"Maafin, aku ya sayang." ujar Kevin."Maaf kenapa?""Maaf, gara gara aku sakit. Kita jadi tidak bisa jalan jalan sekarang."Riri tersenyum tipis, " Kenapa harus minta maaf, kesehatan kamu jauh lebih penting dari pada urusan jalan jalan. Lagian nanti juga bisa kalo kamu udah sembuh ko.""Makasih ya sayng kamu udah ngertiin keadaan aku, udah ngerawat aku selama sakit." Kevin menggenggam tangan Riri dengan erat."Tak perlu berterima kasih, sayang. Karrna itu adalah kewajibanku sebagai istrimu."Kevin beranjak duduk, namun pusing yang di dera kian terasa. Membuat pria itu memejamkan matanya sejenak."Kenapa sayang? Kok duduk?""Nggak apa apa, tadinya aku mau ngambil ponsel tapi masih pusing kepalaku.""Ngapain ambil ponsel, kamu lagi sakit jangan main ponsel dulu.""Ya udah, istirahat aja ya. Jangan dipaksain duduk kalo emang gak bisa, ntar tambah pusing." ucap Riri lagi sambil menyentuh lengan sang suami.Riri bangkit dan lebih mendekat ke arah Kevin, kemudian ia membantu suaminya untuk
Suara ketukan pintu membuyarkan lamuyan Riri, ia bergegas menuju pintu kamar untuk melihat siapa gerangan yang datang.Tok tok tokCeklek"Maaf, Bu Riri. Itu bahan bahan yang diminta sudah siap semua." ucap Hani."Oh, iya terima kasih Mbak. Kok repot repot kesini Mbak, kenapa tidsk pakai televon hotel saja?"Hani tersenyum tipis, "Sudah, Bu tapi tadi tidak dijawab.""Eh, iya kah? Maaf tadi saya nggak denger, soalnya masih dikamar mandi. Sedangkan Mas Kevin..." Riri mengedarkan pandangannya ke arah kamar namun tak ada suamimya itu. "Kemana dia" batin Riri."Iya, tidak apa apa Bu. Ibu cari Pak Kevin? tadi saya sempat lihat beliau ada didepan bersama Pak Agus Bu.""Oooo, iya Mbak. Kalau begitu saya mau pinjam dapurnya dulu ya Mbak, boleh kan?""Silakan, Bu Riri. Mari saya temani ke dapur.""Ngomong ngomong masakan Ibu benar benar enak lho, terima kasih ya Bu buat yang kemarin. Dapat salam dari Pak Agus juga katanya Terima kasih dari Pak Agus yang gantengnya maksimal he he.""Ha ha ha, Pa
Pagi harinya, Kevin kembali merasakan mual dan muntah persis seperti sebelumnya, Riri kangsung bergerak mengambil minyak angin di nakas dekat ranjang."Sayang, kamu sakit lagi?" tanya Riri polos.Dengan cekatan Riri membantu memijat tengkuk Kevin pelan, kemudian mengoleskan minyak yang tadi ia ambil.HHOOEEEKKHHOOEEEKKKHah...Hah napas Kevin terengah engah, ia lemas setelah memgeluarkan isi perutnya."Holy shitt!!! Aku kenapa sih.""Aku minta panggilkan dokter saja ya biar nanti kamu diperiksa?""Iya sayang, tolong ya."Kevin menekan flush lagi, kemudian menegakkan dengan sussh payah. Riri yang melihatnya membantu suaminya berdiri. Mereka berjalan ke arah wastafel terlebih dahulu karena Kevin ingin berkumur lebih dulu untuk membersihkan mulutnya.Keringat dingin membasahi tubuh lelaki itu, Riri merasa iba pada suaminya itu. Ia bingung harus melakukan apa. Riri mengambil televon hotel kemudian memesan teh hangat dan bubur, ia juga meminta dibawakan dokter untuk memeriksa keadaan suami
Berbeda suasana, dikediaman baru Joana. Rian tinggal disana sendirian karena sang Istri masih marah perihal masalah terakhir mereka. Sudah beberapa hari Joana ikut tinggal dikediaman keluarga Pratama bersama orang tuanya untuk menjaga Kayla.Rian meraba ponsel diatas nakas, dan melihat jam menunjukan pukul 7 pagi. Kali ini dia bangun kesiangan, Rian segera beranjak dari tempat tidur. Pria itu duduk ditepi ranjang sambil menatap sekeliling, sepi rasanya ia disini sendirian tanpa ada yang menemani."Tidak ada yang menyiapkan sarapan, menyiapkan baju dan lain lain." gumam Rian sendiri.Ya, selama menikah dengan Joana, perempuan itu tidak berubah. Sebelum pergi ia tak pernah menyiapkan kebutuhan Rian seperti baju dan sarapan untuk suaminya itu, bahkan sepulang kerjapun sering kali Joana sudah tertidur lebih dulu. Setiap ditanya jawabannya selalu capek karena dia juga bekerja dibutik Bu Jeni.Seketika Rian teringat akan sosok mantan istrinya, Riri. Membuat ia menatik napas panjang, segala
