Saat melakukan proses pemurnian, Yasmine mengalami ledakan berkali-kali.Yasmine kehilangan banyak tenaga, dia bahkan kesulitan mengangkat kelopak matanya.Yasmine tidak menghiraukan Shofan, dia berjalan ke gubuk yang ditempati Shaka dan mengetuk pintunya. "Pak Shaka, sudah selesai.""Apa? Mustahil!" Shofan melompat dari tempat duduknya. "Yasmine, jangan bohong!"Pak Shaka menjawab dengan suara serak, "Kalau berani berbohong, aku akan melemparmu ke kandang ular."Tak berapa lama, pintu gubuk pun terbuka. Di balik pintu, tampak seorang kakek tua bungkuk yang memiliki tinggi sekitar 1,2 meter. Kepalanya dipenuhi uban, wajahnya penuh kerutan, dan tampak sangat tua. Beberapa bintik hitam dan memar tak wajar juga terlihat di beberapa bagian wajahnya.Kedua mata Pak Shaka didominasi bagian putih, bola matanya yang berwarna hitam hampir tak kelihatan.Yasmine tersentak dan refleks melangkah mundur.Pak Shaka tersenyum dan memperlihatkan giginya yang berwarna hitam. Kemudian dia mengulurkan ta
Yasmine segera mencari solusi dengan berkata, "Uang hanyalah salah satu hadiah dariku. Ular yang bisa dibeli di pasaran, biasanya kalau bukan hasil pembudidayaan, berarti berbisa rendah. Semua ular itu nggak bisa dianggap barang berkualitas. Jadi, aku berencana pergi ke gunung dan menangkap ular secara pribadi untuk Guru!"Usai berkata demikian, Yasmine yang cemas pun menatap Shaka dan mengamati ekspresinya dengan cermat. Dia tidak tahu hadiah apa yang umum di antara mereka sehingga hanya dapat menebak dari sikap Shaka terhadap ular, lalu mempertaruhkan segalanya. Untungnya, tebakan Yasmine benar.Shaka memperhatikannya untuk waktu yang lama. Segera setelah itu, sudut bibirnya yang lebam agak tersenyum, lalu dia berkata, "Kamu cukup punya nyali. Kalau begitu, pergilah ke gunung belakang untuk menangkapnya. Ular di sana paling berbisa."Menangkap ular di gunung tentu berbahaya, tetapi Yasmine tidak punya pilihan karena dia sudah dihadapkan pada situasi seperti ini.Setelah meninggalkan
Yasmine berulang kali mual, seolah-olah ingin memuntahkan organ dalamnya. Dia sangat menderita sehingga menusuk daging Shofan menggunakan kukunya, bahkan terus mencakar hingga membuat jejak darah yang mengerikan di tubuh pria itu.Meskipun merasa kesakitan, Shofan justru makin bersemangat. Dia segera berkata, "Kalau kamu nggak bisa mencakarku sampai mati, aku yang akan menghabisimu malam ini."Mati? Mata Yasmine tampak memerah. Dia menjilat racun yang tersembunyi di balik giginya sembari membatin, 'Kalau mau mati, matilah bersama.' Ketika Yasmine hendak menggigit racun itu dengan kejam, suara keras tiba-tiba terdengar pada saat ini. Pintu kamar Shofan didobrak oleh seseorang dari luar.Di bawah cahaya bulan yang tenang, Carlos tampak menginjak lumpur. Sosoknya yang besar berdiri di pintu. Pandangan dinginnya terasa lebih menusuk daripada angin malam yang dingin. Wajah pria itu menyatu dengan kegelapan sehingga sulit untuk dilihat secara jelas. Akan tetapi, tatapannya yang kejam seolah-
Yasmine melihat meja di samping sambil berkata, "Peta gunung belakang."Carlos mengambil peta dengan satu tangan. Saat itu, Yasmine baru melihat jelas bahwa peta itu sebenarnya hanya sehelai kertas putih. Shofan telah menipunya."Di mana petanya?" tanya Carlos.Shofan telah dihajar hingga sekujur tubuhnya penuh luka dan berlumuran darah. Dia tergeletak di lantai dan terus gemetaran. Berhubung ditatap dengan dingin oleh Carlos, dia yang ketakutan segera menjawab, "Ada ... ada di laci."Setelah membuka laci dan menemukan menemukan peta gunung belakang yang sebenarnya, Carlos segera menggendong Yasmine keluar dari sana.Begitu mendengar suara pintu tertutup dari kamar sebelah, Shofan baru merasa lega. Setelah lolos, raut wajahnya langsung berubah menjadi kejam dalam sekejap. Dia menahan rasa sakit dan berguling cukup lama di lantai. Shofan mengeluarkan ponselnya, lalu menekan layar dengan lidahnya untuk menelepon.Telepon berdering cukup lama sebelum diangkat. Di ujung telepon, Sasha bert
