangan yang ada di sana. Hingga tinggal satu ruangan yang belum ia lihat.Sebelumnya, Mario ingin memastikan apakah Jihan benar ada di kamar itu atau tidak.Mario menempelkan telinganya ke daun pintu dan ia benar-benar mendengar sesuatu yang membuat amarahnya semakin diubun-ubun. Ia melihat Jihan menangis sambil berancau agar dilepaskan. Tanpa berpikir lama Mario langsung membuka pintu kamar yang ternyata tidak terkunci itu.Brak..."Jihan!" Teriak Mario.Jihan dan Danu langsung menoleh. Mario berjalan cepat ke arah Danu yang ternyata tengah melecehkan Jihan. Ia tidak menerima Jihan diperlukan seperti itu.."kurang ajar
Mario dan Adam sudah berada di depan sebuah villa megah berlantai dua. Adam tahu siapa pemiliknya, sebab pemiliknya termasuk orang berpengaruh di sana. "Adam apa kau yakin di sini tempatnya?" Tanya Mario seraya menatap ke sekeliling rumah tersebut."Aku yakin." Ucap Adam.Kemudian terlihat sebuah mobil hitam melaju menuju villa. Buru-buru Mario dan Adam langsung bersembunyi. Mereka berdua bersembunyi di balik pohon besar yang ada di samping villa tersebut. Terlihat dua orang yang berpakaian seperti ustaz dan satunya berpakaian biasa yang tak lain adalah Danu. Mario semakin kuat dugaannya jika Jihan memang ada di sini di vila berlantai dua itu. "Kenapa perasaanku mendadak tidak enak seperti ini? Dam, ayo kita masuk saja, kita selamatkan kekasihku." tutur Mario pada Adam."Jangan gegabah, kita tidak tahu ada acara apa. sebaiknya kita cari tahu dulu. Sekarang ikut aku."Adam berjalan ke bagian belaang vila, berharap ada sesatu yang mereka ketahui. sementara itu Danu yang membawa dua
Firna melihat Mario berlari, padahal beberapa menit lalu Mario mengatakan jika dirinya ingin beristirahat. Lalu sekarang kenapa malah berlari dengan raut wajah seulas senyuman."Mario kamu mau ke mana? Bukankah kau bilang mau beristirahat? Lalu kenapa malah ke luar?" Tanya Firna pada Mario.Dengan tidak hentinya melukiskan senyuman, Mario menceritakan apa yang baru saja ia dapat. Firna mendengar dengan seksama hingga Firna pun ikut tersenyum senang. Berharap ini adalah jalan untuk menemukan keberadaan Jihan."Tapi, apa kamu yakin itu Jihan? Bukan Danu yang sengaja menjebakmu?" Terka Firna dan sukses membuat senyum di bibir Mario kembali sirna.Apa yang dikatakan Firna benar, kenapa dirinya tidak berpikir sampai sana? Bisa saja orang yang menghubungi Nayla adalah Danu. Tapi, jika dipikir ulang meskipun ini adalah jebakan Danu. Setidaknya ia akan tahu di mana keberadaan Nayla. Ya, itu benar. "Aku tidak peduli jika pun ini adalah jebakan Danu. Jika jebakan ini malah akan mempertemukan a
Satu hari Mario tidak pulang ke rumah Jihan, anak-anak ia titipkan pada Firna. Sungguh selama dua hari itu ia berusaha untuk mencari keberadaan Jihan. Meskipun hasilnya tidak ada.Sekitar pukul enam pagi, Mario tiba di rumah Jihan. Dengan lemah Mario mengucapkan salam, kedatangan Mario disambut oleh Raisya dan Reno. Mereka berdua langsung berlari ke arah Mario dengan pertanyaan seputar Umma-nya.Bukan hanya Mario yang merasa hidupnya hilang separuh. Tapi, Raisya dan Reno juga merasakan hal yang sama. "Om, Umma udah ketemu? Di mana sekarang? Raisya sama Reno udah kangen," cerocos Raisya si sulung.Raisya tahu, belum ada kabar tentang umma-nya. Ini terlihat jelas dari raut wajah Mario yang terlihat muram, tak ada sedikit pun senyum walau seulas.Mario kemudian tersenyum, sebisanya ia berusaha untuk tidak memperlihatkan wajah sedihnya. Jika seperti itu, maka siapa yang akan menguatkan anak-anak Jihan? Begitu pikir Mario.Mario mengusap kepala Raisya, kemudian kepala Reno. "Sepertinya Al
