"Ayo silahkan cicipi masakan spesial buatan oma," Oma Gia menyodorkan beberapa hidangan yang ia bawa ke hadapan mereka, meskipun sekarang jantung mereka sedang berdegup tidak beraturan tetapi keroncongan di perut mereka mampu mengalahkan semuanya. Sejak dulu masakan oma Gia adalah makanan yang paling Kaivan sukai, itu sebabnya ia tidak mau menunggu lebih lama lagi untuk menyantap semuanya. "Kai, sepertinya kamu habis keramasan ya? pasti semalam kalian habis..." ucap oma Gia sambil menaik turunkan kedua alisnya. Ucapan oma Gia membuat Kaivan tersedak, Karina segera menuangkan minum untuk Kaivan meskipun harus sambil menyembunyikan wajahnya yang terlihat memerah. Oma Gia terkikik pelan melihat kegugupan di wajah kedua pasangan muda ini, bahkan mereka terlihat salah tingkah saat hendak memungut benda yang jatuh ke bawah. "Oh iya, oma punya sesuatu buat kalian." Tangan oma Gia menadah ke arah Randy yang berdiri di sebelahnya, lalu dua botol kecil diserahkan ke tangan oma Gia
"Apa kamu yakin ingin pergi berdua denganku?" tanya Karina sekali lagi, karena ia tidak mau tiba-tiba Agatha datang dan mengamuk di tempat umum. "Ya, tentu. Ada apa?" "Bukankah seharusnya kamu pergi menemui Agatha dan membujuknya?" "Jangan bahas dia dulu," Kaivan membuka pintu mobil untuk Karina, hari ini Kaivan ingin mengajaknya berbelanja kebutuhan rumah juga pergi mencari hiburan. Kaivan butuh me time untuk menyegarkan pikirannya yang terasa rumit belakangan ini, banyak hal yang mengganggunya terutama soal hubungannya dengan Agatha. Mereka baru saja berbaikan kemarin malam, tetapi Agatha malah membuat ulah lagi dan membuatnya ragu kembali. Kaivan juga sengaja menonaktifkan ponselnya karena Agatha terus menghubunginya, ia butuh ruang untuk menenangkan diri dan bersama Karina ia dapatkan ketenangan itu. Karena Kaivan ingin mencoba menonton film, ia lalu menepikan mobilnya ke sebuah gedung bioskop terlebih dahulu sebelum berbelanja. "Kai, apa kamu sedang mengajakku berk
Kaivan diam tidak bergerak di lorong bagian perlengkapan bayi, ia menatap serius sepasang suami istri yang tengah mengajak bayi mereka bercanda. Tawa menggemaskan bayi itu benar-benar membuat Kaivan merasa nyaman dan bahagia, meskipun bayi itu bukan anaknya. Dulu daat hubungannya dengan Agatha sedang manis-manisnya dan Agatha belum begitu terobsesi menjadi model, Agatha pernah mengatakan jika ia ingin menikah dengan Kaivan dan memiliki banyak anak. Tapi melihat Agatha yang sekarang Kaivan tidak yakin jika itu akan terjadi, melihat berat badannya naik satu kilo atau ada satu jerawat di wajahnya saja Agatha langsung panik luar biasa. "Kai, kamu sedang apa?" Lamunan Kaivan buyar saat Karina menepuk bahunya, "Tidak, apa kamu sudah selesai memilih yang ingin kamu beli?" Dua buah kantong berisi daging sapi ia tunjukkan di depan Kaivan, "Sudah!" Bayi itu tiba-tiba tertawa dan membuat perhatian Karina teralihkan padanya, kini gantian Karina yang melihat keharmonisan keluarga kecil
Sesuai janjinya, oma Gia kini sudah ada di lobby apartemen tepat pukul tujuh pagi dan Kaivan bahkan terpaksa harus menginap disini, demi tidak ketahuan jika mereka tidak tinggal bersama. Karina masih terlihat mengantuk, semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan soal resepsi pernikahannya yang akan dilaksanakan ulang. Jika pernikahan ini nyata tentu ia akan senang, tetapi pernikahan ini hanya sandiwara dan Karina khawatir ketika mereka bercerai nanti akan ada masalah yang muncul. Apalagi keluarga Bimantara termasuk orang yang terpandang dan cukup berpengaruh, ketika ada sebuah masalah di dalamnya maka akan ada saja orang yang berusaha ingin tau, atau mungkin akan ada gosip yang tersebar seperti kemarin. "Kai tolong tanda tangani ini," sebuah maps dengan sampul bergambar lautan dan villa diserahkan ke tangannya. "Apa ini oma?" "Itu surat pengurusan booking hotel, paspor dan segalanya untuk kalian bulan madu di Maldives. Biar Randy yang mengurusnya," Kaivan menghela nafa
"Bukankah kamu bilang dia benar-benar sudah tidak memiliki apapun? lalu apa ini Ran?" "Maaf nyonya, sepertinya saya kecolongan." Karina mendecih kesal, ia berjalan tergesa-gesa ke dalam ruang meeting sambil membaca laporan terbaru perusahaan. Saat Karina masuk ke ruang rapat, suasana disini terasa begitu mengintimidasinya terutama tatapan sengit dari para pemegang saham. Ada satu orang yang kini duduk di salah satu kursi sambil tersenyum licik menyambut kedatangannya, tatapannya pada Karina jelas seperti membuktikan bahwa ia siap membuka medan perang yang sempat tertutup. Karina duduk di kursi utama, mencoba mengatur rasa gugup dan khawatir yang kini memenuhi hatinya. "Selamat datang nyonya Karina, maksud ku Karina." sapa Adimas dengan tatapan merendahkan, baginya Karina hanya seorang gundik dan tidak pantas mendapatkan penghormatan. Usaha Adimas untuk memantik emosi Karina jelas tidak berhasil, kini Karina malah terlihat sibuk dengan dokumen di tangannya dan menganggap se
Setelah menjemput Karina, mereka kembali ke hotel karena oma Gia sudah menunggu mereka, tetapi Kaivan harus kembali ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Kaivan menyewa lagi satu kamar dengan alasan untuk Randy, tetapi sebenarnya ia yang memakai kamar itu. Kaivan baru saja membuka pintu kamarnya setengah, namun tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang dan Kaivan bisa mengenalinya dari cincin yang wanita itu kenakan. Kaivan segera menariknya ke dalam kamar sebelum ada yang melihatnya, akan lebih berbahaya lagi jika oma Gia yang melihatnya. "Kai, apa perlu sampai seperti ini? bukankah kamu sudah berjanji kalau hanya aku yang akan mendapatkan wedding dream ini?" tanyanya, kelopak matanya terlihat sangat sembab bahkan bau alkohol tercium menyengat dari mulutnya. "Ini permintaan oma," "Tapi kamu sudah berjanji, Kai." "Maaf Agatha, aku tidak bisa menolak permintaan oma. Tapi kalau kamu mau aku bisa membuatmu mengenakan gaun pengantin itu besok, dengan satu
Oma Gia kembali ke tempat dimana Karina dan Randy berada, langkahnya lesu dengan pikiran yang kacau karena ucapan Agatha terus berputar di dalam kepalanya. Ternyata sangat sulit untuknya memisahkan Kaivan dan Agatha, sekarang oma Gia malah mempertanyakan keputusannya untuk tetap mempertahankan Karina di sisi Kaivan atau sebaiknya melepaskannya saja. Oma Gia hanya takut Karina akan tersiksa jika terus berada di sisi Kaivan dan melihat apa yang Kaivan dan Agatha lakukan, tetapi di sisi lain ia juga berat melepas wanita sebaik Karina. "Ran, oma mau bicara." ujarnya menyela Randy yang tengah sibuk mencoba cincin, sepertinya ia lebih antusias daripada Kaivan soal pernikahan ini. Randy menyusul oma Gia keluar dan meminta Karina untuk tetap memilih cincin saja, melihat ekspresi wajah oma yang murung Randy sepertinya bisa menduga jika oma kini tengah memikirkan sesuatu. "Ran, tolong antar oma ke tempat ini." pintanya sambil memberikan sebuah alamat ke tangan Randy. "Oma mau apa ke t
"Gimana hasilnya?" tanya Adimas antusias. Karina menggeleng lesu sambil menyerahkan benda kecil di tangannya, setelah berharap untuk yang kesekian kalinya hasil dari testpack itu ternyata masih belum menunjukkan garis dua. Segala cara sudah Karina lakukan, mulai dari urut, meminum ramuan, bahkan sampai promil tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Adimas membuang testpack itu ke sembarang arah, ia benar-benar kecewa padahal ia sudah berharap jika Karina telat datang bulan karena hamil. "Rin, izinkan mas untuk menikah lagi. Mas sudah tidak bisa bersabar lagi menunggu kamu hamil," pintanya dengan raut wajah frustasi. "Mas, usia pernikahan kita baru sebentar. Lagipula kita bisa mengadopsi anak jika mas memang tidak bisa menunggu," "Mas tidak mau anak adopsi Rin, mas ingin anak dari benih mas sendiri." "Tapi mas-" Ponsel Adimas tiba-tiba berdering menampilkan nomor yang tidak dikenal, Adimas terlihat antusias saat melihatnya bahkan ia langsung keluar dari kamar untuk menjawa
Oma Gia kembali ke tempat dimana Karina dan Randy berada, langkahnya lesu dengan pikiran yang kacau karena ucapan Agatha terus berputar di dalam kepalanya. Ternyata sangat sulit untuknya memisahkan Kaivan dan Agatha, sekarang oma Gia malah mempertanyakan keputusannya untuk tetap mempertahankan Karina di sisi Kaivan atau sebaiknya melepaskannya saja. Oma Gia hanya takut Karina akan tersiksa jika terus berada di sisi Kaivan dan melihat apa yang Kaivan dan Agatha lakukan, tetapi di sisi lain ia juga berat melepas wanita sebaik Karina. "Ran, oma mau bicara." ujarnya menyela Randy yang tengah sibuk mencoba cincin, sepertinya ia lebih antusias daripada Kaivan soal pernikahan ini. Randy menyusul oma Gia keluar dan meminta Karina untuk tetap memilih cincin saja, melihat ekspresi wajah oma yang murung Randy sepertinya bisa menduga jika oma kini tengah memikirkan sesuatu. "Ran, tolong antar oma ke tempat ini." pintanya sambil memberikan sebuah alamat ke tangan Randy. "Oma mau apa ke t
Setelah menjemput Karina, mereka kembali ke hotel karena oma Gia sudah menunggu mereka, tetapi Kaivan harus kembali ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda. Kaivan menyewa lagi satu kamar dengan alasan untuk Randy, tetapi sebenarnya ia yang memakai kamar itu. Kaivan baru saja membuka pintu kamarnya setengah, namun tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang dan Kaivan bisa mengenalinya dari cincin yang wanita itu kenakan. Kaivan segera menariknya ke dalam kamar sebelum ada yang melihatnya, akan lebih berbahaya lagi jika oma Gia yang melihatnya. "Kai, apa perlu sampai seperti ini? bukankah kamu sudah berjanji kalau hanya aku yang akan mendapatkan wedding dream ini?" tanyanya, kelopak matanya terlihat sangat sembab bahkan bau alkohol tercium menyengat dari mulutnya. "Ini permintaan oma," "Tapi kamu sudah berjanji, Kai." "Maaf Agatha, aku tidak bisa menolak permintaan oma. Tapi kalau kamu mau aku bisa membuatmu mengenakan gaun pengantin itu besok, dengan satu
"Bukankah kamu bilang dia benar-benar sudah tidak memiliki apapun? lalu apa ini Ran?" "Maaf nyonya, sepertinya saya kecolongan." Karina mendecih kesal, ia berjalan tergesa-gesa ke dalam ruang meeting sambil membaca laporan terbaru perusahaan. Saat Karina masuk ke ruang rapat, suasana disini terasa begitu mengintimidasinya terutama tatapan sengit dari para pemegang saham. Ada satu orang yang kini duduk di salah satu kursi sambil tersenyum licik menyambut kedatangannya, tatapannya pada Karina jelas seperti membuktikan bahwa ia siap membuka medan perang yang sempat tertutup. Karina duduk di kursi utama, mencoba mengatur rasa gugup dan khawatir yang kini memenuhi hatinya. "Selamat datang nyonya Karina, maksud ku Karina." sapa Adimas dengan tatapan merendahkan, baginya Karina hanya seorang gundik dan tidak pantas mendapatkan penghormatan. Usaha Adimas untuk memantik emosi Karina jelas tidak berhasil, kini Karina malah terlihat sibuk dengan dokumen di tangannya dan menganggap se
Sesuai janjinya, oma Gia kini sudah ada di lobby apartemen tepat pukul tujuh pagi dan Kaivan bahkan terpaksa harus menginap disini, demi tidak ketahuan jika mereka tidak tinggal bersama. Karina masih terlihat mengantuk, semalaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan soal resepsi pernikahannya yang akan dilaksanakan ulang. Jika pernikahan ini nyata tentu ia akan senang, tetapi pernikahan ini hanya sandiwara dan Karina khawatir ketika mereka bercerai nanti akan ada masalah yang muncul. Apalagi keluarga Bimantara termasuk orang yang terpandang dan cukup berpengaruh, ketika ada sebuah masalah di dalamnya maka akan ada saja orang yang berusaha ingin tau, atau mungkin akan ada gosip yang tersebar seperti kemarin. "Kai tolong tanda tangani ini," sebuah maps dengan sampul bergambar lautan dan villa diserahkan ke tangannya. "Apa ini oma?" "Itu surat pengurusan booking hotel, paspor dan segalanya untuk kalian bulan madu di Maldives. Biar Randy yang mengurusnya," Kaivan menghela nafa
Kaivan diam tidak bergerak di lorong bagian perlengkapan bayi, ia menatap serius sepasang suami istri yang tengah mengajak bayi mereka bercanda. Tawa menggemaskan bayi itu benar-benar membuat Kaivan merasa nyaman dan bahagia, meskipun bayi itu bukan anaknya. Dulu daat hubungannya dengan Agatha sedang manis-manisnya dan Agatha belum begitu terobsesi menjadi model, Agatha pernah mengatakan jika ia ingin menikah dengan Kaivan dan memiliki banyak anak. Tapi melihat Agatha yang sekarang Kaivan tidak yakin jika itu akan terjadi, melihat berat badannya naik satu kilo atau ada satu jerawat di wajahnya saja Agatha langsung panik luar biasa. "Kai, kamu sedang apa?" Lamunan Kaivan buyar saat Karina menepuk bahunya, "Tidak, apa kamu sudah selesai memilih yang ingin kamu beli?" Dua buah kantong berisi daging sapi ia tunjukkan di depan Kaivan, "Sudah!" Bayi itu tiba-tiba tertawa dan membuat perhatian Karina teralihkan padanya, kini gantian Karina yang melihat keharmonisan keluarga kecil
"Apa kamu yakin ingin pergi berdua denganku?" tanya Karina sekali lagi, karena ia tidak mau tiba-tiba Agatha datang dan mengamuk di tempat umum. "Ya, tentu. Ada apa?" "Bukankah seharusnya kamu pergi menemui Agatha dan membujuknya?" "Jangan bahas dia dulu," Kaivan membuka pintu mobil untuk Karina, hari ini Kaivan ingin mengajaknya berbelanja kebutuhan rumah juga pergi mencari hiburan. Kaivan butuh me time untuk menyegarkan pikirannya yang terasa rumit belakangan ini, banyak hal yang mengganggunya terutama soal hubungannya dengan Agatha. Mereka baru saja berbaikan kemarin malam, tetapi Agatha malah membuat ulah lagi dan membuatnya ragu kembali. Kaivan juga sengaja menonaktifkan ponselnya karena Agatha terus menghubunginya, ia butuh ruang untuk menenangkan diri dan bersama Karina ia dapatkan ketenangan itu. Karena Kaivan ingin mencoba menonton film, ia lalu menepikan mobilnya ke sebuah gedung bioskop terlebih dahulu sebelum berbelanja. "Kai, apa kamu sedang mengajakku berk
"Ayo silahkan cicipi masakan spesial buatan oma," Oma Gia menyodorkan beberapa hidangan yang ia bawa ke hadapan mereka, meskipun sekarang jantung mereka sedang berdegup tidak beraturan tetapi keroncongan di perut mereka mampu mengalahkan semuanya. Sejak dulu masakan oma Gia adalah makanan yang paling Kaivan sukai, itu sebabnya ia tidak mau menunggu lebih lama lagi untuk menyantap semuanya. "Kai, sepertinya kamu habis keramasan ya? pasti semalam kalian habis..." ucap oma Gia sambil menaik turunkan kedua alisnya. Ucapan oma Gia membuat Kaivan tersedak, Karina segera menuangkan minum untuk Kaivan meskipun harus sambil menyembunyikan wajahnya yang terlihat memerah. Oma Gia terkikik pelan melihat kegugupan di wajah kedua pasangan muda ini, bahkan mereka terlihat salah tingkah saat hendak memungut benda yang jatuh ke bawah. "Oh iya, oma punya sesuatu buat kalian." Tangan oma Gia menadah ke arah Randy yang berdiri di sebelahnya, lalu dua botol kecil diserahkan ke tangan oma Gia
"Kai, aku khawatir sama oma. Apa tidak sebaiknya kita bawa saja oma ke apartemenku?" "Kita sudah sepakat jika oma tinggal di rumah utama," "Tapi Kai, kamu bisa lihat sendiri bagaimana ibumu mencecar oma bahkan terlihat jelas sekali jika ia membenci oma." Kaivan tidak buta, ia juga melihat bagaimana tatapan ibunya saat menatap oma. Tetapi ia tetap tidak bisa membawa oma tinggal bersamanya untuk saat ini, terlalu beresiko membawa oma tinggal bersamanya ketika ia masih menjalani pernikahan dengan Karina. Mereka saling diam sepanjang jalan karena pemikiran yang tidak sejalan, sampai tiba-tiba mobil Kaivan berhenti mendadak karena sebuah mobil menghalangi jalannya. Seorang wanita cantik keluar dari mobil tersebut, langkahnya tergesa-gesa dan ia memaksa Kaivan keluar dari mobilnya. "Temui dia dulu, aku tunggu disini." titah Karina. Kaivan menuruti ucapan Karina meskipun sebenarnya ia malas untuk menemuinya, seperti biasa ketika melakukan kesalahan maka air mata yang akan menj
Setelah membuat kehebohan satu panti, oma Gia kini malah merajuk karena ternyata penyebab Karina muntah-muntah adalah asam lambungnya yang kumat. Padahal oma Gia sudah berharap jika Karina hamil, setidaknya di sisa usianya yang akan segera berakhir ini ia bisa melihat cicitnya lahir. "Oma, udah ya marahnya." bujuk Kaivan, jika oma Gia sudah marah akan sulit untuk Kaivan membujuknya. Sambil menguyah sandwichnya, Karina juga merasa kebingungan mencari cara untuk membujuk oma Gia. Sebenarnya ia dan Kaivan tidak bersalah karena oma Gia lah yang berekspektasi terlalu tinggi, tetapi Karina juga tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya jika ia tidak bisa mengandung. Meskipun ia bisa mengandung ia juga tidak akan mungkin mengandung anak Kaivan, karena sekali lagi pernikahan ini hanya sebatas pernikahan kontrak. "Kai, oma mau menggendong cicit oma sebelum meninggal. Oma harap kalian bisa memberikan oma cicit secepatnya," tuntutnya. Karina mendadak kehilangan selera makannya mendengar