Silvi yang sibuk memakai high heels miliknya. mengabaikan teriakan sang ibu. Silvi merasa dirinya sudah terlambat padahal om Adi masih dalam perjalanan."Sil, kapan kita beli emas lagi?" teriak bu Dara."Besok besok saja bu, hari ini Silvi sibuk." jawab Silvi dengan teriakan pula.Bu Dara menghembuskan nafasnya kasar melihat respon Silvi, dia merasa kesal lantaran ternyata Silvi bisa sesibuk itu. Entah pekerjaan yang seperti apa yang di lakukannya sehingga membuatnya begitu sibuk, gagal lagi rencana dirinya berbelanja jika begini caranya.Selama tidak di beri uang banyak oleh Silvi, bu Dara menjadi enggan untuk bertemu dengan teman temannya. Sebab ia malu karena barang barang branded miliknya sudah ketinggalan jaman sehingga tidak ada lagi yang bisa di pamerkan akhir akhir ini.*****Tiga puluh menit berlalu......Silvi masih menunggu om Adi di loby hotel mereka janjian, masalahnya Silvi tidak mempunyai kartu akses masuk
Hari ini jadwal Kayla untuk imunisasi rutin, Riri pergi bersama dengan Kevin. Awalnya Riri hendak pergi sendiri membawa Kayla ke dokter namun ketika mau berangkat tiba tiba Kevin datang ke rumah dan menawarkan untuk menemani mereka, dengan alasan biar dia saja yang menyetir karena pasti nanti susah apalagi jika Kayla rewel karena habis di imunisasi.Riri terus saja tersenyum ketika beberapa ibu ibu yang berada di depan ruangan dokter memandangi Kevin, sedangkan pria itu justru acuh tak acuh dan tak henti mengajak Kayla mengobrol hingga anak itu terus saja berceloteh dan tertawa."Aduh, si adek pasti gedenya bakal jadi primadona. Liat aja mamah dan papahnya. Cantik dan tampan begini." ucap salah satu nenek yang menemani cucunya dan di balas dengan semuman oleh Kevin.Riri tertawa melihat hal itu, semua mengira bahwa Kevin adalah ayahnya Kayla. Seketika, hal itu membuat hati Riri nyeri karena sesungguhnya ayah Kayla tak mau mengakuinya."Baby Kayla." panggi
Menjelang hari pernikahan, Kevin semakin sibuk di kantor. Ia mengerjakan semua pekerjaannya sekaligus agar ketika nantinya ia cuti menikah pekerjaannya tidak terbengkalai.Ketika ia sedang sibuk sibuknya, sang sekretaris sekaligus sahabatnya mengetuk pintu dan memanggilnya.Tok tok tokCeklek"Ada apa Ya?" tanya Kevin."Ada tamu, di luar." jawab Tia."Siapa?" Kevin kembali bertanya sembari merapikan bajunya.Tia tak menjawab, ia langsung bergegas pergi dari sana. Kevin keluar, dan ketika ia mengedarkan pandangannya ia menahan napas seketika. Manakala ia menangkap sosok yang tak asing baginya walaupun sosok itu membelakanginya. Ia adalah Imelda, mantan kekasih Kevin ketika ia berada di Amerika dan berprofesi sebagai seorang model.Imelda menoleh ke belakang dan mendapati Kevin yang berdiri tak jauh darinya, ia senang karena Kevin mau menemuinya. Dengan ragu ragu pria itu berjalan mendekat."Kamu, kenapa ada disini?" tanya Kevin."Kebetulan aku ada pekerjaan di Indonesia dan di sekitar
Riri dan Mami Maria sudah sampai di tempat dimana mereka akan bertemu dengan beberapa teman lama mami Maria, beberapa diantara yang sudah datang langsung saling bersalaman dan menyapa mami Maria dan juga Riri."Ini calonnya Kevin jeng? aduhhh, cantik sekali." ucap salah satu dari mereka.Riri hanya tersenyum manis, ia duduk di samping mami Maria. Banyak yang tidak ia kenal. Namun setidaknya ia bisa memantaskan diri disana dengan tidak membuat malu mami Maria, ia menggunakan pakaian yang terlihat sederhana namun tetap terlihat cantik dan elegan.Bu Jeni, ibunya Joana ternyata juga salah satu teman lama mami Maria karena mereka sempat bekerja sama dalam sebuah pekerjaan. Bu Jeni datang bersama dengan bu Dara, mantan mertua Riri karena setelah ini mereka akan pergi untuk mempersiapkan pernikahan Joana dengan Rian.Riri sedikit canggung melihat bu Dara, namun ia tetap cuek. Berbeda dengan bu Dara yang terlihat bermuka masam. Bu Dara tidak tahu bahwa mereka akan datang ke acara mami Maria
Bu Dara tetap melanjutkan makannya tanpa menjawab protesan Silvi."Wah, lezat sekali ini mah. Siapa yang bawa?" tanya bu Dara."Ya siapa lagi kalo bukan aku, tadi kebetulan aku abis dapet job sementara dan hasilnya lumayan makanya aku beliin makanan enak buat kita semua." jawab Silvi dengan bangga. Bu Dara serta Rian tak mengetahui pekerjaan Silvi yang sebenarnya, karena pasti keluarganya itu akan sangat menentang pekerjaannya yang membuat malu. Namun ia butuh uang banyak untuk melepaskan gairah shoppingnya yang sangat keterlaluan."Ibu yakin sanggup habisin semua itu?" tanya Silvi lagi."Kenapa nggak, kapan lagi kita bisa makan seenak ini Sil.""Kita? ibu aja kali. Aku mah masih sering bisa makan enak kaya gini.""Iya tapi kamu tak membawakan untuk ibumu ini Sil." bu Dara tampak menikmati makanannya sambil terus mengoceh sampai terdengar suara kecapan yang membuat Silvi jijik."Ibu ih, jorok! jangan gitu lah makannya. Bikin malu aja kalo sampe di lihat orang lagian kan ibu tadi habis
Sementara itu bu Dara masih asik menonton acara favoritnya di dalam kamar, ia memutuskan untuk pindah meninton di kamar saja karena Silvi menolak untuk menemaninya menonton dan mengobrol di ruang keluarga. Tanpa di sadari bu Dara ternyata terdengar suara mobil, sepertinya Rian sudah pulang. Namun ia segera keluar ketika mendengar suara sedikit gaduh dari luar.Ceklek"Riri" teriak Rian saat di dalam kamar."Aarrrgggghhhhh" teriaknya lagi seperti orang kesetanan.Bu Dara segera menghampiri Rian di kamarnya, ketika mendengar teriakannya."Kamu sudah pulang nak?" tanya bu Dara."Capek, pengen istirahat." keluh Rian."Ya sudah kamu mandi, terus istirahatlah. Mmh tapi bagaimana dengan lamaran tad_" ucap bu Dara. Ia sudah tidak sabar ingin segera menanyakan perihal lamarannya pada Joana, apakah di terima atau di tolak.Ya sebelum Rian pergi ke rumah Joana tadi, ia sudah mengatakan bahwa akan melamar wanita pilihan dari sang ibu. Itu lah sebabnya bu Dara menjadi tak sabar untuk segera menany
"Aku tahu apa yang papah maksud, tapi aku nggak sejahat itu." gumam Joana lirih namun masih bisa di dengar olen bu Jeni."Mama tahu sayang, kamu harus paham. Papamu masih trauma dengan kejadian yang membuat kami hampir bangkrut nak. Kamu ingat bukan kejadian itu?"Joana mengangguk, saat itu Ia masih berusia 8 tahun dan Pak Yuda berjuang agar istri dan ananknya tidak hidup susah karena jatuh miskin. Pak Yuda harus pergi keluar negri selama beberapa tahun karena mengurus beberapa perusahaan yang di jual oleh pamannya."Aku paham ma, aku pun berterima kasih karena masih bisa hidup layak seperti ini."Bu Jeni memeluk sang anak, ia tak menyangka bahwa putrinya kini sudah dewasa bahkan sebentar lagi akan menikah."Pesan mama, kamu harus bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Jadilah diri sendiri.""Mama keluar dulu ya." ucap bu jeni lagi.Joana mengangguk sebagai respon, bu Jeni keluar dari kamar sang anak. Saat melewati ruang kerja pak Yuda, ia melihat pria dengan rambut yang se
Hari pernikahan pun tiba, dengan balutan kebaya putih Riri terlihat sangat cantik dan anggun. Mama Amira dan juga Mami Maria tak sabar untuk segera membawa Riri ke meja penghulu, sedang Fifi yang tengah menggendong Kayla pun tak sabar ingin melihat wajah pengantin perempuan itu."Cantik." puji sang perias yang merias wajahnya.Riri tak menyangka bahwa ini adalah pernikahannya yang kedua, dulu ketika berdandan tak perna terbesit pun suatu pemikiran kalau suatu saat dirinya akan melakukan pernikahan kedua dan dengan pria yang berbeda.Setelah selesai, Riri langsung di ajak keluar menuju tempat ijab qobul karena sudah di tunggu mempelai laki laki dan juga pak penghulu serta lainnya. Ia berjalan pelan menghampiri Kevin yang tengah menunggunya.Kevin begitu terkejut melihat betapa cantiknya calon pengantin wanitanya, sangat berbeda dari biasanya. Kevin pun tersenyum sembari mengulurkan tangannya untuk membantu Riri duduk di sampingnya. Beberapa tamu undangan pun saling berbisik melihat waj