Mario berusaha ke sana ke mari untuk menemukan jejak Danu yang membawa Jihan pergi. Termasuk ke rumah sakit jiwa, ia ingin bertemu Viona. Dia tahu Viona kemungkinan tidak akan bisa menjawab setiap pertanyaan yang ia tanyakan. Tapi barang kali malah akan dapat petunjuk dari Viona.Dan di sinilah sekarang Mario, di depan pintu kamar rumah sakit jiwa milik Viona. Sebelum masuk, Mario melihat terlebih dahulu dari balik kaca pintu. Sungguh keadaan Viona begitu sangat kacau, ia hanya diam dengan tatapan kosong bak mayat hidup, dia hidup tapi diam layaknya mayat.Dengan keyakinan, Mario membuka pintu kamar tersebut lalu masuk. Ia berjalan perlahan sangat perlahan.Dia ingat pesan dokter, jika ingin menemui Viona jangan terlalu gaduh, karena ia tidak menyukai kegaduhan, jika seperti itu maka ia akan mengamuk."Halo Viona selamat siang." Sapa Mario lalu ia duduk di kursi kayu yang ada di sana. Posisi Viona tengah duduk melamun."Apakah kau ingat padaku? Aku Mario calon suami Jihan." Ujar Mari
Mario frustrasi, ia tidak tahu harus cari ke mana lagi Nayla. Raisya dan Reno mereka terus saja menanyakan di mana Umma, di mana Umma. Bagaimana ia mau menjawab, dirinya saja tidak tahu di mana keberadaan Jihan. "Firna barang kali kamu tahu tempat tinggal Danu selain di perumahan graha, karena aku yakin Danu membawanya ke sana." Ucap Mario pada Firna."Mas Danu tidak pernah memberi tahu apa pun selain rumah itu." Jelas Firna.Mario benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Mau lapor polisi pun percuma karena hilangnya Jihan belum ada dua puluh empat jam. Ia pun tidak tahu sebenarnya apa motif Danu membawa kabur Jihan. Yang Mario tahu Danu sudah menikah lagi lalu apa hubungannya dengan membawa Jihan? Lalu seketika ia teringat pada sosok istri Danu, Mario yakin dia pasti mengetahui sesuatu."Firna aku mau tanya, apa kamu tahu di mana rumah istri Danu?" Tanya Mario."Iya, aku tahu. Kenapa?""Kita harus ke sana. Aku yakin dia pasti tahu sesuatu.""Kau benar. Kalau begitu ayo biar aku ant
Rombongan mempelai pria sudah datang, Mario terlihat pangling dengan stelan baju pengantin serba putih. Kedatangan Mario disambut oleh Raisya dan Reno. Mereka berdiri disisi kanan dan kiri memegangi tangan Mario.Terlihat dengan jelas, raut kebahagiaan di wajah-wajah mereka. Bahkan Mario dan kedua anak Jihan terus saja saling menebar senyum kebahagian. Saat Mario dituntun untuk duduk di kursi pelaminan, kedua anak Jihan membisikkan sesuatu di telinga Mario. Sesuatu yang membuat Mario menganggukkan dan mengelus kepala mereka bergantian."Om, pasti akan jadi suami terbaik untuk Umma kalian. Dan om akan menyayangi kalian. Pegang janji om, ya, kalau om langgar om siap mendapatkan hukuman dari kalian." Tutur Mario sukses membuat Raisya dan Reno tersenyum.Acara akad pun akan segera dilaksanakan. Pengantin wanita sengaja tidak dipertemukan terlebih dahulu dengan pengantin pria, sebelum kata sah terucap. Dengan suasana khidmat dan khusu Mario siap untuk mengucapkan ijab Kabul sebagai tanda