Hari ini Kevin berniat untuk mengajak Riri jalan jalan, setelah beberapa hari kemarin mereka sibuk mengha iskan waktu didalam kamar saja karena Kevin yang sakit.Kebahagiaan yangvtengah dirasakan oleh Kevin atas kehamilan sang istri membuatnya begitu lebih bersemangat dari sebelumnya. Seperti sekarang, sejak pagi ia tak henti hentinya menyuruh Riri untuk cepat cepat bersiap karena ingin membawanya jalan jalan."Sayang, ayo. Buruan ih, lama bener!" rengek Kevin."Sabar dong, Vin. Lagian mau kemana sih, baru juga jam delapan pagi.""Ayo ih, siap siap dandan yang cantik. Terus kita keluar sekalian sarapan diluar."Riri hanya bisa geleng geleng kepala, sejak tahu jika dirinya hamil Kevin menjadi begitu protektif dan lebih manja jika sedang berdua."Kok, bajunya begitu sayang?" tanya Kevin.Riri mengkerutkan keningnya, pertanda bingung. Padahal tidak ada yang aneh dengan baju yang dipakai oleh Riri. Ia memakai baju biasa yang biasa ia pakai."Maksudnya?""Ganti.""Tap_""Ganti sayang, aku
"Pak Kevin?" salah seorang menyapa mereka."Iya, Pak Agung kah?""Benar, Pak. Saya yang akan bertanggungjawab membawa rombongan Bapak dan ibu berkeliling sekitar. Mari silakan, boat saya ada disebelah sana."Kevin menatap sang istri yang tengah menggendong baby Kayla, tampaknya ia sudah tidak sabar ingin membawa keluarga kecilnya itu merasakan petualangan yang berbeda."Sayang, kita mau kemana sih?" tanya Riri."Ayo, sayang." Kevin enggan menjawab pertanyaan dari istrinya."Jawab dulu, kalo nggak aku ngga mau ikut. Aku nggak mau nantinya aneh aneh lho ya Vin, kita bawa keluarga kita lho."Kevin menghembuskan napasnya panjang, akhirnya Kevin memberitahukan kepada Riri dari pada nantinya Riri tidak mau ikut pergi. Ia berusaha agar sang istri happy dan tidak kesal dengannya, ia tahu jika perubahaan mood seorang ibu hamil sangatlah mudah sebentar bisa merasa senang setelah itu bisa juga langsung sedih.Kevin tidak ingin istrinya sedih karena bisa saja akan mempengaruhi kehamilannya."Oke
Drap drap drapSeseorang menghentikan langkahnya tepat didepan Riri, namun agaknya perempuan itu masih sibuk dengan pemikirannya sendiri."Sayang, hey." Kevin mengisbaskan tangannya di depan sang Istri yang terus saja melamun."Ras, are you oke?" kini Kevin sedikit mengguncang lengan Riri agar perempuan itu segera menyadari kehadirannya."Eh, lho kok kamu sudah disini." tanya Riri yang keheranan melihat sang suami sudsh berada disisinya."Iya, serem ih disana. Makanya aku balik langsung kesini deh, anak Papa sudah bangun. Sini yok sama Papa!""Pa pa." lirih Kayla dengan lucunya membuat dua orang tersebut tersenyum."Iya sayang, kenapa? Kayla laper, mau emam?" tanya Kevin.Kevin melihat jam yang berada di arlojinya, sudah memasuki jam makan siang. Namun keluarga yang lain masih sibuk di Taman Nasional Komodo, mereka memuaskan hasratnya karena bisa melihat komodo dari jarak yang lumayan dekat. Meskipun dengan perasaan yang dag dig dug."Ayo kita makan lebih dulu, kasihan Kayla dan babyn
Setelah usai makan siang, mereka kembali ke speed boat untuk melintasi lautan menuju Air Terjun Cunca Wulang. Namun sebelumnya mereka akan mampir ke pulau Badar dulu karena keinginan dari sang istri. Riri ingin pergi ke Pink Beach."Sayang, boleh tidak kalau kita mampir ke Pink Beach dulu sebentar?""Pink Beach?" tanya Kevin."Ya, pantai tercantik disini sengan pasirnya berwarna pink yang berasal dari terumbu karang yang memang warnanya sama."Selain menawarkan pemandangan dari laut biru yang indah dan jernih, hamparan pasir berwarna merah muda tersebut menjadi daya tarik Pink Beach yang unik."serius?""Ya, sayang.""Kamu tahu dari mana ada tempat seperti itu?""He he, aku kan udah browsing di internet sayang.""Oo, pantas.""Ayo, sayang."Mereka semua turun untuk menikmati Pink Beach dari dekat, tak lupa juga untuk mengabadikan momen tersebut dengan menggunakan kamera.Pak Agung mengatakan, di balik warna pasir yang menarik terdapat peran dari ombak yang menyeret terumbu karang ke p
Sementara ditempat lain.Setelah berhari hari Joana menginap dirumah Kevin bersama kedua orang tuanya, akhirnya ia pulang ke rumahnya sendiri setelah dijemput Rian usai pulang kantor.Pulang ke tempat ternyamannya, bukan maksud hati dirumah Kevin tidak nyaman. Hanya saja karena mengingat itu tempat tinggal Riri, jadi ia merasa tidak nyaman. Apalagi Joana belum bisa menerima perubahan status Riri yang menjadi kakaknya, membuat ia rikuh untuk terlalu lama disana. Walaupun orang yang bersangkutan sedang tidak ada dirumah.Joana membersihkan tubuhnya tanpa beban, meskipun tadi ia pulang bersama sang suami. Namun ia masih sedikit kesal karena kejadian terakhir kali, bahkan ia juga masih sedikit mengabaikan Rian.Usai mandi dan berpakaian, Joana beranjak ke dapur karena perutnya sudah merasa lapar. Ia membuka kulkas untuk melihat apakah ada makanan atau stok bahan makanan disana, ternyata semuanya kosong.Karena Rian ditinggal selama beberapa hari sendirian, mungkin ia tidak sempat belanja
Setelah selesai dari Cunca Wulang, mereka kembali ke boat dan balik ke hotel. Mereka tidak jadi pergi ke bukit cinta karena rasanya sudsh sangat lelah, apalagi ada Kayla bersama dengan mereka.Sepanjang perjalanan Riri tertidur di boat, beralaskan paha Kevin. Sedang Kayla sudah berada dalam dekapan Bu Jeni, bayi memggemaskan yang sebentar lagi akan memjadi seorang kakak pun telah tertidur pulas.Mereka sampai di resort sekitar pukul enam lebih lima belas menit, mereka sudah tiba dikamar masing masing. Entah sejak kapan rombongan itu memesan kamar disana, yang pasti Kayla akan ikut satu kamar bersama Kevin dan Riri. Bagaimanapun juga Ibu muda tersebut sudah kangen ingin tidur bersama putrinya kembali.Riri memutuskan untuk merebahkan diri terlebih dahulu bersama sang putri, karena masih merasakan lelah. Apalagi ditambah sekarang ia tengah mengandung, yang membuatnya menjafi lebih cepat lelah. Sedang Kevin memilih untuk membersihkan diri di kamar mandi.Kevin keluar dari kamar mandi men
Setelah selesai dari Cunca Wulang, mereka kembali ke boat dan balik ke hotel. Mereka tidak jadi pergi ke bukit cinta karena rasanya sudsh sangat lelah, apalagi ada Kayla bersama dengan mereka.Sepanjang perjalanan Riri tertidur di boat, beralaskan paha Kevin. Sedang Kayla sudah berada dalam dekapan Bu Jeni, bayi memggemaskan yang sebentar lagi akan memjadi seorang kakak pun telah tertidur pulas.Mereka sampai di resort sekitar pukul enam lebih lima belas menit, mereka sudah tiba dikamar masing masing. Entah sejak kapan rombongan itu memesan kamar disana, yang pasti Kayla akan ikut satu kamar bersama Kevin dan Riri. Bagaimanapun juga Ibu muda tersebut sudah kangen ingin tidur bersama putrinya kembali.Riri memutuskan untuk merebahkan diri terlebih dahulu bersama sang putri, karena masih merasakan lelah. Apalagi ditambah sekarang ia tengah mengandung, yang membuatnya menjafi lebih cepat lelah. Sedang Kevin memilih untuk membersihkan diri di kamar mandi.Kevin keluar dari kamar mandi men
Sesampainya di hotel, Riri mengambil Kayla yang sempat ia titipkan pada Mami Maria. Ia pergi ke kamar Ibu Mertuanya.Tok tokCeklekMami membuka pintu kamar hotelnya, dan terpampanglah wajah Riri di depannya."Lho sayang, udah pulang?"Riri mengangguk, "Iya, Mi. Cuma bentar doang kok, tadi juga udah sempet makan sekalian.""Kayla mana lagi ngapain, Mi?""Itu lagi main sama nenek neneknya."Mereka berdua masuk ke dalam kamar, "Sayangnya Mama." ucap Riri membuat putrinya dan yang lain ikut menoleh."Sayang, sudah pulang?" tanya Bu Jeni."Iya, Mah. Cuma sebentar kok tadi.""Memang kamu habis dari mana sayang?" tanya Mama Amira."Ketemu mantannya Mas Kevin."HahMami Maria, Bu Jeni dan Mama Amira melongo. Mendengar ucapan anaknya itu."Maksudnya, Imelda?" tanya Mami yang langsung dihadiahi anggukan kepala oleh Riri."Ngapain?"Riri menghela napas panjang, "Dia minta ketemu Mas Kevin, mau minta dinikahin suamiku."HahLagi, ketiganya terbengong dengan mulut terbuka lebar memdemgar ucapan
Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa