Riri dan Mami Maria sudah sampai di tempat dimana mereka akan bertemu dengan beberapa teman lama mami Maria, beberapa diantara yang sudah datang langsung saling bersalaman dan menyapa mami Maria dan juga Riri."Ini calonnya Kevin jeng? aduhhh, cantik sekali." ucap salah satu dari mereka.Riri hanya tersenyum manis, ia duduk di samping mami Maria. Banyak yang tidak ia kenal. Namun setidaknya ia bisa memantaskan diri disana dengan tidak membuat malu mami Maria, ia menggunakan pakaian yang terlihat sederhana namun tetap terlihat cantik dan elegan.Bu Jeni, ibunya Joana ternyata juga salah satu teman lama mami Maria karena mereka sempat bekerja sama dalam sebuah pekerjaan. Bu Jeni datang bersama dengan bu Dara, mantan mertua Riri karena setelah ini mereka akan pergi untuk mempersiapkan pernikahan Joana dengan Rian.Riri sedikit canggung melihat bu Dara, namun ia tetap cuek. Berbeda dengan bu Dara yang terlihat bermuka masam. Bu Dara tidak tahu bahwa mereka akan datang ke acara mami Maria
Bu Dara tetap melanjutkan makannya tanpa menjawab protesan Silvi."Wah, lezat sekali ini mah. Siapa yang bawa?" tanya bu Dara."Ya siapa lagi kalo bukan aku, tadi kebetulan aku abis dapet job sementara dan hasilnya lumayan makanya aku beliin makanan enak buat kita semua." jawab Silvi dengan bangga. Bu Dara serta Rian tak mengetahui pekerjaan Silvi yang sebenarnya, karena pasti keluarganya itu akan sangat menentang pekerjaannya yang membuat malu. Namun ia butuh uang banyak untuk melepaskan gairah shoppingnya yang sangat keterlaluan."Ibu yakin sanggup habisin semua itu?" tanya Silvi lagi."Kenapa nggak, kapan lagi kita bisa makan seenak ini Sil.""Kita? ibu aja kali. Aku mah masih sering bisa makan enak kaya gini.""Iya tapi kamu tak membawakan untuk ibumu ini Sil." bu Dara tampak menikmati makanannya sambil terus mengoceh sampai terdengar suara kecapan yang membuat Silvi jijik."Ibu ih, jorok! jangan gitu lah makannya. Bikin malu aja kalo sampe di lihat orang lagian kan ibu tadi habis
Sementara itu bu Dara masih asik menonton acara favoritnya di dalam kamar, ia memutuskan untuk pindah meninton di kamar saja karena Silvi menolak untuk menemaninya menonton dan mengobrol di ruang keluarga. Tanpa di sadari bu Dara ternyata terdengar suara mobil, sepertinya Rian sudah pulang. Namun ia segera keluar ketika mendengar suara sedikit gaduh dari luar.Ceklek"Riri" teriak Rian saat di dalam kamar."Aarrrgggghhhhh" teriaknya lagi seperti orang kesetanan.Bu Dara segera menghampiri Rian di kamarnya, ketika mendengar teriakannya."Kamu sudah pulang nak?" tanya bu Dara."Capek, pengen istirahat." keluh Rian."Ya sudah kamu mandi, terus istirahatlah. Mmh tapi bagaimana dengan lamaran tad_" ucap bu Dara. Ia sudah tidak sabar ingin segera menanyakan perihal lamarannya pada Joana, apakah di terima atau di tolak.Ya sebelum Rian pergi ke rumah Joana tadi, ia sudah mengatakan bahwa akan melamar wanita pilihan dari sang ibu. Itu lah sebabnya bu Dara menjadi tak sabar untuk segera menany
"Aku tahu apa yang papah maksud, tapi aku nggak sejahat itu." gumam Joana lirih namun masih bisa di dengar olen bu Jeni."Mama tahu sayang, kamu harus paham. Papamu masih trauma dengan kejadian yang membuat kami hampir bangkrut nak. Kamu ingat bukan kejadian itu?"Joana mengangguk, saat itu Ia masih berusia 8 tahun dan Pak Yuda berjuang agar istri dan ananknya tidak hidup susah karena jatuh miskin. Pak Yuda harus pergi keluar negri selama beberapa tahun karena mengurus beberapa perusahaan yang di jual oleh pamannya."Aku paham ma, aku pun berterima kasih karena masih bisa hidup layak seperti ini."Bu Jeni memeluk sang anak, ia tak menyangka bahwa putrinya kini sudah dewasa bahkan sebentar lagi akan menikah."Pesan mama, kamu harus bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Jadilah diri sendiri.""Mama keluar dulu ya." ucap bu jeni lagi.Joana mengangguk sebagai respon, bu Jeni keluar dari kamar sang anak. Saat melewati ruang kerja pak Yuda, ia melihat pria dengan rambut yang se
Hari pernikahan pun tiba, dengan balutan kebaya putih Riri terlihat sangat cantik dan anggun. Mama Amira dan juga Mami Maria tak sabar untuk segera membawa Riri ke meja penghulu, sedang Fifi yang tengah menggendong Kayla pun tak sabar ingin melihat wajah pengantin perempuan itu."Cantik." puji sang perias yang merias wajahnya.Riri tak menyangka bahwa ini adalah pernikahannya yang kedua, dulu ketika berdandan tak perna terbesit pun suatu pemikiran kalau suatu saat dirinya akan melakukan pernikahan kedua dan dengan pria yang berbeda.Setelah selesai, Riri langsung di ajak keluar menuju tempat ijab qobul karena sudah di tunggu mempelai laki laki dan juga pak penghulu serta lainnya. Ia berjalan pelan menghampiri Kevin yang tengah menunggunya.Kevin begitu terkejut melihat betapa cantiknya calon pengantin wanitanya, sangat berbeda dari biasanya. Kevin pun tersenyum sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Riri duduk di sampingnya. Beberapa tamu undangan pun saling berbisik melihat waj
Kevin dan Riri yang sedari tadi tersenyum saat menyalami para tamu undangan, seketika senyuman iru pudar karena kedatangan Imelda."Selamat ya sayang, eh Kevin." ucap Imelda sambil melirik ke arah Riri."Makasih." Jawab Kevin ketus.Imelda mengulurkan tangan pada Kevin, namun pria itu hanya tersenyum tanpa membalas uluran tangan Imelda. Karena tak kunjung di sambut oleh Kevin, akhirnya dengan nekad Imelda menarik paksa tangan Kevin untuk menerima uluran tangannya. Sedangkan Riri, melirik tajam Imelda yang sepertinya tak punya urat malu.Nova yang melihat hal tersebut segera menarik Imelda dari atas pelaminan untuk turun, saat itu juga mereka berpapasan dengan Mami Maria."Selamat ya Tante, keinginan tante buat misahin aku dan Kevin sekarang sudah tercapai.""Oh, bagus dong. Makasih, tahu jalan keluar kan?" jawab Mami Maria.Imelda sangat kesal dengan sikap ibu dan anak tersebut yang mwnurutnya sangat menyebalkan, untuk yang kedua kalinya Nova menarik lengan Imelda."Kamu mau bikin aku
Pagi telah tiba, sinar matahari kini sudah menari nari di atas sana. Namun, kedua pasangan suami istri yang baru saja menikah itu sangat enggan untuk beranjak dari tempat tidur.Dering ponsel Kevin terpaksa membangunkan kedua orang itu, dengan malas Riri meraba atas nakas tempat suara pinsel itu berbunyi. Ternyata itu milik Kevin, dan nampaklah nama sang ibu di depan layar ponsel."Sayang, ini Mami telvon kamu." ujar Riri membangunkan sang suami."Sayang, bangun dulu." Riri kembali mengguncang lengan Kevin."Mmmm, kenapa sayang?""Ini, Mami telvon. Takutnya penting."Dengan malas Kevin menggeser tombol hijau, dan terdengarlah suara sang mami.[Halo pengantin baru, duuhhh. Lama bener angkat telponnya.][Aiiissshh, apaan sih Mam? Ganggu aja orang lagi tidur.][Ho ho, iye iye yang pengantin baru. Abis bedagang nih ye.][Mami ihh.][Ha ha ha, iya ya. Mami nggak godain lagi, kalian kapan pulang ke rumahnya. Nggak pada kangen tuh sama Kayla?][Aelahhh Mam, baru juga semalem udah di tanyain
PoV SilviHari ini adalah hari pernikahan mantan Kakak iparku, mbak Riri dengan seorang pebisnis muda bernama Kevin Pratama. Hebat sekali mantan kakak iparku itu setelah di buang dari keluarga ini dia berhasil menjerat seorang pebisnis muda nan kaya.Aku tak menyangka tampangnya yang sok alim itu mampu menjerat seorang lelaki kaya, bahkan keluarga lelaki itu pun nampak sangat akrab dengannya. Padahal ia sudah mempunyai anak, namun ternyata keluarga barunya mau menerima mereka.Sebenarnya hari ini aku ingin pergi merilekskan tubuh sekalian perawatan, namun ibu malah minta di temenin ke acara pernikahan mbak Riri. Mau tak mau pun akhirnya aku pergi kesana. Lumayan lah bisa untuk cuci mata, sekaligus siapa tahu bisa dapat suggar daddy baru lagi. Secara keluarga calon suami mbak Riri itu horang kaya pasti tamunya pun dari kalangan atas.Sebenarnya mbak Riri itu baik orangnya dan nggak pernah buat masalah denganku, bahkan Riri kerap kali memberikan uang untuk aku dan melakukan pekerjaan ru