Keesokan harinya,Riri sudah bersiap untuk ke rumah Bu Jeni, pagi pagi buta tadi Bu Jeni menghubungi Riri mengenai Joana yang sudah pulang ke rumah kemarin sore. Sontak membuat Riri kaget, pasalnya sebelum ia pulang bersama sang suami tidak ada tanda tanda jika Joana akan diperbolehkan pulang. Padahal tadinya dirinya ingin mengunjunginya lagi dirumah sakit, itung itung untuk mempererat hubungannya dengan sang adik.Joana sudsh datang ke rumah Bu Jeni dengan diantar oleh Rian, namun lelaki itu langsung pamit sebab harus bekerja sehingga ia tak bertemu dengan mantan istrinya. Ia kembali bertemu dengan sang Ibu dan kakak angkatnya itu."Jo, gimana sudah lebih baik?" tanya Riri lembut membuat perempuan yang tengah duduk dikursi rodanya itu tersenyum."Alhamdulillah mbak."Joana menatap Riri dengan lekat, ia memerhatikan wajah Riri dengan seksama. Dalam hatinya bertanya tanya, sebenarnya apa yang salah dengan wanita yang ada didepannya ini sehingga membuat Ibu mertuanya begitu membencinya.
Riri terus melangkah dengan mantab, ia berusaha tersenyum untuk menutupi kegugupannya. Begitu sampai dipanggung, Pak Yuda memberikan uluran tangannya kepada Riri. Kemudian Pak Yuda memperkenalkan Riri sebagai anak mereka. Semua tamu bertepuk tangan dan terpana melihat Riri didepan, diperkenalkan sebagai anak kandung dari pasangan Pak Yuda dan Bu Jeni. Tak berbeda dengan tamu yang lain, Rian, Bu Dara dan Silvi pun ikut terpana akan hal itu. Mereka masih syok mendengar fakta baru tersebut.Rian melirik ke arah sang istri yang tengah tersenyum sambil bertepuk tangan dengan pandangan lurus ke depan."Kamu....Sudah tahu tentang ini?" tanya Rian."Iya, memangnya kenapa?""Kok kamu gak bilang sama aku?""Bilang apa?" tanya Joana berpura pura tak tahu.Rian memandang istrinya dengan tatapan yang sulit diartikan, tapi Joana terlihat begitu santai saja. Kini terjawab sudsh teka teki pertanyaan yang sedari kemarin disimpan dalam benaknya, mengenai sang istri yang tiba tiba sudah mulai dekat deng
"Ya sudah, ayo ke dalam. Ibu sudah lapar nih, mana habis senam jantung tadi." ujar Bu Dara.Bu Dara dan Silvi masuk ke dalam ruangan tempat pesta dilangsungkan, mereka kembali ke tempat duduk yang sebelumnya. Karena Joana dan Rian sedang mengambilkan makanan untuk Bu Dara, jadilah sekarang wanita paruh baya tersebut hanya menunggu.Setelah mereka menikmati hidangan yang ada, Kevin yang tengah menggendong Kayla tanoa sengaja berpapasan dengan Rian serta Joana yang ingin mengambil minuman. Sebenarnya ada rasa sungkan dalam diri Rian, ia ingin menghindar dari keluarga kecil Riri. Namun mau bagaimana lagi, ya bagaiamana pun juga sekarang dia sudah menjadi saudara ipar mantan istrinya itu.Kayla yang melihat Rian dan Joana pun tertawa menampilkan deretan gigi yang sudah mulai tumbuh, sehingga membuatnya semakin menggemaskan. Ia merentangkan tangannya pertanda ingin digendong oleh lelaki yang merupakan ayah kandungnya."Mas, kayaknya dia minta digendong kamu deh." ucap Joana namun Rian terl
"Bagaimana sayang, sudah merasa lebih baik?" tanya Kevin, sedangkan Riri hanya mengangguk pelan.Kevin yang merasa cemas segera menghubungi dokter keluarga, untuk memeriksa Riri. Maria yang melihat kehadiran dokter keluarganya pun mendadak langsung merasa khawatir, yang tadinya ia tengah berbincang dengan besannya itu. Wajahnya langsung pucat, membuat Bu Jeni dan Mama Amira bertanya tanya."Ada apa Jeng, mengapa terlihat begitu khawatir?" tanya Bu Jeni."I-itu, barusan saya melihat dokter keluarga kami kemari. Apa telha terjadi sesuatu ya?" ucapnya dengan raut khawatir.Bu Jeni dan Mama Amira saling memandang satu sama lain, pikiran mereka langsung tertuju pada hal yang sama yaitu Riri. Tanpa babibu Bu Jeni segera melangkah menuju kamar yang ia siapkan untuk sang putri. diikuti oleh Maria dan Amira.Pak Yuda yang melihat istrinya berjalan tergesa gesa menjadi mengernyitkan keningnya, ia bersama Pak Fauzan menyusul para istrinya ke dalam."Maaf, saya tinggal sebentar ya." pamit Pak Yud