Hari ini Kevin berniat untuk mengajak Riri jalan jalan, setelah beberapa hari kemarin mereka sibuk mengha iskan waktu didalam kamar saja karena Kevin yang sakit.Kebahagiaan yangvtengah dirasakan oleh Kevin atas kehamilan sang istri membuatnya begitu lebih bersemangat dari sebelumnya. Seperti sekarang, sejak pagi ia tak henti hentinya menyuruh Riri untuk cepat cepat bersiap karena ingin membawanya jalan jalan."Sayang, ayo. Buruan ih, lama bener!" rengek Kevin."Sabar dong, Vin. Lagian mau kemana sih, baru juga jam delapan pagi.""Ayo ih, siap siap dandan yang cantik. Terus kita keluar sekalian sarapan diluar."Riri hanya bisa geleng geleng kepala, sejak tahu jika dirinya hamil Kevin menjadi begitu protektif dan lebih manja jika sedang berdua."Kok, bajunya begitu sayang?" tanya Kevin.Riri mengkerutkan keningnya, pertanda bingung. Padahal tidak ada yang aneh dengan baju yang dipakai oleh Riri. Ia memakai baju biasa yang biasa ia pakai."Maksudnya?""Ganti.""Tap_""Ganti sayang, aku
"Pak Kevin?" salah seorang menyapa mereka."Iya, Pak Agung kah?""Benar, Pak. Saya yang akan bertanggungjawab membawa rombongan Bapak dan ibu berkeliling sekitar. Mari silakan, boat saya ada disebelah sana."Kevin menatap sang istri yang tengah menggendong baby Kayla, tampaknya ia sudah tidak sabar ingin membawa keluarga kecilnya itu merasakan petualangan yang berbeda."Sayang, kita mau kemana sih?" tanya Riri."Ayo, sayang." Kevin enggan menjawab pertanyaan dari istrinya."Jawab dulu, kalo nggak aku ngga mau ikut. Aku nggak mau nantinya aneh aneh lho ya Vin, kita bawa keluarga kita lho."Kevin menghembuskan napasnya panjang, akhirnya Kevin memberitahukan kepada Riri dari pada nantinya Riri tidak mau ikut pergi. Ia berusaha agar sang istri happy dan tidak kesal dengannya, ia tahu jika perubahaan mood seorang ibu hamil sangatlah mudah sebentar bisa merasa senang setelah itu bisa juga langsung sedih.Kevin tidak ingin istrinya sedih karena bisa saja akan mempengaruhi kehamilannya."Oke
Drap drap drapSeseorang menghentikan langkahnya tepat didepan Riri, namun agaknya perempuan itu masih sibuk dengan pemikirannya sendiri."Sayang, hey." Kevin mengisbaskan tangannya di depan sang Istri yang terus saja melamun."Ras, are you oke?" kini Kevin sedikit mengguncang lengan Riri agar perempuan itu segera menyadari kehadirannya."Eh, lho kok kamu sudah disini." tanya Riri yang keheranan melihat sang suami sudsh berada disisinya."Iya, serem ih disana. Makanya aku balik langsung kesini deh, anak Papa sudah bangun. Sini yok sama Papa!""Pa pa." lirih Kayla dengan lucunya membuat dua orang tersebut tersenyum."Iya sayang, kenapa? Kayla laper, mau emam?" tanya Kevin.Kevin melihat jam yang berada di arlojinya, sudah memasuki jam makan siang. Namun keluarga yang lain masih sibuk di Taman Nasional Komodo, mereka memuaskan hasratnya karena bisa melihat komodo dari jarak yang lumayan dekat. Meskipun dengan perasaan yang dag dig dug."Ayo kita makan lebih dulu, kasihan Kayla dan babyn
Setelah usai makan siang, mereka kembali ke speed boat untuk melintasi lautan menuju Air Terjun Cunca Wulang. Namun sebelumnya mereka akan mampir ke pulau Badar dulu karena keinginan dari sang istri. Riri ingin pergi ke Pink Beach."Sayang, boleh tidak kalau kita mampir ke Pink Beach dulu sebentar?""Pink Beach?" tanya Kevin."Ya, pantai tercantik disini sengan pasirnya berwarna pink yang berasal dari terumbu karang yang memang warnanya sama."Selain menawarkan pemandangan dari laut biru yang indah dan jernih, hamparan pasir berwarna merah muda tersebut menjadi daya tarik Pink Beach yang unik."serius?""Ya, sayang.""Kamu tahu dari mana ada tempat seperti itu?""He he, aku kan udah browsing di internet sayang.""Oo, pantas.""Ayo, sayang."Mereka semua turun untuk menikmati Pink Beach dari dekat, tak lupa juga untuk mengabadikan momen tersebut dengan menggunakan kamera.Pak Agung mengatakan, di balik warna pasir yang menarik terdapat peran dari ombak yang menyeret terumbu karang ke p
Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa