Pagi hari, Joana sudah di sibukan dengan aktivitasnya sendiri. Minggu ini ia akan menemani sang ibu unyuj menghadiri meeting penting diluar kota. Padahal itu hari minggu, sejak bangun ia langsung bergegas mandi dan bersiap siap ia tak menyiapkan sarapan dan lain sebagainya.Rian masih setia dengan tidurnya, grusak grusuk dari tingkah sang istri tak membuatnya terbangun. Ketika hendak pergi Joana akan menciun pipi Rian, tapi mendadak ia teringat oleh pesan dari orang misterius yang menyatakan bahwa dirinya hamil anak suaminya.Hatinya kembali merasakan sakit yang luar biasa, ia tidak jadi mengecup pipi suaminya yang masih terlelap. Ia hanya membisikan di telinga Rian jika ia akan menemani sang ibu untuk meeting."Pagi sayang, maaf ya hari ini aku akan menemani mama meeting di luar kota." ujar Joana sambil memgelus rambut Rian.Rian sebenarnya sudah bangun ketika mendengar bisikan dari Joana, tapi ia pura pura masih tidur. Sampai ketika Joana berbalik dan hendak pergi, akhirnya Rian mem
Hari semakin siang, Riri dan Kevin memutuskan untuk membawa Kayla pulang ke rumah. Kasian jika bayi tersebut merasa tidak nyaman karena semakin panas.Riri membersihkan baby Kayla terlebih dahulu, kemudian baru membersihkan dirinya. Setelah baby Kayla terasa segar barulah Riri menidurkannya karena sudah memasuki jam tidur siang anak itu, namun sebelumnya tak lupa Riri memberikan makanan pada anaknya yang menggemaskan."Kayla dimana Ri?" tanya Mami yang tengah duduk bersama dengan Kevin di ruang tamu."Tidur, Mi. Kecapean juga kayaknya makane tidurnya pules sekali."Mami Maria hanya mengangguk ngangguk sebagai respon, ia tengah sibuk meliahat destinasi tempat wisata. Tiba tiba ia mempunyai ide yang cukup menarik.Ting"Riri, Kevin bagaimana kalau kalian bulan madu supaya Kayla bisa secepatnya mempunyai adik?" ucap Mami bersemangat.HahUcapan Mami Maria, sepecles membuat Riri dan Kevin cengo. Pasalnya keduanya sudah cukup lama menikah, memang waktu itu mereka memutuskan untuk tidak ber
Joana terbangun ketika mendengar suara ketukan pintu, siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Ternyata hari sudah mulai petang, namun rumah masih gelap karena lampu lampu belum dinyalakan."Siapa?" lirihnya namun tak ada jawaban.Tok tok tokHati Joana mulai risau, pikirannya menyalang entah kemana. Membayangkan yang tidak tidak, jangan jangan itu hantu atau rampok. Keadaan rumah masih sepi tidak ada orang.Tok tok tokJoana beringsut bersembunyi di bawah tempat tidur, ia mengumpet karena ketakutan. Setelah Joana bersembunyi pintu kamarnya dibuka oleh seseorang yang tampak asing."Perasaan tadi ada suara seseorang, dimana ya? Yuk kita cari lagi, lagian itu didepan ada mobil pasti ada orangnya." ucap seseorang bersama kawannya."Ayo."Untung saja tadi ponselnya sudah ia matikan jadi tidak akan ada yang menghubunginya, lama ia bersembunyi disana. Takut kalau rombongan orang orang tadi masih berada dalam rumah ayahnya, atau masih mengintai rumah mereka.Setelah dirasa aman, Joana berniat unt
Joana masih ketakutan setengah mati, ia bersembunyi kembali di kolong tempat tidurnya ketika mendengar langkah kaki yang mendekat.Drap drap drapTok tokCeklekJoana semakin mengeratkan netranya akibat ketakutan, namun ia merasa lega ketika mendengar suara yang dikenalinya."Sayang, Joana. Kamu dimana?" ucap Bu Jeni."Kok gelap sih." gumamnya.Bu Jeni mengedarkan penglihatannya mencari anak angkatnya di dalam kamar, Joana yang mendengar suara sang ibu pun akhirnya membuka matanya dan menghela napas lega. Ia bangkit keluar dari kolong tempat tidur saat ibunya akan berlalu dari sana."Mah." ucap Joana sambil keluar dari persembunyiannya membuat Bu Jeni kembali menoleh.Bu Jeni kaget melihat sang anak beranjak dari bawah tempat tidur."Sayang, kamu ngapain disitu?"Joana menghampiri Bu Jeni sebelumnya ia ke arah pintu dan celingukan kemudian menutup pintu kamarnya. Ia memeluk sang ibu menyalurkan hasrat ketakutannya agar cepat mereda.Bu Jeni yang merasakan getaran dari bahu Joana pun m
Riri menaruh ponselnya di atas nakas samping tempat tidurnya, setelah sang ibu memberikan kabar jika mereka sudah memberitahukan kepada Joana jika Riri adalah kakaknya. Namun sayang Joana belum bisa sepenuhnya menerima semua itu.Kevin menghampiri sang istri yang terlihat melamun dan bersandar pada ranjang, ia mengelus rambut Riri dengan sayang."Ada apa?" tanya Kevin."Mama tadi menelepon, katanya mereka sudsh memberitahu Joana kalau aku adalah kakaknya.""Lalu, apa yang kamu pikirkan?""Aku hanya masih bingung bagaimana caranya memulai berhubungan dengannya, selama ini ia terlihat tidak menyukaiku."Kevin tersenyum manis, ia masih mengelus rambut sang istri yang panjang."Tenang saja, semuanya akan baik baik saja. Jadilah dirimu sendiri.""Tapi masalahnya, Joana belum bisa menerimaku sepenuhnya." keluh Riri."Itu wajar, bagaimanapun juga selama ini kalian tidak begitu dekat. Ditambah ia berpikir kamu mantan istri dari suaminya sekarang. Pasti dia membutuhkan waktu untuk semua ini." u
Sebelumnya Kevin dan Riri sudah check in lebih dulu dan setor barang dibagasi, kemudian keluar lagi untuk berpamitan dengan semuanya. Apalagi Riri belum bisa melepaskan sepenuhnya Kayla, sebab mereka tak pernah berpisah jauh sebelumnya.Dan sekarang sudah terdengar panggilan kepada para penumpang yang akan berangkat ke Pelabuhan Bajo, sudah saatnya berpisah namun Riri masih terasa berat meninggalkan sang anak.Kevin dan yang lain kembali meyakinkan Riri bahwa semua akan baik baik saja, mereka akan menjaga bayi kecil yang menggemaskan itu. Supaya mereka berdua bisa fokus pada acara bulan madunya.Kevin dan Riri masuk ke dalam dan menghilang dibalik pintu kaca yang kini sudah tertutup kembali. Mereka yang mengantarkan kedua pasangan itu memutuskan untuk mengobrol santai terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah."Bagaimana kalau kita ke Choffee shop yang ada didekat sini dulu" ujar Pak Yuda mengajak semuanya, yang lain hanya mengangguk dan melangkah bersama menuju Choffee shop.Sesampainy
"Kamu capek, sayang?" tanya Kevin.Sedangkan yangbditanya hanya menggeleng sebagai respon, sambil melihat lihat interior kabin pesawat. Mereka berjalan memasuki lorong penghubung antara pesawat dengan gedung bandara yang luas."Kenapa?" tanya Kevin lagi."Nggak, aku cuma excited aja bisa sampe disini. Dulu nggak pernah kepikiran buat pergi kesini." ujar Riri membuat lelaki itu tersenyum manis melihat timgkah sang istri.Riri yang melihat sang suami membawa banyak barang termasuk bawaannya membuatmya tidak tega, sehingga ia meminta barang yang ringan untuk dibawanya sendiri."Siniin barangku, Vin!" Riri memgambil tote bag dan barang bawaan yang ringan."Biar, aku aja sayang. Nanti kamu capek." tolak Kevin."No, baby. Biar kita sama sama membawanya. Ini doang nggak berat ko Vin. Udah, ayo buruan." Riri mulai berjalan duluan diikuti Kevin di belakangnya.Kevin hanya geleng geleng kepala sambil terus mengawasi sang istri yang jalan didepannya dengan enjoy membawa barang bawaannya. Mereka
Setelah makan malam, Riri dan kevin memutuskan untuk berjalan jalan sebentar. Tidak terlalu jauh hanya di tepi pantai saja, entah mengapa suasana malam itu begitu indah. Berjalan jalan ditepi pantai dengan cahaya rembulan dan bintang yang menyinarinya,deburan ombak yang terdengar sebagai alunan musik yang menenangkan hatinya.Tak terasa cukup lama mereka berada disana, satu jam kemudian mereka memutuskan untuk kembali ke hotel karena rasanya masih lelah. Sebelum merebahkan diri, Riri menyempatkan diri untuk memghubungi orang rumah. Rasanya ia sudah sangat rindu pada sang anak.Kevin sudah berada di atas ranjang sambil bermain ponsel, entah ia terlihat begitu fokus sendiri. Riri menghubungi Mami Maria.Tut tut[Hay, sayang. Bagaimana keadaan kalian disana?] tanya Mami begitu terpampang wajahnya dilayar ponselnya.[Baik, Mi. Kalian semua bagaimana? Kayla rewel tidak Mi?][Baik ko, nak. Kayla nggak rewel kok, malah ia senang sekali bisa bermain dengan Kakek dan Neneknya.]Terpampanglah w
Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa