Share

Bab 144_ Mulut Beracun

Hendry menelan ludah bersama semua kekesalannya. Ia sadar benar kalau apa pun yang ia ucapkan akan menjadi bumerang jika lawan bicaranya adalah Sheira. Entah bagaimana perempuan itu selalu bisa memelintir pernyataan Hendry hingga akhirnya menjadi senjata untuk menyerang.

"Aku akan langsung saja. Katakan padaku kenapa kau membuat putriku menangis? Kenapa kau membuat dia terlihat begitu menyedihkan dan memohon-mohon di kakimu seperti pengemis. Kau juga memiliki anak. Bagaimana perasaanmu jika aku melakukan hal yang sama kepada anakmu?" tanya Hendry yang menatap tajam sahabat almarhum istrinya.

"Hahaha ...." tawa Sheira menggema di ruang tamu. Perempuan itu berjalan perlahan dan duduk di sofa yang berbeda dari yang diduduki Hendry. Membuat Hendry memicingkan mata karena merasa Sheira telah mengolok-olok ucapannya. Sheira tertawa seolah apa yang dikatakan Hendry adalah banyolan yang sangat lucu.

"Itu tidak akan mungkin terjadi, Tuan Hendry Sasongko. Pertama, anakku

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status