Setelah selesai dari Cunca Wulang, mereka kembali ke boat dan balik ke hotel. Mereka tidak jadi pergi ke bukit cinta karena rasanya sudsh sangat lelah, apalagi ada Kayla bersama dengan mereka.Sepanjang perjalanan Riri tertidur di boat, beralaskan paha Kevin. Sedang Kayla sudah berada dalam dekapan Bu Jeni, bayi memggemaskan yang sebentar lagi akan memjadi seorang kakak pun telah tertidur pulas.Mereka sampai di resort sekitar pukul enam lebih lima belas menit, mereka sudah tiba dikamar masing masing. Entah sejak kapan rombongan itu memesan kamar disana, yang pasti Kayla akan ikut satu kamar bersama Kevin dan Riri. Bagaimanapun juga Ibu muda tersebut sudah kangen ingin tidur bersama putrinya kembali.Riri memutuskan untuk merebahkan diri terlebih dahulu bersama sang putri, karena masih merasakan lelah. Apalagi ditambah sekarang ia tengah mengandung, yang membuatnya menjafi lebih cepat lelah. Sedang Kevin memilih untuk membersihkan diri di kamar mandi.Kevin keluar dari kamar mandi men
Sesampainya di hotel, Riri mengambil Kayla yang sempat ia titipkan pada Mami Maria. Ia pergi ke kamar Ibu Mertuanya.Tok tokCeklekMami membuka pintu kamar hotelnya, dan terpampanglah wajah Riri di depannya."Lho sayang, udah pulang?"Riri mengangguk, "Iya, Mi. Cuma bentar doang kok, tadi juga udah sempet makan sekalian.""Kayla mana lagi ngapain, Mi?""Itu lagi main sama nenek neneknya."Mereka berdua masuk ke dalam kamar, "Sayangnya Mama." ucap Riri membuat putrinya dan yang lain ikut menoleh."Sayang, sudah pulang?" tanya Bu Jeni."Iya, Mah. Cuma sebentar kok tadi.""Memang kamu habis dari mana sayang?" tanya Mama Amira."Ketemu mantannya Mas Kevin."HahMami Maria, Bu Jeni dan Mama Amira melongo. Mendengar ucapan anaknya itu."Maksudnya, Imelda?" tanya Mami yang langsung dihadiahi anggukan kepala oleh Riri."Ngapain?"Riri menghela napas panjang, "Dia minta ketemu Mas Kevin, mau minta dinikahin suamiku."HahLagi, ketiganya terbengong dengan mulut terbuka lebar memdemgar ucapan
Keesokan paginya Kevin dan Riri memilih untuk berkemas saja, rencananya mereka akan pergi hari ini juga. Setelah mengobrol serius tentang Imelda dan masalah kehamilan Riri, mereka memutuskan untuk segera pulang ke.rumah. Karena takut jika nantinya Imelda akan berbuat nekad disana, apalagi keadaanya mereka sedang jauh dari rumah dan mau kemana mana juga sedikit susah. Mereka sarapan bersama yang lain diresti hotel."Mah, Pah. Semuanya, maaf rencananya kami akan chek out hari ini. Karena takut jika nantinya terjadi seesuatu pada Riri, karena perbuatan Imelda." ucap Kevin tiba tiba."Iya, nak. Tidak apa apa, kami juga gak mau terjadi sesuatu pada kalian." ucap Mami."Untung kamu menolak dia, Vin. Coba saja kalo kamu terima, udah Mami coret kamu dari daftar warisan." ucapnya lagi."Yaa, Mami. Jangan dong Mi, nanti anak Kevin dapat apa." canda Kevin."Anak kamu akan tetap dapat bagian, cuma kamu saja yang tidak!""Iss Mami jahat deh, sama anak sendiri mah tega!""Diam kamu! Itu balasan bua
Disebuah rumah sakit, di Ibu kota Jakarta. Seorang pria tengah duduk disamping ranjang tempat istrinya beebaring, ia adalah Rian. Hari sudah sore, namun sang istri belum juga menunjukan tanda tanda ia akan sadar.Pria itu menelisik setiap inci wajah istrinya, terdapat lebam disudut pipinya dan kepalanya juga sampai diperban karena terbetur trotoar. Ingatannya kembali pada detik detik dimana sang istri hendak menyeberang jalan, karena mobil yang Rian tumpangi terparkir disebrang jalan.Rian yang kaget mendengar suara benturan yang cukup nyaring, lantas segera keluar dari dalam mobilnya. Ia begitu shock ketika dilihatnya orang itu adalah Istrinya, Joana. Dengan tergesa Rian meminta bantuan pada warga sekitar yang melihat kejadian tersebut untuk membantu membawa sang istri ke mobilnya, agar segera dibawa ke rumah sakit. Sampai detik ini tangan dan kakinya masih saja gemetar setiap kali.mengingat hal tersebut.Namun, satu hal yang harus ia syukuri adalah Joana tidak kehilangan nyawanya.
Mendengar ada yang menyebut namanya, Joana pun membuka matanya, ternyata itu adalah Riri dan Kevin. Lalu ia tersenyum tipis."Terima kasih.....Karena sudah da-tang." ucap Joana terbata.Riri yang tak menyangka jika respon adik angkatnya akan seperti itu pun ikut tersenyum, sungguh dalam hati Riri merasa sedikit lega."Sama sama, namanya juga keluarga. Jadi harus datang, kamu yang sabar dan kuat ya biar pengobatan berjalan lancar." ucap Riri yang duangguki pelan oleh Joana."Heleh, siapa kamu. Ngaku ngaku keluarga!" ucap Bu Dara judes membuat semua orang yang berada disana geram terutama Bu Jeni dan Pak Yuda."Ibu!!!!" ujar Rian dengan nada tegas membuat Bu Dara melengos sambil memanyunkan bibirnya.Riri masih mematung disamping ranjang Joana, ia masih merangkai kata agar hubungannya dengan adik angkatnya itu semakin membaik."Ka..Du-duk, katanya kamu sedang ha-hamil. Selamat y-ya! Kalian....Nggak harus pulang padahal." ucap Joana dengan tersenyum.Sebenarnya Riri sedikit heran dengan
Bu Dara pulang demgan misuh misuh, ia kesal dengan sikap anaknya yang justru mengusir dirinya. Ya, memang sih ia tak bisa mengontrol mulutnya supaya tidak julid dengan Riri. Tapi mau bagaimana lagi memang tabiatnya sudah begitu, entah salah apa itu si Riri sampai Bu Dara segitu bencinya sama mamtan menantunya itu."Kesel ibu, kamu juga kenapa belain kakak kamu buat ngusir Ibu!" ujar Bu Dara."Maaf, Bu. Aku cuma gak mau aja Ibu jadi tambah malu karena mereka yang disana kan lebih pro ke Riri." Silvi mencoba menenangkan Ibunya."Huh, bikin kesal saja!" ucap Bu Dara."Ya sudah, sebagai permintaan maafku gimana kalau kita shopping saja?" tanya Silvi."Boleh, ayok!"Silvi dan Bu Dara pun menuju mall terdekat, cukup ramai karena ini adalah satu satunya mall terbesar didaerah itu. Mereka asik belanja kesana dan kemari.Disaat sedang asik berbelanja, tiba tiba ada seseorang yang tak sengaja menabrak bahu Silvi sehingga barang belanjaannya jatuh.Brugh"Gimana sih kalo ja..." ucap Silvi."Ma..
Tok tok tokAtensi keduanya teraklihkan ke arah pintu yang diketuk, entah siapa yang datang. Keduanya saling pandang sejenak."Permisi, waktunya untuk kontrol." ucap Suster.Ternyata suster yang berjaga yang datang, Joana sudah dipindahkan ke ruangan VIP agar ia merasa lebih nyaman dan tidak sembarang orang bisa masuk sembarangan apalagi membuat keributan."Nah sudah ya, Bu." ucap Suster tersebut."Bagaimana kondisi adik saya sus?" tanya Riri, Joana menoleh melihat Riri bertanya pada suster tersebut. Tanpa terasa bubirnya melengkung ke atas."Pasien sudah banyak perkembangan, sebentar lagi akan lebih." hanya itu yang di sampaikan oleh suster."Permisi." pamitnya.Riri kembali ke tempat duduk disamping ranjang Joana, ia kembali mengupas jeruk dan apel untuk sang adik dan dirinya."Nah, udah denger kan? Jadi harus semangat biar cepat sembuh!" ucapnya sambil menyodorkan buah tersebut."Makasih kak." jawab Joana.Mereka berdua menikmati buah tersebut sambil sesekali berbincang bahkan samp
Rian mengernyit heran, ia sedikit ragu apakah mempercayai ucapan Bu Dara atau tidak."Bu, kenapa Ibu datang kesini tanpa makan terlebih dahulu? Dan Joana tidak seperti itu Bu."Bu Dara langsung menoleh kepada sang anak dan mentapnya dengan sinis."Kamu gak percaya sama Ibu kamu sendiri?" sehtak Bu Dara.Rian yang sudah pusing dengan pekerjaan dikantor, kini tambah semakin pusing dengan perdebatannya bersama sang Ibu."Padahal Ibu sudah capek capek datang kesini mau jagain dia, tapi usaha Ibu gak dihargai. Ibu sudah bilang kalau lapar, dia malah asik sendiri bersama wanita pengkhianat itu." kilah Bu Dara.Joana geram terus terus difitnah oleh Ibu Mertuanya, bahkan Riri yang tidak salah apa apa pun juga ikut difitnah. Sedangkan Rian bingung posisinya menjadi serba salah, berada diantara Ibu dan istrinya sendiri."Stop, Bu. Jangan fitnah aku lagi. Ibu yang mulai duluan, Ibu datang langsung marah marah sama Riri karena dia jengukin aku. Bahkan disaat aku membela Riri, Ibu malah secara ter
Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa