Share

Bab 2. Penuh Misteri

Author: Imamah Nur
last update Last Updated: 2023-10-19 19:40:38

Ya, walaupun Arandita tahu pernikahan mereka ada karena keterpaksaan, paling tidak Bastian tidak harus memperjelas status mereka dengan cara demikian. Arandita merasa terhina dengan adanya surat itu karena merasa Bastian seolah menganggap dirinya pengemis cinta.

"Ya, anggap saja pernikahan kita hanyalah pernikahan kontrak. Setelah setahun, kontrak itu akan berakhir dan kita bercerai."

Mendengar itu semua jantung Arandita meletup-letup. Ia merasa dipermainkan oleh keluarga Pramoedya.

"Kalau ujung-ujungnya pernikahan kita akan berakhir juga, kenapa harus ada tenggat waktu yang ditentukan? Kenapa tidak sekarang juga?" tanya Arandita. Bastian harus tahu, Arandinta lebih tidak menginginkan pernikahan ini dibandingkan dirinya.

"Semua ada alasannya, dan suatu saat kau akan mengerti."

"Ternyata adik dan kakak sama saja, suka mempermainkan wanita," geram Arandita sambil mengepalkan tangan. Entah kenapa dia tidak suka dengan jalan pikiran Bastian, meskipun dia masih belum bisa mencintai pria itu dan melepaskan Bobby di hatinya, tetapi Arandita kecewa dengan sikap Bastian. Entah kenapa hati Arandita mulai berharap pada Bastian.

"Kau keberatan?" tanya Bastian dengan tatapan dingin dan senyum yang seakan menusuk ke dalam hati Arandita.

"Tidak ... dengan suka hati," ujar Arandita sambil meraih pulpen dan membubuhkan tanda tangan. Dia tidak ingin Bastian menganggap dirinya berharap lebih pada pernikahan kontrak tersebut.

"Ini!" Arandita mengembalikan map di tangan setelah selesai menandatangani.

"Ini ada satu lagi," ucap Bastian lalu mengeluarkan kertas dari dalam map.

"Tapi tak usah kau tanda-tangani, cukup kau simpan sebagai pengingat bahwa ada aturan yang harus kamu lakukan selama menjadi istriku."

Bastian memberikan kertas tersebut kemudian menandatangani surat perjanjian yang ada di tangannya sendiri. Setelahnya ia melenggang begitu saja keluar dari kamar dan membiarkan Arandita diam terpaku. Menatap kepergian Bastian dengan pikiran kosong.

Sepeninggal Bastian, ada satu benda yang mencuri perhatian Arandita. Dengan langkah pelan gadis itu menghampiri lukisan yang tergantung di dinding kamar dan meraihnya.

"Sepertinya aku pernah melihat wajah Wanita ini." Arandita menatap lukisan itu dengan seksama sedangkan otaknya bekerja keras mengingat wanita cantik nan seksi yang ada dalam bingkai.

"Bukankah wanita ini adalah model yang pernah ditemukan tewas di sungai? Apa jangan-jangan–" Arandita segera menutup mulut kala pikiran buruk menyergap otaknya. Di saat yang sama pula ia melihat foto beberapa wanita tergantung di dinding, dimana pada wajah mereka diberi tanda silang merah dan anehnya foto dirinya ada diantara foto para wanita itu.

Dalam kegelisahan, bunyi ponsel Arandita memecah kesunyian kamar.

"Ya, Halo!"

"Kau boleh menempati kamarku, tapi perlu diingat jangan pernah menyentuh barang-barang tanpa izin dariku!"

Ponsel langsung dimatikan secara sepihak tanpa memberikan waktu untuk Arandita menjawab.

Arandita terbelalak.

"Bagaimana mungkin dia tahu nomorku dan saat ini aku juga sedang menyentuh lukisannya?" Arandita menghela nafas berat.

"Oh Tuhan! Kalau tahu akan begini mending aku kabur saja dari acara pernikahan kemarin. Ah kabur sekarang juga nggak apa-apa, 'kan?"

[Jangan coba-coba kabur dariku!]

Arandita melotot melihat chat yang dikirimkan oleh Bastian.

"Bagaimana dia bisa tahu isi pikiranku? Dia bukan psikopat yang bisa membaca pikiran mangsanya, 'kan?" batin Arandita.

Arandita melangkah ke arah pintu dan menguncinya dari dalam. Setelah itu terduduk lemas di pinggir ranjang lalu memikirkan nasib hidup kedepannya. Ia meraih kertas yang diabaikan sedari tadi dan membaca dengan seksama agar ia tidak lupa dengan aturan yang dibuat Bastian dalam surat perjanjian tersebut, walaupun kenyataannya dia tidak bisa fokus akibat foto dirinya juga ada dalam deretan foto tadi.

Selesai ia langsung berjalan ke arah koper dan membuka kemudian menaruh pakaian miliknya ke dalam lemari yang sudah kosong. Sepertinya Bastian sudah menyuruh orang lain untuk melakukan hal itu.

Saat mengeluarkan pakaian, gerakan tangan Arandita terhenti pada sebuah kotak di dalam koper dan membuka, kalung berlian dengan liontin berwarna zamrud menyala di depan wajah. Arandita menatap dengan sendu benda yang menjadi mas kawin dalam pernikahannya dengan Bastian. Mas kawin yang seharusnya diserahkan oleh Bobby padanya.

"Kau begitu indah, tapi sayang tak seindah kisah cintaku," gumam Arandita lalu meletakkan kembali perhiasan itu ke dalam kotak dan menutupnya. Saat itu pula Arandita sadar ada cincin yang tengah melingkar di jarinya.

"Arrrgh! Kenapa aku tidak sadar?"

Bersamaan dengan itu pintu kamar tampak diketuk dari luar.

Arandita mendesah kasar sebelum akhirnya bangkit berdiri dan melangkah ke arah pintu. Dengan pelan tangannya menyentuh handle dan membuka pintu.

"Mas Bastian?" Arandita tampak kaget sedangkan Bastian langsung nyelonong masuk ke dalam kamar.

"Bersiap-siaplah kau harus ikut ke kantor denganku!"

"Ada acara apa?"

"Nanti kau juga akan tahu."

Arandita mengangguk pasrah lalu melangkah ke arah lemari untuk mengambil pakaian ganti. Sebelumnya ia mengambil kotak perhiasan tadi dan menaruhnya ke dalam lemari, di tengah-tengah lipatan baju-bajunya.

"Kenapa tidak dipakai?"

"Tidak, aku tidak ingin teringat pada–"

"Bobby?"

Arandita mengangguk pelan.

"Sebenarnya semua yang menyiapkan kebutuhan pernikahan Bobby adalah aku, termasuk mas kawin dan cincin kawinnya," jelas Bastian dengan suara datar.

Arandita terhenyak, tetapi sesaat kemudian paham karena Bobby memang pria yang manja dimana dia hanya perlu memerintah dan semua yang diminta harus ada di depan mata. Kadang Arandita bingung mengapa dirinya bisa mencintai pria seperti Bobby.

"Terserah kamu mau pakai atau tidak, tetapi untuk cincin kawin kamu harus tetap memakainya sampai pernikahan kita benar-benar berakhir!"

"Aku paham."

Bastian mengangguk.

"Bersiap-siaplah, aku tunggu di luar!" Tanpa menunggu jawaban Arandita, pria itu kembali keluar dari kamar dan memilih menunggu di ruang tamu.

Arandita yang tidak ingin Bastian menunggu lama langsung bergegas berganti pakaikan dan mengoleskan make up tipis-tipis. Setelahnya ia langsung menemui Bastian.

"Sudah siap?" tanya Bastian saat Arandita mendekat ke arahnya tanpa mau menatap wajah sang istri.

"Siap," jawab Arandita disertai anggukan.

Bastian pun mengangguk kemudian mendahului Arandita keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil. Di sana sudah ada sopir yang langsung siaga mengendarai mobil Bastian menuju kantor.

Sampai di depan kantor, Bastian turun terlebih dulu dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Arandita. Para karyawan yang menatap kedatangan mereka hanya terhenyak melihat Bastian datang dengan seorang wanita.

"Maaf," ucap Bastian sebelum menggenggam tangan Arandita dan menggandengnya masuk ke dalam kantor.

"Pagi, Pak!"

Bastian menatap mereka lalu menjawab sapaan para karyawannya hanya dengan anggukan.

Bisik-bisik para karyawan mulai terdengar, asumsi yang berbeda pun mulai keluar dari mulut-mulut mereka, bahkan mereka seolah menatap Arandita penuh selidik. Namun, Arandinta sendiri sama sekali tidak menggubris dengan lebih memilih melihat keadaan kantor yang begitu luas dan mewah itu.

"Rafi sudah kau siapkan semua?" tanya Bastian saat sang asisten menghampiri dirinya.

"Sudah Pak, Pak Pram juga sudah membantu dalam hal ini," ujar Rafi lalu mengekor di belakang Bastian sedangkan Arandita tampak berpikir apakah gerangan yang membuat Bastian harus mengajak dirinya ke kantor.

Bastian baru melepaskan tangan Arandita saat mereka sampai di dalam ruangannya.

"Akan ada acara apa di sini?" Arandita tidak lagi bisa menahan rasa penasarannya.

"Acara untuk mengenalkanmu sebagai istriku."

Arandita terbelalak.

"Apakah ini penting? Bukankah pernikahan kita hanya sebatas pernikahan kontrak?"

"Penting bagiku dan jangan pernah katakan status itu di tempat yang tidak hanya ada kita berdua!" tegas Bastian membuat Arandita berpikir apa maunya pria itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Jen Jeje
jangan-jangan awalnya Bastian emang suka Ama aran?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 3. Hadiah dari Bastian

    "Oke," ujar Arandita berusaha untuk cuek dengan apapun yang akan dilakukan oleh Bastian selama tidak merugikan dirinya, terutama cuek pada wanita yang membawakan minuman untuk Bastian sambil menatap dirinya dengan pandangan meremehkan. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Arandinta tahu bahwa wanita dengan penampilan seksi itu sama sekali tidak menyukai dirinya."Kalau dari penampilan kayaknya dia bukan OB di sini deh. Ah biarkan saja, bodoh amat dengan manusia-manusia yang tidak suka denganku. Yang penting aku tidak pernah berbuat jahat pada orang lain," lirih Arandita lalu mengalihkan perhatiannya pada pemandangan luar lewat dinding kaca di ruangan tersebut.Pemandangan luar yang sangat menakjubkan dilihat dari atas membuat Arandita tidak mau berpaling. Dia juga tidak ingin tahu apa yang dibicarakan Bastian dengan bawahannya itu."Ayo ikut aku!" Tiba-tiba wanita yang melangkah ke arah Bastian tadi menarik tangan Arandita. Arandita melirik ke kursi kebesaran Bastian, tenyata pria itu su

    Last Updated : 2023-10-19
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 4. Hanya Pura-pura

    Seperginya Bik Lin, Arandita langsung makan karena tubuhnya memang sudah sangat lapar. Dia butuh energi untuk melanjutkan hidup yang entah ke depannya akan seperti apa.Belum selesai makan, tiba-tiba Bobby duduk di hadapan dan membalik piring. Ia ikut makan bersama Arandita dan wanita itu terlihat acuh tak acuh dengan keberadaan Bobby di dekatnya."Aran!" panggil Bobby di sela-sela makan mereka, tetapi Arandita tidak menjawab."Aran!" panggilnya dengan suara lebih keras."Orang makan tidak boleh bicara!" ketus Arandita lalu meneguk segelas air putih sebab langsung kehilangan selera makan. Ia kemudian bangkit dari duduknya.Bobby segera menangkap tangan Arandita lalu menggenggam. "Aku mencintaimu Aran, berikan aku kesempatan," ucap Bobby dengan tatapan penuh harap."Kesempatan? Setelah kabur dan mempermalukanku di hadapan orang banyak? Lepaskan tanganmu Bob, status kita sudah berbeda. Aku harap kau menghargaiku sebagai kakak ipar!" Arandita mencoba melepaskan pegangan tangan Bobby dan p

    Last Updated : 2023-10-19
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 5. Khawatir

    Tak perduli hari sudah menjelang malam. Bastian kembali ke kantor. Sampai di sana Bastian menghempaskan tubuhnya di atas kursi kebesaran.Menghela nafas panjang sebelum akhirnya bersandar dan memutar-mutar kursi tersebut. Sesekali ia memejamkan mata, mencoba menghalau rasa tidak nyaman dalam dirinya."Seharusnya aku tidak begini, mereka berdua saling mencintai. Ah tidak, Bobby terlalu pengecut untuk disandingkan dengan Arandita. Bagaimanapun dia istriku, apa kata orang-orang jika melihat mereka akrab kembali sedangkan mereka adalah pasangan yang gagal menikah? Bukan hanya nama mereka, namaku juga akan tercoreng di hati orang-orang," batin Bastian."Rafli bagaimana perkembangan berita itu?" Sang asisten yang bersiap untuk pulang akhirnya berjalan pelan ke arahnya."Sedikit mulai meredup Pak, tapi orang-orang masih banyak yang curiga bahwa pernikahan Pak Bastian dengan Nona Arandita hanya sebagai kedok saja. Mungkin kalau kalian sudah punya anak, orang-orang baru akan percaya bahwa Bapa

    Last Updated : 2023-10-19
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 6. Istri atau Pembantu?

    "Cck, aku ini istrinya atau pembantu sih?" keluh Arandita membuat Bastian langsung menatap tajam mata sang istri."Iya-iya, aku akan lakukan," ucap Arandita lalu mengusap tengkuknya yang tiba-tiba terasa dingin sebelum akhirnya mengulurkan tangan untuk membuka sepatu Bastian. Wanita itu celingukan lalu menaruh sepatu tersebut ke tempatnya.Bastian sendiri membuka kancing bagian atas kemeja kemudian melepaskan dasi. Pria itu langsung menjatuhkan tubuh di atas kasur dan menghembuskan nafas panjang."Maaf, aku siapkan air panas dulu," ucap Arandita sebelum akhirnya meninggalkan Bastian seorang diri. Beberapa saat kemudian wanita itu langsung memberitahukan pada Bastian bahwa air panasnya sudah siap. Bastian hanya merespon dengan anggukan lalu masuk ke dalam kamar mandi.Di kamar Arandita tampak gelisah, ingin tidur takut Bastian masih membutuhkan dirinya."Apa yang harus aku lakukan sekarang? Nawarin dia makan malam atau tinggalkan saja dia tidur?" Wanita itu mondar-mandir tak karuan."Ah

    Last Updated : 2023-11-23
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 7. Jangan Melewati Batasan!

    Suasana semakin canggung tatkala sejak dari Arandita menarik kursi sampai duduk di samping Bastian, Bobby terus saja menatap dirinya begitu intens, tak mau berpaling sedikitpun hingga Arandita menjadi gugup."Kapan kau akan menikahi Agresia? Apa kau tidak ingin segera berkumpul dengan putrimu?" Pramoedya tidak sadar bahwa pertanyaannya pada Bobby membuat Arandita terhanyut kembali dengan kesedihan yang baru saja ingin ia kubur dalam-dalam. Wanita itu langsung menunduk dan dengan gerakan pelan tangannya mengambil nasi lalu menaruh di piring Bastian."Pa! Jangan ngomongin tentang hal itu sekarang!" Bobby memperingatkan sambil menunjuk ke arah Arandita dengan ekor matanya. Namun, sepertinya Pramoedya tidak paham."Mau aku ambilkan ikan yang mana Mas?" tanya Arandita agar dirinya tidak mendengar percakapan antara Bobby dan ayah mertuanya. Tak sanggup ia jika harus mendengar bahasan tentang hubungan keduanya."Biar aku ambil sendiri!" tegas Bastian lalu mengambil ikan gurame goreng tepung

    Last Updated : 2023-11-24
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 8. Buaya Betina

    "Nona Aran Anda di jemput pak sopir!" seru Bik Lin sambil mengetuk pintu kamar Arandita."Sopir?" Arandita langsung mengelap air mata sebelum akhirnya berjalan ke arah pintu dan menguaknya."Pintunya tidak dikunci Bik," terang Anandita saat menyadari pintunya tidak ditutup rapat oleh Bastian saat keluar tadi."Iya Non, bibi hanya tidak ingin lancang kalau masuk tanpa izin," jelas Bik Lin dan Arandita hanya menjawab dengan anggukan."Oh ya Non, pak sopir sudah menunggu.""Aku tidak akan kemana-mana Bik, memang mau kemana?""Kata pak sopir Non Aran akan pergi ke kafe. Den Bastian meminta agar Nona yang menjadi managernya agar tidak melibatkan banyak karyawan sebab kafe itu kan masih kafe baru.""Oke Bik Aran paham, maaf jika harus diingatkan karena Aran benar-benar lupa akan rumah makan tersebut.""Tidak apa Non, manusia memang tempatnya lupa. Kalau begitu Bibik permisi ya! Masih ada pekerjaan yang belum kelar.""Silahkan, Bik."Bik Lin menunduk sebelum akhirnya meninggalkan Arandita se

    Last Updated : 2023-11-25
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 9. Wanita Licik

    Arandita langsung menghempaskan tubuh dengan kasar di atas kursi ruangan manager. Ia memijit pelipis yang terasa begitu pening, disengaja atau tidak, orang-orang di sampingnya beberapa hari ini membuat Arandita naik darah meskipun sekuat mungkin ia tahan agar tidak meledak. Dari sikap Bastian yang begitu cuek, suka memerintah serta memutuskan sesuatu tanpa meminta persetujuan darinya, Bobby yang seakan memaksakan untuk bertahan dengan cinta yang sudah tidak bisa diselamatkan lagi, ditambah sikap Agresia yang menuduh dirinya macam-macam. Rasanya kepala Arandita ingin meledak."Minum dulu Bu," ucap Juna sambil mengulurkan segelas air putih setelah Arandita sampai di meja lalu menarik nafas beberapa kali."Makasih," ucap Arandita lalu menarik gelas dari tangan Juna dan meminum isinya sampai tandas."Boleh tinggalkan aku sendiri?!""Baik Bu, permisi!" Juna segera keluar dari ruangan Arandita.Sepeninggal Juna, Arandita mencoba menetralisir detak jantungnya yang berpacu lebih cepat dari bi

    Last Updated : 2023-11-25
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 10. Jangan Salah Paham!

    Di dalam sana Bastian dan sekretarisnya sama-sama berdiri dengan wajah yang saling berdekatan, bahkan dari posisi Arandita berdiri saat ini mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang berciuman. Sania sang sekretaris melirik Arandita yang terpaku di depan pintu kemudian dengan liciknya ia mendorong tubuh Bastian hingga pria itu terdorong ke belakang dan tubuhnya Bastian jatuh bertumpu pada kursi, sedangkan tubuh Sania jatuh tepat di atas tubuh Bastian.Arandita langsung berputar arah membelakangi mereka sementara Sania tersenyum licik. Wanita itu berharap dan yakin, setelah ini hubungan keduanya akan renggang, lebih-lebih Arandita akan meminta cerai dari Bastian."Sania! Kau apa-apaan sih?" protes Bastian sambil mendorong tubuh sang sekretaris dari atas tubuhnya. Mata pria itu menatap tajam dengan perasaan tidak suka. Sania segera berdiri dan membenahi pakaian."Maaf Pak, saya tiba-tiba pusing, mungkin karena semalam lembur menyelesaikan tugas yang Bapak berikan ditambah lag

    Last Updated : 2023-11-26

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 144. Ending

    Apa iya air susunya tidak enak? Kalau iya kenapa baru sekarang hal ini terjadi? Kenapa tidak sebelumnya Brian menolak ASI-nya? "Sabar Non, Nyonya besar hanya salah bicara, beliau tidak bermaksud membuat Non Aran sedih." "Iya Bik." Arandita mencoba tersenyum meskipun wajahnya masih terlihat pias. Bagaimanapun dia tidak bisa menyembunyikan raut kekecewaannya. "Kalau masih menyusui jangan makan sembarangan, itu ngaruh pada kesehatan anak," ucap nenek lagi dan Arandita hanya manggut-manggut tanpa mau protes sedikitpun. "Atau kamu masuk angin? Bik tolong ambil kerokan dan minyak kayu putih! Biasanya kalau Bastian memuntahkan air susu waktu kecil Amira meminta tolong untuk dikerokin dan akhirnya Bastian mau menyusu lagi." "Oh jadi Mas Bastian juga pernah begini Nek?" Anggukan nenek membuat Arandita dapat menghembuskan nafas lega. Baginya mungkin Brian menurun dari papanya. Bik Lin datang dengan tergesa-gesa dengan benda yang diminta oleh nenek. "Ayo dibuka bajunya biar Brian di

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 143. Penolakan.

    Agresia tidak menggubris seruan Arandita dan malah bergerak cepat menuju pagar rumah yang terbuka lebar. "Cegah dia jangan sampai kabur!" perintah Bastian pada beberapa anak buahnya. Tidak menunggu lama pintu pagar sudah ditutup dan Agresia kebingungan untuk keluar dari pekarangan rumah tersebut. "Gres tunggu!" Akhirnya Arandita bisa menangkap tangan Agresia. "Apa kabar kamu?" "Seperti yang kamu lihat Aran, maaf kalau aku ikut numpang makan di tempat ini. Aku tidak tahu kalau ini adalah rumahmu. Aku pikir kamu masih tinggal di rumah papa." Agresia menunduk dan meremas kedua tangannya. "Tidak masalah siapapun bebas makan di tempat ini karena ini adalah acara syukuran anak pertama kami. makanya pintu pagar kami dibiarkan terbuka lebar biar siapa saja boleh masuk." "Oh ya, selamat ya!" "Makasih." "Jangan pergi, bergabunglah dengan kami semua." "Maafkan atas semua kesalahanku di masa lalu Aran, Aku menyesal sekarang." Arandita menatap Agresia dengan pandangan iba kemudia

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 142. Bertemu Kembali

    "Bastian!" Leo menatap wajah Bastian dengan tatapan sendu. "Maaf aku baru bisa kemari. Istriku melahirkan dan baru saja sadar dari pingsannya." "Arandita pingsan?" Bastian mengangguk. "Tapi sudah enakan." "Lebih baik kamu nggak usah kemari, jangan tinggalkan Arandita sendirian, nanti kalau ada apa-apa bagaimana?" "Ada Bik Lin dan juga papa." Leo menatap Bastian kemudian pada Bobby yang mengangguk kecil. "Paman Pramoedya ... tolong sampaikan maafku pada beliau atas kesalahan Mommy. Semasa hidup Mommy mengatakan ingin meminta maaf langsung pada Paman Pram, sayangnya beliau tidak mau datang menemui Mommy. Saat kami mencoba menemui, beliau selalu menghindar. Aku mengerti beliau masih marah sama perbuatan mommy. Selama tinggal bersamaku mommy mengatakan menyesal melakukan itu semua. Tolong ya Bas bujuk paman Pram agar mau memaafkan mommy biar jenasahnya bisa tenang." Bastian menepuk bahu Leo. "Nanti aku sampaikan. Kamu tidak perlu memikirkan yang lain urus saja pemakaman mom

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 141. Kita Akan Selalu Bersama

    Saat dokter sedang memeriksa Arandita tangis bayinya mereda. Hal itu membuat suster langsung menaruh bayinya ke dalam box bayi. Namun hal itu tidak membuat otot-otot Bastian yang tegang kembali rileks. Dia masih belum bisa bernafas dengan tenang selama kondisi istrinya belum dinyatakan membaik. "Bagaimana Dokter?" tanya Bastian masih dengan wajah pucat karena rasa khawatir yang berlebihan. "Tuan tenang saja sebentar lagi Nyonya Arandita akan sadar." "Saya tidak bisa tenang jika Istri saya belum siuman," ucap Bastian kesal. Bagaimana mungkin dokter menyuruh dirinya tenang sementara Arandita masih belum sadar dari pingsannya. "Sebentar lagi, tidak ada yang serius pada diri pasien mungkin hanya kelelahan saja." Bastian tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia hanya menelpon Bik Lin dan memintanya untuk datang ke rumah sakit. Dia perlu teman untuk menunggui Arandita dan bayinya. Saat Bik Lin meminta sopir untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit Pramoedya mendengarnya lalu me

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 140. Hari Kelahiran dan Kematian

    "Sudah apanya?" tanya Bastian tidak sadar. "Sudah dijahit," jawab dokter seraya tersenyum ramah. "Oh." Bastian manggut-manggut. "Ini Tuan putranya, silahkan diadzani," ucap suster menyerahkan bayi yang baru lahir itu ke tangan Bastian. Ternyata bayinya sudah selesai dibersihkan. Bastian menerima bayi tersebut dan mengadzaninya. Selama melantunkan kalimat adzan Arandita terdiam menghayati kalimat tersebut. Ia terharu sampai menitikkan air mata karena telah dipercayakan oleh Tuan untuk merawat seorang anak yang lahir dari rahimnya sendiri. Sungguh itu adalah rezeki yang tidak terkira. Ditambah lantunan suara adzan dari bibir Bastian mengalun merdu dan syahdu. Arandita tidak menyangka suara Bastian begitu indah dan lembut menyentuh pendengaran. Suaminya itu seolah muadzin yang kerapkali mengumandangkan adzan di masjid-masjid. Setelah selesai Bastian mengecup kening putranya. "Selama datang jagoan Ayah! Selamat bergabung di keluarga kecil kita." "Sekarang dia harus di IMD Tuan,"

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 139. Melahirkan

    "Pasti, kami akan berusaha semaksimal mungkin Tuan. Tuan tenang saja saya lihat keadaan istri Anda tidak ada masalah dengan kesehatan maupun kandungannya. Jadi insyaallah proses persalinannya akan berjalan lancar." "Aaamiin ya Allah. Saya boleh menemani istri saya Dok?" "Oh tentu saja boleh, ini bisa menjadi semangat juga untuk istri Anda." Bastian mengangguk dan dokter mempersilahkan Bastian untuk ikut masuk sebelum akhirnya menutup pintu. Kini Bastian dan Arandita berada dalam ruang persalinan dibantu oleh seorang dokter dan seorang perawat. Arandita meringis kesakitan kala perutnya mengalami kontraksi kembali. "Aduh sakit Mas," rintihnya lalu kembali turun dari tempat tidur dan berjalan ke sana kemari sambil menahan rasa sakit. "Rasanya aku nggak tahan dengan sakitnya," keluh Arandita, bahkan perempuan itu duduk berdiri duduk berdiri untuk meminimalisir rasa sakit. "Kalau sakit itu tandanya normal karena ada pergerakan dari bayinya. Justru kalau tidak sakit itu yang perlu

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 138. Kontraksi

    Beberapa bulan kemudian Bastian baru pulang ke rumah setelah malam sudah semakin larut. "Kemana aja sih Mas, baru pulang. Dari tadi perutku sakit terus ini," protes Arandita sambil menyalami tangan Bastian lalu membantu membuka jas suaminya. "Biar aku yang naruh tasnya. Sekarang masih sakit?" "Nggak, mungkin karena sudah melihat papanya datang anak kita kembali anteng." "Ternyata kangen juga dia sama papanya ini. Sorry ya Sayang tadi lupa ngabarin, tadi aku sibuk banget. Abis nganterin Rafi ke panti asuhan terus ke rumah sakit," jelas Bastian lalu mencium perut istrinya yang buncit. "Papa kangen sama kamu. Jangan nakal sama mama, kasihan dia sudah gendong kamu selama 8 bulan lebih." Bastian lalu mengusap perut Arandita dengan lembut. "Waduh dia nendang Sayang, mungkin kesal dan mau ikutan protes karena papanya pulang telat," ucap Bastian lalu terkekeh. "Mas ke panti asuhan jenguk putranya Friska?" Bastian mengangguk. "Rafi mau menjemput dia kembali setelah dititipkan pada

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 137. Suami Siaga

    Akibat janjinya pada Arandita akhirnya Bastian mengalah dan memilih tinggal di rumah Pramoedya untuk beberapa hari ke depan sebab di sana banyak orang yang bisa dimintai tolong untuk mengawasi istrinya yang hamil selama dia pergi ke kantor. Jangan lupakan bahwa Arandita menginginkan makan masakan Bobby setiap hari dan Bastian sudah menyetujuinya dalam waktu 7 hari saja. Oleh karena itu agar lebih mudah dalam mengabulkan permintaan Arandita Bastian memilih tinggal di rumah lamanya ini. "Abang yang punya istri kok saya yang dipaksa masak terus?" Kadang Bobby juga protes saat Bastian meminta Bobby menyiapkan makanan untuk Arandita di pagi-pagi buta padahal pria itu masih mengantuk. "Ya mau gimana lagi orang itu ponakan kamu yang menginginkan, mau punya ponakan ileran?!" Begitulah selalu jawaban Bastian yang membuat Bobby mendesah kasar lalu melakukan apa yang diminta oleh Bastian. Selama Bobby memasak Bastian menemani di dapur bahkan terkadang keduanya bekerjasama jika dirasa Bobby sa

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 136. Badmood

    "Ya Allah Sayang, aku jadi bingung harus bahagia atau sedih ini?" Bastian benar-benar bingung, di satu sisi dia senang akan segera mendapatkan momongan Namun, di sisi lainnya dia juga sedih karena dengan kehamilan Arandita membuat dirinya harus menjauh dari sang istri. Sepertinya bayi dalam kandungan Arandita tidak menyukai ayahnya sendiri karena selalu merasa bau saat berdekatan dengannya. "Pokoknya Mas tunggu di situ aja, nggak usah masuk kamar mandi!" Arandita menunjuk ke sisi Bastian. Bastian langsung tidak bergerak. Arandita masuk ke dalam kamar mandi dan muntah-muntah di sana. Bastian menatap punggung Arandita dengan rasa iba. Ia ingin berbuat seperti suami yang lainnya yang siap siaga dan memijit belakang leher istrinya yang sedang muntah, tetapi apa daya Arandita malah melarangnya dan Bastian sendiri tidak mau Arandita semakin muntah jika dirinya mendekat. Saat selesai muntah Arandita mengibaskan tangan agar Bastian menyingkir dari tempatnya berdiri saat ini. "Ngenes ama

DMCA.com Protection Status