Rick menyeringai penuh hinaan melihat James tak berdaya. Ava ketakutan di pelukan Rick, yang langsung membawanya pergi tanpa mempedulikan Sarah mematung menyaksikan kejadian barusan.Mereka berjalan bergandengan menuruni tangga keluar dari bar. Saat akan naik ke mobil, barulah Rick memandang Ava dengan tatapan yang dalam, penuh perhatian."Nyonya Rick, semua baik-baik saja," kata Rick, mengelus-elus kepala Ava.Ava membusungkan pipi dan mengangguk pelan, lalu bertanya dengan suara lirih, "Kenapa kamu bisa ke sini?""Bukankah Nyonya Rick minta aku menjemput di sini?" Rick tersenyum hangat, dia membuka pintu samping kemudi dan memasang sabuk pengaman untuk Ava. Tak lama kemudian, Rick sudah duduk di kursi di balik setir."Tapi kamu tidak membaca pesanku. Kenapa tak menghubungiku dulu?" Ava tak sadar suaranya terdengar begitu manja di telinga Rick."Sedang balap," celetuk Rick, tersenyum tipis.Rick menatap Ava dengan begitu dalam, masih belum menyalakan mesin mobil untuk waktu yang lam
Keesokan harinya.Rick bersiap lebih awal dari biasanya. Dia menghampiri Ava yang masih bergelung di dalam selimut."Nyonya Rick," panggil Rick saat mengangkat kepala wanita itu ke atas pangkuan."Hmmm," gumam Ava, menggeliat di pinggang Rick."Aku pergi lebih awal, ya? Kamu pergi bekerja dengan sopir." Rick berkata dengan lembut sambil mengusap-usap kepala Ava.Ava langsung mengerjap-ngerjapkan mata dan memaksa bangun. "Kamu sibuk?" tanya Ava saat duduk berhadapan dengan Rick."Sangat," jawab Rick, singkat. Dia berdiri meraih jas hitam yang tersampir di sofa sebelum keluar."Rick ...," panggil Ava. Rick menoleh sambil menaikkan alis, dia sudah di ambang pintu."Berhati-hatilah saat mengemudi," lanjut Ava sebelum kembali bersembunyi ke dalam selimut, menyembunyikan wajahnya yang tiba-tiba memerah. Rick terkekeh geli melihat tingkah menggemaskan sang istri sebelum kembali melangkah.Seperginya Rick, Ava Bergegas mandi bersiap pergi bekerja. Baru saja dia turun akan sarapan, Sarah m
Ava dan Sarah sedikit terheran saat makan siang di kantin perusahaan di lantai satu. Sepertinya perusahaan tak hanya membuat peraturan tentang melarang gosip, tetapi juga menyediakan tempat duduk khusus untuk Ava.Ava tak berhenti berpikir. Kevan sangat dekat dengan Rick, apakah Rick yang melakukan ini?Namun, Rick belum menghubunginya hingga saat ini. Rick semalam memang tidak marah, tetapi berita yang beredar tentang dia dan James cukup membuat Ava sedikit ketakutan, kalau-kalau Rick akan salah paham."Ava, jangan banyak berpikir. Bekerjalah dengan tenang, Kevan pasti melindungimu," kata Sarah ketika menyantap carbonara.Ava tersenyum, meraih tisu untuk menyeka sisa bolognese di bibirnya."Sebenarnya aku tidak mau Kevan melindungiku. Jika dia terus melakukan itu, semua orang akan menduga bahwa gosip itu nyata," jawab Ava.Sarah memanyunkan bibir. "Kamu terlalu berpikir berlebihan. Kamu itu karyawan di sini, perusahaan wajib melindungi karyawannya," sanggah Sarah.Ava tiba-tiba menge
Ketika Ava terbangun, hari sudah sangat larut. Saat itu waktu di menunjukkan pukul 22.30, dan Rick masih setia mengelus-elus kepala Ava yang baru membuka mata.Kondisi Ava yang kembali segar tentu saja membuat Rick bernapas lega. Namun, bukan Rick namanya jika tak membuat Ava kesal setengah mati."Lama sekali, aku bosan menunggumu," celetuk Rick, datar. Dia berdiri membopong pinggang Ava yang ingin duduk."Ya, aku tahu kamu memang menjengkelkan," gerutu Ava, kesal.Ava duduk bersila di atas ranjang. "Dokter Rick, apa aku salah makan?" tanya Ava, penasaran."Iya. Ada seseorang yang sengaja ingin melukaimu. Apa kamu bersinggungan dengan seseorang di pekerjaan?" tanya Rick, penuh selidik.Ava terdiam sejenak. Gosip mengenai perselingkuhan dengan James membuat dia berkecil hati di perusahaan. Sekarang, dia harus bersinggungan dengan seseorang. Memikirkan siapa yang mungkin saja mencelakainya, Ava terbesit wanita itu."Ada seorang wanita yang akhir-akhir ini bermasalah denganku," jawab Ava
Keesokan harinnya.Sarah sudah membuatkan izin untuk Ava beristirahat beberapa hari. Tentu saja Ava tak perlu repot-repot berangkat ke perusahaan, kecuali urusan mendesak yang mengharuskan dia hadir.Ketika Ava turun dari kamar hendak sarapan, dia sedikit terkejut melihat Rick masih ada di sana. Padahal sudah jam 09.00. Meski sering berangkat kerja bersama, tetapi tak jarang juga Rick pergi lebih awal."Hari ini tidak berangkat ke rumah sakit?" tanya Ava saat duduk dan menyendok sup krim ke dalam mangkuk."Hanya praktik sebentar, sore sudah pulang," jawab Rick, seadanya.Ava menjawab dengan gumaman. Dia kembali menunduk mulai sarapan. Rntah kenapa pagi ini terasa sangat canggung saat Rick menatapnya dengan wajah datar.Setelah sarapan berlalu, Ava hendak kembali ke atas. Namun, pelayan malah menyodorkan jas Rick yang baru saja diambil dari kamar.Ava tertegun beberapa detik, menoleh pada Rick yang berhenti melangkah di ambang pintu depan. Dia melangkah cepat menghampiri Rick."Pakai,"
Keesokan harinya.Ava pergi terburu-buru saat perusahaan memintanya datang. Siang itu seharusnya Ava masih menikmati cuti yang dibuatkan Sarah untuk beberapa hari, tetapi masalah mendesak membuat dia harus berhadapan dengan Kevan.Sepanjang perjalanan pikirannya tidak tenang, hatinya dipenuhi firasat buruk. Terlebih saat dia tiba di gedung Eternal Pharma, dan semua mata memandangnya penuh tuduhan seolah ingin menerkam. Ketika tiba di depan ruangan Kevan, dia lebih terkejut karena pintu terbuka lebar.Ava bisa melihat Stella berada di samping kursi Kevan. Penampilan Stella sangat mencengangkan. Selain make up-nya tebal, dia juga memakai dress biru ketat hingga dadanya terbentuk sempurna."Aku sudah menghubungi Ava, bagaimanapun dia terlibat dalam masalah ini." Ava dapat mendengar jelas suara Stella yang melapor pada Kevan."Kau pikir siapa dirimu? Semua keputusan ada di tanganku! Keluar sekarang." Suara Kevan dari dalam ruangan begitu memekakkan telinga.Tak lama kemudian, detak sepa
Ava langsung masuk ke situs internet, sebelum menonton siaran langsung. Fokusnya teralihkan pada artikel yang mengatakan bahwa Scarlett memaafkan James karena sedang mengandung anaknya.Hanya saja, Judul konferensi pers membuat dia tak bisa berlama-lama membaca artikel tentang Scarlett. Tidak tanggung-tanggung media menulis judul; (Ava, Orang ketiga yang merusak hubungan James dan Scarlett)Saat Ava mulai memutar siaran, kebetulan James baru menjelaskan bahwa dia memeluk wanita itu karena sedang mabuk."Orang ketiga yang kalian kenal sebagai Ava, dia sejak dulu selalu mencintaiku dan mengejar-ngejarku." James menjelaskan pada wartawan.Ekspresi Ava seketika menjadi buruk. Melihat wajah James yang tampan itu sekarang benar-benar berbeda. Pria itu sangat asing dan menyeramkan.Mencintai dan mengejar-ngejar? Ckck. Satu universitas tahu betul James yang selalu mengejar dia saat mendaftar ke universitas. Padahal saat itu James adalah seniornya. Ingin sekali dia mencekik James!Begitu pun d
Berita klarifikasi Ava tentang James bertahan selama dua hari di berbagai media. Hal itu berkaitan erat dengan saham Lautner Corporate yang kembali merosot ke titik terendah, James didesak mundur dari jabatannya oleh jajaran Direksi dan petinggi perusahaan. Tak terkecuali ayah Scarlett.Brak! Erik melempar remot saat melihat berita Ava dan bursa saham perusahaan yang anjlok."Kau sungguh bodoh James, mengurus masalah kecil seperti ini tidak becus! Aku tak ingin tahu, bagaimanapun caranya saham perusahaan harus kembali aman!" Erik meraung penuh kebencian sebelum naik ke lantai dua."Kamu mengecewakan ayahku lagi! Aku susah payah membujuknya agar percaya padamu," timpal Scarlett, kesal.James merangkul bahu Scarlett sebelum berkata dengan lembut, "Aku pikir Ava akan menyerah dan tak melakukan klarifikasi, semua di luar dugaan. Kamu tenang dulu, aku akan mengurusnya.""Bagus kalau begitu!" sarkas Scarlett.Scarlett tak hanya marah karena James salah membuat strategi, tetapi terbakar ra