Yasmine dibawa oleh Carlos ke kamarnya sendiri, lalu diletakkan perlahan di atas ranjang. Meskipun dia mengenakan mantel dan mencium aroma Hanafi, bagian tubuhnya yang sempat disentuh oleh Shofan tetap membuatnya merasa sangat jijik. Yasmine ingin mandi dan sangat terburu-buru untuk melakukannya."Debu di tubuhmu perlu dibersihkan. Aku siapkan air mandi untukmu, ya?" tanya Carlos dengan tatapan lembut. Dia menghindari topik sensitif tentang pelecehan yang dialami Yasmine agar tidak membuat wanita itu merasa malu.Yasmine pun mengangguk. Saat dia sedang mandi, Carlos berjaga di depan pintu dan tidak pernah menjauh.Yasmine berdiri di bawah shower dan terus menggosok bagian tubuhnya yang telah disentuh oleh Shofan hingga memerah, bahkan terluka. Dia seolah-olah ingin menghilangkan jejak pria itu sepenuhnya. Pada saat yang sama, Carlos sedang mengirim pesan dengan ponselnya.[ Cari orang yang pulang dari sini setelah belajar dari Pak Shaka. Gunakan metode apa pun dan pastikan mereka mence
Namun, hasil pemeriksaan denyut nadinya tidak menunjukkan ada yang aneh. Yasmine pun bertanya, "Apakah kamu makan hidangan yang dibuatkan oleh Sasha?"Lantaran merasakan kegelisahan Yasmine, Carlos langsung tahu bahwa makanan tersebut bermasalah. Setelah terdiam sejenak, dia baru menjawab, "Tidak."Setelah itu, Yasmine baru merasa lega. Dia melepaskan tangan pria itu dan berusaha keras meredakan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Yasmine berusaha tampil tenang seperti biasa."Kursinya pasti dingin karena suhu di gunung sangat dingin. Malam ini ... kita tidur bersama saja. Kita bisa tidur di sisi yang berbeda," tawar Yasmine. Dia mencoba berbicara dengan tenang, tanpa menunjukkan niat sama sekali.Sementara itu, tubuh Carlos malah makin tegang. Hatinya penuh dengan ketidakberdayaan. Apakah Yasmine tahu permintaan apa yang diajukannya?Carlos bukan orang suci. Perjuangannya untuk menahan diri terasa sangat sulit malam ini. Hasrat yang belum pernah dirasakannya terus membeludak. Saat
Suara desiran yang tak terhitung jumlahnya datang dari segala arah. Yasmine secara terkejut menemukan bahwa entah sejak kapan, seekor demi seekor ular tiba-tiba mendekati dan mengepung mereka.Beberapa ular mungkin dapat diatasi dengan cara ditangkap bersama, tetapi ratusan bahkan ribuan ular sama sekali tidak mungkin bisa dihadapi oleh dua orang. Apa yang lebih menakutkan adalah di antara ular-ular itu, ada seekor ular besar sebesar paha manusia.Mata ular yang licik menatap mereka lekat-lekat, seolah-olah sedang melihat hidangan lezat yang disajikan di atas meja. Yasmine sontak berkata dengan ngeri, "Itu ... raja ular."Ketika belajar keterampilan medis, dia telah mempelajari tentang ular dan memiliki beberapa pemahaman tentang binatang ini. Itu sebabnya, Yasmine segera mengenali ular besar tersebut.Itu adalah raja ular yang sangat berbisa dan memiliki kesadaran teritorial, bahkan mampu memerintah ular-ular kecil untuk memakan penyusup hingga habis tak bersisa. Tidak pernah ada oran
Yasmine menggertakkan gigi untuk menahan pusing dan rasa sakit. Dia duduk, lalu menarik lengan Hanafi untuk bertopang di bahunya. Dengan kekuatan terakhir yang dimilikinya, Yasmine berusaha untuk membantunya berdiri.Carlos berbicara dengan lemah, "Lukaku terlalu parah. Kamu tidak akan bisa pergi jauh kalau membawaku. Jadi, tolong abaikan aku.""Kalau kamu nggak mau bekerja sama, yang tertunda hanyalah waktu emas untuk melarikan diri. Itu justru akan membuatku mati bersamamu," ucap Yasmine. Lantaran mengeluarkan terlalu banyak tenaga, suara wanita itu bahkan terdengar gemetar. Akan tetapi, dia sangat bersikeras dan tidak akan meninggalkan Hanafi begitu saja.Sementara itu, jantung Carlos berdebar kencang. Dia melihat Yasmine dengan penuh emosi. Setelah sekian lama, dia memaksa tubuhnya yang lemah untuk berdiri dengan susah payah dan mengikuti Yasmine. Akan tetapi, sebagian besar beban ada pada tubuh Yasmine. Tubuh mungil Yasmine tampak membungkuk karena jelas memikul beban. Keringat d