Joana yang sedang bersama dengan Rian, menghampiri sang Ibu yang baru saja keluar. Ia memdorong pelan kursi rodanya sendiri, ia membiarkan sang suami yang masih terhenyak dalam pemikirannya. Biarlah ia tenang terlebih dahulu."Ma, Mbak Riri mana?" tanya Joana pelan.Bu Jeni menghela napas pelan, "Riri istirahat dikamar, tadi dia sempat mengalami kram diperutnya.""Astaga! Terus gimana keadaannya sekarang Ma?" tanya Joana panik."Sudah lebih baik Na, tadi sudah dipanggilkan dokter keluarga Pratama.""Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu. Tapi kok bisa tiba tiba kram Ma?" tanya Joana."Kata dokter karena terlalu emosi dan juga setres Jo."Deg'Jangan jangan karena ulah Bu Dara tadi?' tanya Joana dalam hati.Joana terlarut dalam lamunannya, sementara Bu Dara semakin cemas memikirkan Riri yang ternyata anak kandung dari besannya. Ia masih terduduk ditempatnya, wajahnya menerawang jauh lurus ke depan. Ia berharap semua ini hanyalah mimpi belaka. Namun apalah daya karena semua itu adalah k
FlashbackKevin yang sedang berada dirumahnya, bermain game diponselnya seorang diri. Ia memang sangat pendiam dan cenderung tidak punya banyak teman, sehingga hari libur seperti ini ia hanya menghabiskan waktunya dengan bermain ponsel. Ia hanya mempunyai beberapa teman saja, bahkan bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah Jihan itu, tetangga sekaligus anak dari sahabat Maminya.Drt drtPonsel Kevin Bergetar karena terdapat panggilan masuk, ia mendengus sebal melihat nama yang tertera dilayar ponselnya 'Jihan'."Ck ck ck, mengganggu saja." gumam Kevin, namun pria itu tetap mengangkatnya.[Ada apa?] tanya Kevin ketus.[Tolonggg....Tolong aku Vin....] teriak Jihan disebrang.[Becanda loe gak lucu, ganggu orang ngegame aja!] rutuk Kevin.[Hiks hiks, aaaaaaaaaa.....] teriak Jihan.[Han, loe kenapa? Jawab Han, loe dimana?] tanya Kevin panik karena mendengar teriakan Jihan.[Hiks hiks, Vin tolongin aku. Aku takut!][Tenang, Han....Sekarang loe kasih tahu gue loe dimana?]Setelah mend
Pagi hari Joana keluar dari dalam kamarnya, ia memghampiri meja makan yang ternyata sudah ada Riri disana bersama Kevin dan anaknya. Joana langsung saja ikut bergabung bersama mereka tanpa basa basi, ia masih menggunanakan kursi rodanya."Mbak, Vin...." ucap Joana."Hai, Jo. Mau sarapan? Ayo ayo gabung.""Mbak Riri gimana keadaannya?""Sudah jauh lebih baik, kamu sendiri gimana?""Alhamdulillah Mbak.""Oh, ya kok tumben sendiri. Suami kamu mana Jo?" tanya Kevin."Mmmhh, Mas Rian pulang tadi malam Vin."HeningMereka melanjutkan sarapan paginya dengan tenang, usai sarapan mereka meninggalkan meja makan. Hanya Joana yang masih setia disana.Bu Jeni menghampiri Joana yang terlihat sedang melamun, wajahnya terlihat masam. Padahal ini masih pagi, tapi entah lah apa yang membuat gadis itu kesal pagi pagi begini."Kenapa Jo, mukanya ditekuk aja." ucap Bu Jeni."Eh, Mama. Ngagetin aja, gak apa apa kok Ma.""Kamu gak bisa bohongin Mama, Jo. Kamu sudah hidup bersama Mama sejak kecil sayang."Jo
Setelah selesai membersihkan meja makan, Bu Dara masuk ke dalam kamarnya. Ia menggunakan kamar tamu, awalnya ia ingin menggunakan kamar pribadi karena dirumah itu ada dua kamar pribadi. Tapi Joana melarangnya, dengan alasan kamar yang satunya kotor belum dibersihkan yang sudah rapi dan bersih hanya kamar utama yang ditempati Joana dan Rian dan kamar tamu.Bu Dara bermain ponsel, berselancar didunia maya miliknya. Walaupun sudah tua tapi ia tidak ingin ketinggalaan informasi informasi yang up to date. Tanpa disadari olehnya kini sang anak sudah pulang ke rumah.Ceklek"Assalamu'alaikum." seru Rian yang melangkah ke dalam rumahnya.Tubuhnya dslam keadaan lemah letih lesu, akibat kemarin malam ia tidak bisa tidur. Ditambah banyak pekerjaan kantor yang menumpuk yang harus segera diselesaikan, ia menjatuhkan bobot tubuhnya disofa terlebih dahulu untuk menenangkan diri sejenak.Kepalanya terasa sedikit pusing, perutnya keroncongan. Cacing cacing dalam perutnya sudah berdisco ria, ingin sege