Sedangkan di rumah, wajah Silvi ditekuk masam. Ia kesal pada Tio, padahal izinnya cuma buat mampir. Singgah sebentar dirumah Zara untuk mengambil beberapa barang disana, eh kini malah minta izin untuk tidak pulang selama beberapa hari ke depan.Pasti ini karena ulah Zara yang menahannya agar mereka berjauhan, awas kau Zara pikir Silvi. Namun, apesnya Silvi tidak bisa melarang Tio untuk berada disana. Karena mereka juga masih berstatus suami istri, Silvi harus berpura pura menerimanya di depan Tio.Untung saja Tio mentransfer sejumlah uang kepada Silvi untuk berbelanja sebagai kompensasi Tio berada di rumah Zara, hari sudah pagi perutnya terasa lapar. Ia keluar dari kamar untuk mencari makan setelah membersihkan mukanya di kamar mandi."Lho, ko sendirian Sil. Tio masih tidur?" tanya bu Dara yang baru saja membeli sarapan untuk mereka bertiga. Tumben sekali bu Dara mau repot repot membeli makanan seperti itu ya."Nggak, dia dirumah si Zara." jawab Silvi cuek.Bu Dara menghentikan aktivi
Pagi hari, Joana sudah di sibukan dengan aktivitasnya sendiri. Minggu ini ia akan menemani sang ibu unyuj menghadiri meeting penting diluar kota. Padahal itu hari minggu, sejak bangun ia langsung bergegas mandi dan bersiap siap ia tak menyiapkan sarapan dan lain sebagainya.Rian masih setia dengan tidurnya, grusak grusuk dari tingkah sang istri tak membuatnya terbangun. Ketika hendak pergi Joana akan menciun pipi Rian, tapi mendadak ia teringat oleh pesan dari orang misterius yang menyatakan bahwa dirinya hamil anak suaminya.Hatinya kembali merasakan sakit yang luar biasa, ia tidak jadi mengecup pipi suaminya yang masih terlelap. Ia hanya membisikan di telinga Rian jika ia akan menemani sang ibu untuk meeting."Pagi sayang, maaf ya hari ini aku akan menemani mama meeting di luar kota." ujar Joana sambil memgelus rambut Rian.Rian sebenarnya sudah bangun ketika mendengar bisikan dari Joana, tapi ia pura pura masih tidur. Sampai ketika Joana berbalik dan hendak pergi, akhirnya Rian mem
Hari semakin siang, Riri dan Kevin memutuskan untuk membawa Kayla pulang ke rumah. Kasian jika bayi tersebut merasa tidak nyaman karena semakin panas.Riri membersihkan baby Kayla terlebih dahulu, kemudian baru membersihkan dirinya. Setelah baby Kayla terasa segar barulah Riri menidurkannya karena sudah memasuki jam tidur siang anak itu, namun sebelumnya tak lupa Riri memberikan makanan pada anaknya yang menggemaskan."Kayla dimana Ri?" tanya Mami yang tengah duduk bersama dengan Kevin di ruang tamu."Tidur, Mi. Kecapean juga kayaknya makane tidurnya pules sekali."Mami Maria hanya mengangguk ngangguk sebagai respon, ia tengah sibuk meliahat destinasi tempat wisata. Tiba tiba ia mempunyai ide yang cukup menarik.Ting"Riri, Kevin bagaimana kalau kalian bulan madu supaya Kayla bisa secepatnya mempunyai adik?" ucap Mami bersemangat.HahUcapan Mami Maria, sepecles membuat Riri dan Kevin cengo. Pasalnya keduanya sudah cukup lama menikah, memang waktu itu mereka memutuskan untuk tidak ber
Joana terbangun ketika mendengar suara ketukan pintu, siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Ternyata hari sudah mulai petang, namun rumah masih gelap karena lampu lampu belum dinyalakan."Siapa?" lirihnya namun tak ada jawaban.Tok tok tokHati Joana mulai risau, pikirannya menyalang entah kemana. Membayangkan yang tidak tidak, jangan jangan itu hantu atau rampok. Keadaan rumah masih sepi tidak ada orang.Tok tok tokJoana beringsut bersembunyi di bawah tempat tidur, ia mengumpet karena ketakutan. Setelah Joana bersembunyi pintu kamarnya dibuka oleh seseorang yang tampak asing."Perasaan tadi ada suara seseorang, dimana ya? Yuk kita cari lagi, lagian itu didepan ada mobil pasti ada orangnya." ucap seseorang bersama kawannya."Ayo."Untung saja tadi ponselnya sudah ia matikan jadi tidak akan ada yang menghubunginya, lama ia bersembunyi disana. Takut kalau rombongan orang orang tadi masih berada dalam rumah ayahnya, atau masih mengintai rumah mereka.Setelah dirasa aman, Joana berniat unt
Joana masih ketakutan setengah mati, ia bersembunyi kembali di kolong tempat tidurnya ketika mendengar langkah kaki yang mendekat.Drap drap drapTok tokCeklekJoana semakin mengeratkan netranya akibat ketakutan, namun ia merasa lega ketika mendengar suara yang dikenalinya."Sayang, Joana. Kamu dimana?" ucap Bu Jeni."Kok gelap sih." gumamnya.Bu Jeni mengedarkan penglihatannya mencari anak angkatnya di dalam kamar, Joana yang mendengar suara sang ibu pun akhirnya membuka matanya dan menghela napas lega. Ia bangkit keluar dari kolong tempat tidur saat ibunya akan berlalu dari sana."Mah." ucap Joana sambil keluar dari persembunyiannya membuat Bu Jeni kembali menoleh.Bu Jeni kaget melihat sang anak beranjak dari bawah tempat tidur."Sayang, kamu ngapain disitu?"Joana menghampiri Bu Jeni sebelumnya ia ke arah pintu dan celingukan kemudian menutup pintu kamarnya. Ia memeluk sang ibu menyalurkan hasrat ketakutannya agar cepat mereda.Bu Jeni yang merasakan getaran dari bahu Joana pun m
Riri menaruh ponselnya di atas nakas samping tempat tidurnya, setelah sang ibu memberikan kabar jika mereka sudah memberitahukan kepada Joana jika Riri adalah kakaknya. Namun sayang Joana belum bisa sepenuhnya menerima semua itu.Kevin menghampiri sang istri yang terlihat melamun dan bersandar pada ranjang, ia mengelus rambut Riri dengan sayang."Ada apa?" tanya Kevin."Mama tadi menelepon, katanya mereka sudsh memberitahu Joana kalau aku adalah kakaknya.""Lalu, apa yang kamu pikirkan?""Aku hanya masih bingung bagaimana caranya memulai berhubungan dengannya, selama ini ia terlihat tidak menyukaiku."Kevin tersenyum manis, ia masih mengelus rambut sang istri yang panjang."Tenang saja, semuanya akan baik baik saja. Jadilah dirimu sendiri.""Tapi masalahnya, Joana belum bisa menerimaku sepenuhnya." keluh Riri."Itu wajar, bagaimanapun juga selama ini kalian tidak begitu dekat. Ditambah ia berpikir kamu mantan istri dari suaminya sekarang. Pasti dia membutuhkan waktu untuk semua ini." u
Sebelumnya Kevin dan Riri sudah check in lebih dulu dan setor barang dibagasi, kemudian keluar lagi untuk berpamitan dengan semuanya. Apalagi Riri belum bisa melepaskan sepenuhnya Kayla, sebab mereka tak pernah berpisah jauh sebelumnya.Dan sekarang sudah terdengar panggilan kepada para penumpang yang akan berangkat ke Pelabuhan Bajo, sudah saatnya berpisah namun Riri masih terasa berat meninggalkan sang anak.Kevin dan yang lain kembali meyakinkan Riri bahwa semua akan baik baik saja, mereka akan menjaga bayi kecil yang menggemaskan itu. Supaya mereka berdua bisa fokus pada acara bulan madunya.Kevin dan Riri masuk ke dalam dan menghilang dibalik pintu kaca yang kini sudah tertutup kembali. Mereka yang mengantarkan kedua pasangan itu memutuskan untuk mengobrol santai terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah."Bagaimana kalau kita ke Choffee shop yang ada didekat sini dulu" ujar Pak Yuda mengajak semuanya, yang lain hanya mengangguk dan melangkah bersama menuju Choffee shop.Sesampainy
"Kamu capek, sayang?" tanya Kevin.Sedangkan yangbditanya hanya menggeleng sebagai respon, sambil melihat lihat interior kabin pesawat. Mereka berjalan memasuki lorong penghubung antara pesawat dengan gedung bandara yang luas."Kenapa?" tanya Kevin lagi."Nggak, aku cuma excited aja bisa sampe disini. Dulu nggak pernah kepikiran buat pergi kesini." ujar Riri membuat lelaki itu tersenyum manis melihat timgkah sang istri.Riri yang melihat sang suami membawa banyak barang termasuk bawaannya membuatmya tidak tega, sehingga ia meminta barang yang ringan untuk dibawanya sendiri."Siniin barangku, Vin!" Riri memgambil tote bag dan barang bawaan yang ringan."Biar, aku aja sayang. Nanti kamu capek." tolak Kevin."No, baby. Biar kita sama sama membawanya. Ini doang nggak berat ko Vin. Udah, ayo buruan." Riri mulai berjalan duluan diikuti Kevin di belakangnya.Kevin hanya geleng geleng kepala sambil terus mengawasi sang istri yang jalan didepannya dengan enjoy membawa barang bawaannya. Mereka